Hari kedua, instalasi rehabilitasi mental RSKD Duren Sawit
09.00 Pasien DayCare berdatangan, jumlah laki-laki dan perempuan hampir seimbang, 50% 50%. Satu orang remaja laki-laki. Hari ini aku merasakan satu perasaan yang aneh. Aku sudah tidak takut lagi, Aku mulai merasa ingin mereka pulih segera. Aku mulai bersikap seperti berhadapan dengan orang yang sakit, perlu bimbingan, perlu ditemani, bukan ditakuti. Mereka sakit, seperti sakit fisik di rumah sakit umum, mereka perlu bantuan. Mereka sakit, jiwanya yang sakit. Tidak ada yang perlu ditakuti diruangan itu. DGT dan materi hari itu bertema bernyanyi. Sama seperti hari sebelumnya, mereka senam, kemudian diberi pertanyaan pertanyaan orientasi waktu, hari apa hari ini, tanggal berapa, bulan apa, dan tahun berapa. Setelahnya, bu lidya memberi pengetahuan tentang lagu. siapa yang suka dengar musik. macam-macam musik. dan lain sebagainya.
10.00 Pasien DayCare bernyanyi, judul lagunya Sehat Jiwa, aku lupa liriknya, tapi liriknya sangat bagus. "Yakin diri, langkah pasti, menggapai cita.." lirik awalnya seperti itu. Hatiku bergetar, ini benar-benar pengalaman yang belum pernah aku rasakan. Dihadapanku ada sepuluh orang pasien skizo dengan jenis yang berbeda, dan mereka bernyanyi. Bersama-sama yakin bahwa dirinya bisa pulih. Dirinya bisa menggapai cita-cita. Mereka bersama-sama tertawa, tersenyum, mengeluh, mereka bernyanyi sendiri-sendiri. Mengabaikan suara yang parau, suara yang kasar, fals. Mereka asik. Lalu aku menangis, aku tinggalkan ruangan. di toilet aku menangis, disaksikan kedua temanku, ayu dan hanun. Aku merasa bersyukur dilahirkan sehat fisik dan sehat jiwa. Sementara dihadapanku tadi beberapa ciptaanNya diciptakan dengan jiwa yang sedang sakit. Aku merasa menyayangi diriku, menyayangi mereka.
13.00 Aku bersama bu lidya dan ayu menjemput pasien wanita di bangsal berry, nama ruangannya. Di dalam ada kepala suster ruangan disana, sedang sakit katanya. Kami kemudian berkenalan dan bersalaman. Bu lidya memanggil satu persatu nama pasien yang sudah boleh di rehab. Di sebelah kiri ruangan pojok sana, ada ruangan dengan tiang-tiang tinggi seperti sel penjara. Semua pasien disana, di dalam sana. berbeda dengan bangsal laki-laki, setelah gerbang dibuka, kita bisa langsung menyaksikan mereka berkeliling berjalan, makan, berinteraksi dengan perawat dan pasien lain di ruang tengah bangsal. Disini berbeda, semua pasien di dalam. "hasna, isma, hey heyyy ngapain pada keluaaar?!! masuuuk masuuuk!!! ribet banget, liat pintu kebuka aja, yang dipanggil siapa, yang ga dipanggil di dalem ajaaa!!!" kepala suster berteriak. Sekarang aku terbiasa dengnn ini, semua suster dan petugas sangat tegas, hampir galak bahkan. Dan pasien akan menurutinya, aku membayangkan, mungkin dulu sewaktu mereka ditemukan, mereka diberikan treatment dengan perintah yang sangat tegas, seperti misalnya ketika emosinya blm stabil, mereka yang berperilaku agresif atau bizare akan diberikan injeksi sambil dimarahi oleh perawat, sehingga ini terbawa sampai pada level perawatan di ruang berry, mereka takut kepada semua petugas, mereka menurut, mereka mendengarkan, mereka pantas diberikan kasih sayang.
14.45 Materi DGT hari kamis adalah tentang binroh (bimbingan rohani), Pak Taruli leadernya, ia orang batak kental dengan logatnya. Ia penganut kristen. Hari itu setelah pak Taruli bertanya "apa itu bimbingan rohani? mengapa penting?" kemudian pak Tendy, salah satu pasien menjawab "Saya tau pak, jadi, walaupun kita berbeda-beda agama kita harus saling menghargai, toleransi, untuk itu penting bimbingan rohani". "oke, baguus, tepuk tangan untuk pak Tendy, hari ini tema kita adalah toleransi agama. Oke? coba mulai dari baliyang, apa itu toleransi agama baliang?" dan dilanjutkan jawaban dari baliang. semua pasien menjawab, ada yang menunjuk tangan, ada yang harus disuruh. seperti salah satu pasien dari papua, "saya pernah melewati jalan, di tengah jalan, ada beberapa orang berkumpul, kita harus pamitan" ia menjelaskan dengan logat papua yang kental. aku masih ingat nadanya, terngiang disini, di telinga. "Ada berapa agama di Indonesia?" pak taruli bertanya. "saya tahu pak" "Ada enam, ditambah konghucu satu jadi enam pak" seperti biasa, pak Tendy yang menjawab, ia pun menjabarkannya. Ia memang sedikit lagi menuju masa "pulih" dan kami merasa ia dekat dengan "pulang". kemudian terkadang pasien dari papua itu menunjuk tangan kemudian merespon apapun yang dikatakan pa taruli dengan baik. kadang ia terlalu banyak bicara. Kalau sudah begitu, kami tim rehab yang mengawasinya dari depan akan berseru "woooh, iyaaa iyaaa, sudah sudaaah , sudah cukuuup" lagi-lagi dengan nada yang kasar.
15.00 Setengah jam dari jam ini kami memberikan terapi musik. mereka dibiarkan bernyanyi, memilih lagu yang sudah ada di depan meja. sekitar delapan orang pasien bernyanyi, ada dua orang yang perlu disuruh untuk bernyanyi. Pak tendy membawakan lagu gereja tua, sama seperti pasien papua, Deda, pasien perempuan yang sudah sangat terlihat pulih juga membawakan lagu, walaupun setelah disuruh oleh bu lidya, lagu yang dinyanyikan adalah d'masiv. "tak ada manusia yang terlahir sempurna, kita pasti pernah dapat cobaan yang berat, seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa adanya, hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini ..." hatiku menangis, tapi kali ini aku dapat menahan. Ya Allah, aku benar-benar mencintai profesiku nanti, aku senang berada disini. Aku senang nantinya aku bisa membantu mereka pulih. Aku menghargai semua ciptaanMu ya Allah. aku mencintaiMu. Setelah itu, kurang lebih tiga kali lagu kemesraan diputar. dinyanyikan oleh tiga pasien, aku tidak tahu, mungkin mereka disorientasi waktu, mereka sampai tidak tahu bahwa lagu itu sudah lamaaa sekali, mereka mungkin tidak tahu lagu tulus, ariana grande, atau raissa. "Kemesraan iniii .. janganlah cepat berlaluuuu... kemesraan iniiii .... inginku kenang selaluu.. hatiku damaaaaiii ... jiwaku tentram di sampingmu.. hatiku damaaaai, jiwaku tentram di sampingmuuu"
09.00 Pasien DayCare berdatangan, jumlah laki-laki dan perempuan hampir seimbang, 50% 50%. Satu orang remaja laki-laki. Hari ini aku merasakan satu perasaan yang aneh. Aku sudah tidak takut lagi, Aku mulai merasa ingin mereka pulih segera. Aku mulai bersikap seperti berhadapan dengan orang yang sakit, perlu bimbingan, perlu ditemani, bukan ditakuti. Mereka sakit, seperti sakit fisik di rumah sakit umum, mereka perlu bantuan. Mereka sakit, jiwanya yang sakit. Tidak ada yang perlu ditakuti diruangan itu. DGT dan materi hari itu bertema bernyanyi. Sama seperti hari sebelumnya, mereka senam, kemudian diberi pertanyaan pertanyaan orientasi waktu, hari apa hari ini, tanggal berapa, bulan apa, dan tahun berapa. Setelahnya, bu lidya memberi pengetahuan tentang lagu. siapa yang suka dengar musik. macam-macam musik. dan lain sebagainya.
10.00 Pasien DayCare bernyanyi, judul lagunya Sehat Jiwa, aku lupa liriknya, tapi liriknya sangat bagus. "Yakin diri, langkah pasti, menggapai cita.." lirik awalnya seperti itu. Hatiku bergetar, ini benar-benar pengalaman yang belum pernah aku rasakan. Dihadapanku ada sepuluh orang pasien skizo dengan jenis yang berbeda, dan mereka bernyanyi. Bersama-sama yakin bahwa dirinya bisa pulih. Dirinya bisa menggapai cita-cita. Mereka bersama-sama tertawa, tersenyum, mengeluh, mereka bernyanyi sendiri-sendiri. Mengabaikan suara yang parau, suara yang kasar, fals. Mereka asik. Lalu aku menangis, aku tinggalkan ruangan. di toilet aku menangis, disaksikan kedua temanku, ayu dan hanun. Aku merasa bersyukur dilahirkan sehat fisik dan sehat jiwa. Sementara dihadapanku tadi beberapa ciptaanNya diciptakan dengan jiwa yang sedang sakit. Aku merasa menyayangi diriku, menyayangi mereka.
13.00 Aku bersama bu lidya dan ayu menjemput pasien wanita di bangsal berry, nama ruangannya. Di dalam ada kepala suster ruangan disana, sedang sakit katanya. Kami kemudian berkenalan dan bersalaman. Bu lidya memanggil satu persatu nama pasien yang sudah boleh di rehab. Di sebelah kiri ruangan pojok sana, ada ruangan dengan tiang-tiang tinggi seperti sel penjara. Semua pasien disana, di dalam sana. berbeda dengan bangsal laki-laki, setelah gerbang dibuka, kita bisa langsung menyaksikan mereka berkeliling berjalan, makan, berinteraksi dengan perawat dan pasien lain di ruang tengah bangsal. Disini berbeda, semua pasien di dalam. "hasna, isma, hey heyyy ngapain pada keluaaar?!! masuuuk masuuuk!!! ribet banget, liat pintu kebuka aja, yang dipanggil siapa, yang ga dipanggil di dalem ajaaa!!!" kepala suster berteriak. Sekarang aku terbiasa dengnn ini, semua suster dan petugas sangat tegas, hampir galak bahkan. Dan pasien akan menurutinya, aku membayangkan, mungkin dulu sewaktu mereka ditemukan, mereka diberikan treatment dengan perintah yang sangat tegas, seperti misalnya ketika emosinya blm stabil, mereka yang berperilaku agresif atau bizare akan diberikan injeksi sambil dimarahi oleh perawat, sehingga ini terbawa sampai pada level perawatan di ruang berry, mereka takut kepada semua petugas, mereka menurut, mereka mendengarkan, mereka pantas diberikan kasih sayang.
14.45 Materi DGT hari kamis adalah tentang binroh (bimbingan rohani), Pak Taruli leadernya, ia orang batak kental dengan logatnya. Ia penganut kristen. Hari itu setelah pak Taruli bertanya "apa itu bimbingan rohani? mengapa penting?" kemudian pak Tendy, salah satu pasien menjawab "Saya tau pak, jadi, walaupun kita berbeda-beda agama kita harus saling menghargai, toleransi, untuk itu penting bimbingan rohani". "oke, baguus, tepuk tangan untuk pak Tendy, hari ini tema kita adalah toleransi agama. Oke? coba mulai dari baliyang, apa itu toleransi agama baliang?" dan dilanjutkan jawaban dari baliang. semua pasien menjawab, ada yang menunjuk tangan, ada yang harus disuruh. seperti salah satu pasien dari papua, "saya pernah melewati jalan, di tengah jalan, ada beberapa orang berkumpul, kita harus pamitan" ia menjelaskan dengan logat papua yang kental. aku masih ingat nadanya, terngiang disini, di telinga. "Ada berapa agama di Indonesia?" pak taruli bertanya. "saya tahu pak" "Ada enam, ditambah konghucu satu jadi enam pak" seperti biasa, pak Tendy yang menjawab, ia pun menjabarkannya. Ia memang sedikit lagi menuju masa "pulih" dan kami merasa ia dekat dengan "pulang". kemudian terkadang pasien dari papua itu menunjuk tangan kemudian merespon apapun yang dikatakan pa taruli dengan baik. kadang ia terlalu banyak bicara. Kalau sudah begitu, kami tim rehab yang mengawasinya dari depan akan berseru "woooh, iyaaa iyaaa, sudah sudaaah , sudah cukuuup" lagi-lagi dengan nada yang kasar.
15.00 Setengah jam dari jam ini kami memberikan terapi musik. mereka dibiarkan bernyanyi, memilih lagu yang sudah ada di depan meja. sekitar delapan orang pasien bernyanyi, ada dua orang yang perlu disuruh untuk bernyanyi. Pak tendy membawakan lagu gereja tua, sama seperti pasien papua, Deda, pasien perempuan yang sudah sangat terlihat pulih juga membawakan lagu, walaupun setelah disuruh oleh bu lidya, lagu yang dinyanyikan adalah d'masiv. "tak ada manusia yang terlahir sempurna, kita pasti pernah dapat cobaan yang berat, seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa adanya, hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini ..." hatiku menangis, tapi kali ini aku dapat menahan. Ya Allah, aku benar-benar mencintai profesiku nanti, aku senang berada disini. Aku senang nantinya aku bisa membantu mereka pulih. Aku menghargai semua ciptaanMu ya Allah. aku mencintaiMu. Setelah itu, kurang lebih tiga kali lagu kemesraan diputar. dinyanyikan oleh tiga pasien, aku tidak tahu, mungkin mereka disorientasi waktu, mereka sampai tidak tahu bahwa lagu itu sudah lamaaa sekali, mereka mungkin tidak tahu lagu tulus, ariana grande, atau raissa. "Kemesraan iniii .. janganlah cepat berlaluuuu... kemesraan iniiii .... inginku kenang selaluu.. hatiku damaaaaiii ... jiwaku tentram di sampingmu.. hatiku damaaaai, jiwaku tentram di sampingmuuu"
I envy u, mau nangis :"")
BalasHapusseru sekali sepertinya ya, bekerja sambil bantu menyembuhkan mereka :")
I hope I'll find my happiness in here, in my office just like u did. Aamiin
lircong :) Aaaaamiiiin Allahumma Aaaamiiiiin. Seneng banget gue di rumah sakit itu
Hapus