Halaman

Foto saya
Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
Your Future Psychology
Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 November 2012

14 februari ? valentine ?

Perlawanan PETA 14 Februari 1945


2 Votes

Bila mendengar tanggal 14 februari apa yang ada di benak kita ?
Sebagian besar terutama generasi muda pasti mengindetikkannya dengan perayaan Valentine atau disebut juga hari kasih sayang.disaat inilahpasangan yang sedang jatuh cinta bertukar cokelat dan bunga.sebaba itu toko coklat dan bunga mengalami kenaikan omzet yang dramatis di hari valentine.
Sebenarnya tanggal 14 Februari juga memiliki arti yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. bila disaat ini bertukar coklat dan bunga maka para leluhur kita 67 tahun lalu bertukar mortir dan peluru dengan tentara kekaisaran Jepang yang saat itu menduduki Indonesia.jika surat valentine berwarna merah melambangkan cinta maka warna merah 67 tahun yang lalu melambangkan keberanian dan darah pejuang PETA yang gugur.
Perlawanan PETA Blitar merupakan salah satu perlawanan terhadap tentara kekaisaran Jepang yang menguasai Indonesia saat itu.bila melihat dari sejarahnya tentara PETA (Pembela tanah Air) merupakan organisasi militer yang dibentuk tentara Kekaisaran Jepang sebagai tentara cadangan untuk melindungi Indonesia. dari tentara Sekutu (USA,Inggris,Australia,dll ) yang di tahun 1945 terus mendesak tentara Kekaisaran Jepang.
Tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari Tentara kekaisaran Jepang namun berbeda dengan Tentara HEIHO yang ikut bertempur bersama tentara Jepang di medan tempur Asia seperti Myanmar,Thailand,Morotai,Filipina tentara PETA belum pernah mengalami pengalaman tempur.

Pemberontakan PETA di Blitar dilatarbelakangi oleh semakin sulitnya kehidupan rakyat saat itu dan juga keinginan merdeka.atas kepercayaan bahwa tentara Jepang akan segera kalah dalam perang asia timur raya sesuai berita yang didapat dari radio Internasional dimana satu persatu daerah kekuasaannya di asia jatuh ketangan sekutu. sehingga sebelum tentara sekutu mendarat di Indonesia dan mengembalikan Indonesia sebagai wilayah pendudukan Belanda.Indonesia harus merdeka dan mendapat pengakuan internasional sehingga mencegah hal itu terjadi.
Tanggal 14 Februari dipilh sebagai saat perlawanan karena saat itu akan ada pertemuan besar komandan dan anggota PETA di Blitar sehingga diharapkan anggota PETA yang lain akan ikut bergabung dalam perlawanan sehingga bisa menguasai Blitar dan mendorong pemberontakan di daerah lainnya
Pemimpin perlawanan PETA adalah Cudancho Supriyadi dan komnadan lainnya meski rencana perlawanan telah dipersiapkan secara baik. terjadi hal yang tidak diduga tiba-tiba Pimpinan tentara kekaisaran Jepang membatalkan pertemuan anggota dan Komandan PETA di Blitar.Cudancho Supriyadi dan komandan serta anggota PETA di Blitar dihadapakan pada posisi sulit bila terus melanjutkan perlawanan kemungkinan besar mereka akan kalah. jumlah mereka tidak sebanding dengan tentara Kekaisaran Jepang namun bila dibatalkan ada resiko Tentara kekaisaran Jepang sudah tahu dan akan menghukum berat bahkan mati yang terlibat dalam pemberontakan.
Cudancho Supriyadi dan komandan PETA di Blitar tetap memutuskan melanjutkan perlawanan karena mereka berharap pengorbanan darah dan nyawa mereka akan membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan meski setiap orang tahu mereka akan kalah.
Tepat dinihari 14 Februari 1945 meletuslah tembakan mortir dan peluru dari asrama Tentara PETA di Blitar dan pengibaran bendera Merah putih tepat diseberang asrama PETA.seperti telah diduga sebelumnya Tentara Kekaisaran Jepang akhirnya bisa mengatasi pemberontakan ini.harapan pemberontakan PETA di Blitar akan mendorong Pemberontakan PETA di daerah lain tidak terjadi karena tentara Jepang segera menarik seluruh senjata yang dipegang tentara PETA .
Dari Tentara dan komnadan PETA yang memberontak Cudancho Supriyadi hilang dan tidak pernah diketahui jejaknya sedang komandan yang lain dijatuhi hukuman mati dipenggal di daerah Ancol ada yang mendapat hukuman penjara.

Untuk mengenang perlawanan PETA tepat di lokasi perlawanan didirikan monumen PETA yang terdiri dari 7 patung dalam sikap menyerang tepat ditengah-tengah adalah Cudancho Supriyadi sebagai pemimpin perlawanan.sedang asrama PETA kini menjadi SMP dan SMU Negeri namun bila dihat dari bentuk banguanannnya ada kesan itu merupakan bangunan asrama militer.tugu tempat pengibaran bendera merah putih saat pemberontakan kini menjadi taman makam pahlawan.

Selasa, 20 Desember 2011

Dari Benteng Belanda ke Istiqlal

oleh alwishahab

Inilah masjid yang paling monumental dan terbesar di Asia Tenggara. Istiqlal berarti ‘Merdeka’, melambangkan kemerdekaan dan kejayaan bangsa Indonesia setelah berhasil membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Presiden Soekarno sengaja memilih membangun masjid ini di atas puing-puing bekas benteng Belanda yang luasnya 9,9 hektare.
Benteng Belanda atau Citadel terletak di Wilhelmina Park. Dahulu di tengah Istiqlal terdapat Monumen Michiels, untuk menghormati Mayor Jenderal Andreas Victor Michiels, komandan militer Belanda di Sumatra Barat. Dia meninggal karena menderita luka parah oleh para pejuang kemerdekaan saat memimpin ekspedisi menghadapi pemberontakan di Bali (23 1848). Lambang kolonial ini dihancurkan setelah kemerdekaan.
Sedangkan nama Wilhelmina Park diganti menjadi Taman Wijayakusuma, Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat. Pembangunan masjid Istiqlal dicetuskan oleh Menteri Agama KH Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) dan H Anwar Tjokroaminoto (putra HOS Tjokroaminoto) bersama tokoh Islam lainnya tahun 1950, hanya beberapa bulan setelah penyerahan kedaulatan. Begitu kokohnya benteng ini, saat diruntuhkan dengan dinamit oleh Korps Zeni AD perlu waktu satu setengah tahun.
Selama bulan Ramadhan, ribuan jamaah dapat menikmati buka puasa bersama di Istiqlal, yang pangannya merupakan sumbangan dari para dermawan. Setiap Jumat tidak kurang dari 25 ribu jamaah shalat di masjid megah ini. Sedangkan di Hari Raya Idul Fitri, diperkirakan jamaah membeludak mencapai lebih dari 200 ribu orang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para menteri, dan korps diplomatik akan shalat ID di masjid kebanggaan rakyat Indonesia.
Masjid Istiqlal terdiri atas beberapa bangunan. Seperti, gedung induk berukuran 100 X 100 m (satu ha), merupakan bangunan pokok dan di sekelilingnya terdapat lima lantai. Total luas bangunan induk 36.980 meter persegi atau hampir empat hektare. Di atas gedung induk dibuat kubah yang berbentuk kerangka polihedron, yang terbungkus konstruksi betuh bertulang. Di puncaknya, terdapat lambang ‘Bulan Bintang’ terbuat dari baja tahan karat.
Masjid dengan menara setinggi 6.666 cm atau hampir 70 meter merupakan landmark ibu kota RI. Ketika bandara di Kemayoran dan kemudian di Halim Perdanakusuma, saat pesawat hendak mendarat, para penumpang akan menikmati dua monumen raksasa: Monas dan Istiqlal.
Menara Istiqlal dibuat berlubang-lubang, terbuat dari baja tahan karat, dan di puncaknya terdapat menara setinggi 30 meter. Kegiatan ta’mir masjid Istiqlal meliputi bidang peribadatan, ibadah sosial, publikasi dan dakwah, pendidikan dan latihan, serta studi dan kemasyarakatan.
BEPUBLIKA – Sabtu, 19 September 2009

menara syahbandar

Menara Syahbandar Pernah Menjadi Kilometer 0 Jakarta

Menjulang di tengah hiruk-pikuk Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda Kelapa, berdirilah bangunan kolonial Menara Syahbandar yang dibangun Belanda tahun 1834. Beberapa pucuk kanon mengawasi dari arah barat dan timur Menara Syahbandar yang di masa lalu berfungsi memandu keluar-masuk kapal ke Batavia sebelum Pelabuhan Tanjung Priok dibuka. [foto tahun 1910]

Sebuah tugu berdiri di pelataran antara Menara Syahbandar dan gedung administrasi pelabuhan zaman Belanda. Prasasti di tugu yang ditandatangani Gubernur Jakarta Ali Sadikin tahun 1977 itu dijadikan penanda Kilometer 0 di masa lalu.

Memang, secara geografis, Menara Syahbandar di masa silam menjadi patokan titik 0 Kota Jakarta.Michsan (53), penjaga Menara Syahbandar, menjelaskan, di lokasi tersebut menjadi titik awal berkembangnya Kota Jakarta.
Akan tetapi, kemudian titik Kilometer 0 dipindah ke Monumen Nasional. Kapan persisnya pemindahan itu, Michsan mengaku tidak tahu-menahu.

Meski demikian, nilai sejarah tempat itu masih menjadi daya tarik bagi pengunjung kawasan Kota Tua Jakarta. Kawasan sekitar Menara Syahbandar memang menyimpan segudang cerita kejayaan masa lalu. [foto tahun 1946]

Tepat di sebelah selatan menara terdapat Kafe VOC Galangan yang di masa lalu merupakan galangan kapal Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (Verenigde Oost Indische Compagnie). Lokasi itu sebelumnya merupakan kediamanPangeran Jayawikarta penguasa Jayakarta dan loji Inggris, yang kemudian dihancurkan Belanda tahun 1619 saat merebut Jayakarta. Kemudian Belanda menamakan Jayakarta sebagai Batavia.

Dan tepat di seberang timur Kafe VOC Galangan merupakan perkubuan Belanda yang kini menjadi bangunan bioskop yang sudah tutup. Kubu tersebut merupakan benteng Mauritius dan Nassau yang kemudian berkembang menjadi perkubuan Jakarta.
Kini sisa tembok benteng abad ke-17-18 masih tersisa di sekitar kawasan tersebut. Lokasi yang paling mudah ditemui adalah di sekitar Museum Bahari.

Salah satu saksi bisu perkubuan Belanda adalah pintu besi di bawah Menara Syahbandar yang, menurut Michsan, menyambung ke dalam lorong bawah tanah menuju Masjid Istiqlal. Semasa penjajahan, lokasi yang menjadi Masjid Istiqlal sekarang adalah benteng Belanda.
"Setiap hari ada puluhan orang berkunjung ke sini untuk menapak tilas. Bahkan, dalam kondisi sekarang ini masih ada belasan turis asing datang," papar Michsan.

Sayang, meski menjadi tujuan wisata, tempat itu kurang terawat. Sejak beberapa bulan terakhir toko suvenir dan kantor administrasi pelabuhan zaman Belanda itu kini tidak digunakan. Bahkan, sebagian besar atap bangunan bocor di waktu hujan. Demikian pula beberapa konstruksi kayu di Menara Syahbandar sudah lapuk. [foto tahun 2006]

Bangunan di sebelah menara yang dijadikan tempat tinggal Michsan sekeluarga juga tidak luput dari lapuk dan bocor di sana-sini.
Michsan menyebutkan, terakhir kali bangunan itu diperbaiki pada tahun 2004. Kini sehari-hari Michsan, pegawai honorer yang sudah bekerja sepuluh tahun itu, hanya bisa membersihkan pelataran sekeliling kompleks Menara Syahbandar. Sayang memang, satu per satu jejak sejarah awal mula Jakarta modern semakin terlupakan dan terabaikan.

Padahal, hanya sepelemparan batu dari Menara Syahbandar menjadi tempat kembalinya Soekarno ke Batavia pada awal 1942 untuk memimpin pergerakan Indonesia semasa penjajahan Jepang. Ayunan langkah pertama kembalinya Bung Karno di Batavia dimulai dari titik 0 di kawasan tersebut. (teks: Iwan Santosa - Kompas 22 Agustus 2006 — foto: berbagai sumber)

Laan Trivelli di Tanah Abang


Foto awal abad ke-20 menunjukkan jalan raya yang diabadikan dari sudut Gang Trivell (kini Jl Tanah Abang II) Jakarta Pusat menuju Pasar Tanah Abang. Dari kejauhan, tampak trem listrik dari Pasar Ikan-Harmoni menuju Tanah Abang. Di sepanjang jalan yang dilewatinya, berjejer tiang listrik di Jl Abdul Muis (dulu Jl Tanah Abang Bukit). Di sebelah kiri di depan jalan berbatu kerikil yang lebar atau biasa disebut laan, terlihat deretan rumah-rumah vila bercat putih penuh tanaman yang teratur rapi. Terlihat delman sedang melintas di jalan tersebut mencari penumpang. Ketika itu, sebagian besar orang Betawi berprofesi sebagai penarik delman. Di kampung-kampung, terdapat banyak istal (tempat kandang kuda).
Tanah Abang ketika itu merupakan bagian dari Weltevreden (daerah lebih nyaman) bersama Gambir dan Pasar Baru, setelah warga Belanda ramai-ramai hijrah dari kota lama di Pasar Ikan. Rumah-rumah vila yang berjejer di Jl Abdul Muis kini tidak ada satu pun yang tersisa. Menjadi perkantoran dan pertokoan serta kegiatan bisnis yang telah menyatu dengan Pasar Tanah Abang.
Pasar ini pernah dijuluki ‘pasar kambing’ kini terus meluas sampai ke Kebon Kacang (terdapat 30 gang), Jl KH Mas Mansyur, Kebon Melati, Petamburan, Bendungan Ilir, hingga Kuningan. Itu menunjukkan bagaimana pesatnya bisnis di pasar ini, yang didirikan 271 tahun lalu. Di antara gedung lama yang masih tertinggal di Tanah Abang adalah Masjid Al-Makmur, mesjid bersejarah yang dibangun abad ke-17 oleh dua bersaudara dari Kerajaan Islam Mataram ketika menyerang Batavia pada 1628 dan 1629.
Nama-nama jalan
Di masa kolonial, Belanda selalu membanggakan nama-nama jalan, tempat, dan kampung di Batavia dengan meniru nama di negaranya. Termasuk, tokoh masyarakat, raja, dan ratu mereka. Di Laan Trivelli, terdapat markas Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres). Di sebelahnya, Jl Tanah Abang I dulu bernama Kerkhoflaan.
Di jalan ini, terdapat Museum Prasasti tempat pemakaman warga Eropa/Kristen berdampingan dengan kantor wali kota Jakarta Pusat. Di sini, kita dapati prasasti sejumlah gubernur jenderal dan makam warga Belanda/Eropa yang meninggal di Batavia. Makam-makam dalam bentuk prasasti ini telah dipindahkan ke sini dari pemakaman di kota lama, yang terletak di samping Museum Sejarah DKI Jakarta.
Masih di kawasan Tanah Abang, Jl Tanah Abang III dulunya bernama Laan de Riemer, nama orang Belanda yang pernah mendiami jalan tersebut pada abad ke-19. Bersebelahan dengan jalan ini adalah Jl Tanah Abang IV, yang pada masa kolonial bernama Laan de Briljkop dan oleh lidah Betawi disebut Gang Brengkop. Jalan Tanah Abang V bernama Gang Thomas juga mengabadikan nama warga Belanda yang tinggal di jalan ini.
Di Jl Tanah Abang V, tempat almarhum mantan menlu Ali Alatas dibesarkan. Ayahnya adalah Abdullah Salim Alatas, pernah menjadi guru besar bahasa Arab di Universitas Indonesia. Awal tahun 1960-an, ketika Hamka dalam bukunya berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, dituduh plagiat oleh kelompok kiri (Lekra) dari penulis Mesir Manfulutfi, Abdullah Salim Alatas membelanya dalam suatu polemik yang hangat ketika itu.

Capitol di Sluisburg

copy : alwishahab

Masjid Istiqlal (Kemerdekaan) merupakan salah satu masjid termegah di Asia. Masjid berketinggian 6.666 cm atau hampir 70 meter (diambil dari jumlah ayat Alquran) itu paling banyak dikunjungi kaum Muslimin di Jakarta. Tiap shalat Jumat, tidak kurang dari 2.000 hingga 2.500 jamaah shalat di masjid ini. Sedangkan pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha jumlahnya membludak hingga mencapai 250-300 ribu jamaah.
Dengan dibangunnya Istiqlal runtuhlah benteng peninggalan Belanda yang terletak di Wilhelmina Park dan dibangun untuk menghormati Ratu Wilhelmina yang lahir pada 31 Agustus 1898. Ia adalah nenek Ratu Beatrix. Orang Betawi dulu menyebutnya ‘gedung tanah’ karena, menurut cerita, di sini terdapat benteng atau terowongan bawah tanah (bunker) yang konon sampai ke benteng Kompeni di Pasar Ikan.
Di depan Istiqlal terdapat pintu air untuk mengendalikan kanal dari Molenvliet (Harmoni) yang dibelokkan ke arah Noordwijk (Jl Juanda), Risjwijk (Jl Veteran), terus ke Pasar Baru dan Gunung Sahari. Pada zaman Belanda, pintu air disebut sluisburg, yang juga menjadi nama jalan waktu itu. Baru setelah kemerdekaan diganti menjadi Jl Pintu Air. Dulu di sini merupakan daerah elite yang banyak dihuni orang Belanda. Kemudian, pada tahun 1920-an, juga dibangun kawasan Menteng untuk warga Belanda yang makin banyak berdatangan ke Batavia.
Dulu, di depan Istiqlal terdapat bioskop Capitol Theatre, yang kini sudah berubah fungsi menjadi pertokoan. Dulu bioskop Capitol hanya memutar film-film Barat (Amerika Serikat). Pada awal tahun 1950-an, ketika Usmar Ismail mendirikan Perfini (1950) dan setahun kemudian di susul oleh Djamaluddin Malik (Persari), film-film Indonesia mulai banyak bermunculan. Pada pertengahan 1950-an Usmar Ismail (Perfini) membuat film Krisis. Usmar pun berusaha agar film produksinya diputar di bioskop Capitol. Kala itu, yang berhak memutuskan apakah film Krisis pantas diputar di Capitol, adalah seorang Barat bernama Wetkin.
Begitu tidak yakinnya pengelola Capitol ini terhadap film Indonesia, hingga belum sampai melihat lebih dulu, ia pun sesumbar dengan mengeluarkan kata-kata menghina yang intinya menyatakan, ”Film Indonesia tidak pantas dipertunjukkan di Capitol”. Tidak seperti Djamaluddin Malik yang meledak-ledak, Usmar Ismail yang sabarpun tidak dapat menerima penghinaan ini. ”Maka dia pun menjotos pimpinan Capitol”.
Agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar dan untuk meredakan ketegangan, maka general manager MGM (Metro Goldwyn Mayer) untuk Indonesia, Alexander Wenas, menawarkan agar film Krisis Usmar Ismail di putar di bioskop Metropole (kini Megaria). Bioskop yang memuat 1.500 penonton ini, sejak berdiri 1950-an hanya memutar film-film keluaran MGM ketika memutar film ‘Krisis’ ternyata sukses besar. Selama 35 hari film ini diputar di bioskop Metropole.
Akibat sukses besar film Krisis, bioskop Capitol pun mengubah sikap dan membuka diri untuk film Indonesia. Maka masuklah Djamaludin Malik (Persari) dengan film Janjiku. Kemudian kembali Usmar memutar film Tiga Dara (Mieke Widjaya, Indriati Iskak dan Chitra Dewi) yang juga sukses.
Di samping kiri bioskop Capitol sebagian berada di bantaran sungai yang ditinggikan terdapat sebuah restoran mewah yang tiap malam menjadi tempat dansa-dansi kaum berada. Restoran Capitol yang menghadap ke sungai Ciliwung kala itu airnya masih jernih dihias dengan lampu warna-warna. Steaknya sangat terkenal karena bistiknya dari Belanda. Restoran ini menyediakan minuman haram yang membuat peminumnya menjadi teler karena mabuk.
Karena letaknya berhadapan dengan Masjid Istiqlal yang kala itu mulai dibangun, maka umat Islam menjadi marah. Tanpa mengenal ampun, bisokop Capitol dan restorannya dibakar massa. Bukan hanya sekali, tapi tiga kali massa membakarnya. Kemudian, sebelum bubar, bioskop ini mengganti nama menjadi Ceno. Karena Jl Pintu Air terletak di daerah elite, di samping kiri Masjid Istiqlal terdapat klub malam Black Cut. Tapi setelah kemerdekaan, tempat hiburan yang terletak di Citadel (kini Jl Veteran I) itu ditutup.
Di samping kanan Capitol, bersebrangan di jalan yang sama, terdapat bioskop Astoria (kemudian menjadi Satria). Meskipun lebih kecil dari Capitol, tapi Astoria termasuk bioskop kelas satu. Di bioskop ini, pada pertengahan 1950-an, pernah diputar film India Dil E Nadaan, yang sukses besar. Diputar selama 55 hari terus menerus. Hingga Usmar pernah berkomentar, ”Dil edan-edanan.” Film ini mengalahkan film Rock Round The Clock Bill Haeliy dan Rock and Roll Elvis Presley.
Salah satu bintang Hollywood yang jadi pujaan muda-mudi ketika itu adalah James Dean. Film pertamanya, Rebel without Cause, sukses besar. James Dean memakai jaket kulit warna merah. Maka ramai-ramailah para pemuda memakai jaket merah. Sayangnya, bintang film ini mati muda akibat kecelakaan lalu lintas saat membintangi film Giant bersama Rock Hudson dan Elizabeth Taylor.
Waktu itu ada kecendrungan para muda-mudi meniru style para aktor dan artis Hollywood. Seperti Tony Curtis yang rambutnya berjambul, atau Rock Hudson yang macho. Pada saat film Sabrina diputar, gadis-gadis meniru potongan rambut Audrey Hepburn digunting pendek seperti rambut pria.
REPUBLIKA – Minggu, 16 Desember 2007

Senin, 12 Desember 2011

bang sondang

gue ga tau harus mulai dari mana , gini , ini gue kasi link link coba dibaca








gue simpulin kata kata yg ngena di hati 

"Sementara itu, masyarakat Indonesia diimbau untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan terhadap keberanian Sondang. Keputusannya membakar diri di depan Istana Negara mengejutkan banyak pihak. Sahabat dan kawan-kawannya sesama aktivis meyakini aksi bakar diri itu adalah protes Sondang atas ketidakmampuan pemerintah menangani banyak masalah yang dihadapi Indonesia."

"Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko berharap tidak ada lagi aksi seperti yang dilakukan Sondang, yang sampai harus membakar diri untuk didengar. ”Ini peringatan serius untuk pemerintah,” tegas Budiman yang ikut dalam prosesi pemakaman. Mantan ketua dan pendiri PRD itu meyakini, Sondang punya prinsip sendiri saat membakar dirinya. ”Ini menyedihkan, tapi membanggakan. Sekaligus jadi pelajaran untuk semua pihak agar tak menyepelekan penegakan hak asasi manusia,” tuturnya."

""Sondang Hutagalung membakar diri di hadapan istana sebagai protes atas pengelolaan politik dan pemerintahan, yang jauh dari gambaran ideal generasi muda bangsa. Sondang telah pergi, tapi pesannya terasa keras menampar telinga kita," kata Megawati dengan nada pelan."

"Dari tragedi Sodang, kata Megawati, "Kita pantas bertanya, apakah pemimpin negeri ini tidak terbetot hatinya melihat seorang mahasiswa yang karena prinsip dan keyakinannya melakukan tindakan itu?"


""Bukan karena dia Sondang, tetapi ia adalah gambaran dari generasi muda bangsa, sambil tetap berharap, tidak akan ada lagi anak negeri yang kehilangan nyawanya karena prinsip dan keyakinannya," tutup Megawati "


Puisi Adhie Massardie untuk Sondang
ANGIT runtuh
Hukum tersungkur
di kaki para koruptor yang bercokol
di pusat kekuasaan

Kau hanya anak sopir angkutan
yang mengais rejeki sepanjang jalan
tak akan sanggup melawan para tiran
yang mengendalikan semua aturan

Maka kemarahanmu yang membara
menghanguskan tubuhmu
Apimu memercik ke penjuru negeri
Membakar semangat perlawanan

Tubuhmu kini menyala
di hati sopir taksi, pedagang asongan,
ibu setengah baya yang mulai beruban,
dan kaum marhaen yang kau cintai

Dan mereka lalu menyeru:
“Patriot Perubahan akan terus melawan!”
Jakarta, 11.12.11.(DSY)

oke , mungkin dalam ajaran agama gue , bunu diri , ngezalimin diri sendiri tuh dosa . gue bersyukur ga tau kenapa , bang sondang ini bukan muslim , jadi dia ga liat sisi agama mungkin , terlepas dari agama , gue ngerasa yg dilakuin bang sondang tuh PARAH , sebagai anak muda  , bang sondang tuh ibarat apa ya namanya , bikin hati gue tuh kebakar juga , gue juga ngerasain marahnya bang sondang , bang sondang dikasi gelar pahlawan tuh pantes banget menurut gue . dia berani negor pemerintah segitu ga elegannya , segitu beraninya . segituuu kerasnyaa . kalo pemerintah masih nutup kuping soal kejadian ini gue rasa bukan manusia pemerintah kita . 

tiap pagi , tv gue tuh tvone ngomongin korupsi , dari nazarudin , sekarang nunun , lu tau freeport di papua sana ? , itu juga isu korupsi , semua korupsi bray , luar biasa ga sih kalo kita uda punya jabatan , seenak enaknya aja makan duit orang !! fak banget jing . di freeport , semua orang papua disana demooo, tau apa yg dilakuin tni ? tni dan polri disuap , bermilyar milyar rupiah , cuma buat ngamanin orang papua , cuma buat ngamanin kebenerannya negara kita , padahal orang papua disana demo buat ngebenerin yg salah , mereka butuh pemerintah ngedenger , ini malah tentara nasional indonesia plus kepolisian indonesia yg harusnya harusnya HARUSNYA ngimpun aspirasi orang orang yg ngerasa ga dilakuin secara bener sama negara , harusnya ngamanin negara dari orang orang yg salah , yg uda ngorupsiin freeport , ini malah , MAU MAU AJA DISUAP , banyak bray uda banyak , banyak banget banget bangeeeeettt , lu tau , pulsa kita ajaaaa dikorupsi , ketik REG aja bayar , negeri apa sih sebenernya -.- mungkin ini yg dirasain bang sondang . kemarahannya tuh melebihi arti dari nafas dia . 

semalem gue sama ayah dialog singkat

gue : harusnya orang kaya sondang ga perlu mati ya yah , negara kita perlu orang kaya dia , yg berani banget
ayah : ga juga , lebih baik mati menurut ayah
gue : tapi kalo dia masih idup , dia mungkin bikin perubahan buat kita yah 
ayah : kalo dia masi idup , belom tentu dia dikenal , belom tentu juga dia bikin perubahan , coba liat , sondang mati , semua orang fokus ke sondang , mikirin sondang , ngerasain dukanya , keberaniannya , marahnya . coba kalo dia masi idup , belom tentu kita mikirin kaya gini 
gue : hmm
ayah : pemerintah kita tuh bung , mikirnya , kalo pendemo pendemo tuh orang orang bego, orang orang miskin , cuma mau disuruh suruh doang , nanti dikasi duit , nah , dibuktiin sama sondang ini . sondang kan pinter , dapet beasiswa , terpelajar , dia berani demo , dia ngebuktiin kalo pendemo tuh bukan orang orang begoo . 
gue : iya ya yah .

bener ya kata bung karno , kalo perjuangan dia lebih mudah , karena beliau melawan penjajah sedangkan kita , sekarang , disini , lebih sulit karena melawan negara kita sendiri

oke , mudah mudahan abang kita disana , dikasi tempat yg layak buat dia . AMIN .
kalo buat pribadi gue , gue ga bakal lupa kejadian bang sondang , amarahnya masi dan akan terus ngebakar hati kita , ngasi pesan bahwa kita harus terus lanjutin perjuangannya bang sondang . harus terus lawan ketidak beneran pemerintah kita . kita harus maju .MAJU . BERKOBAR . MEMBARA .


Rabu, 09 November 2011

hebatnya Bung Karno di mata dunia

Gambar Perangko Negara tetangga yang ada gambar Soekarno:

[Image: sukarno-1.jpg?w=510]

Di Negara Adidaya:

[Image: s-4.jpg?w=510]

Presiden Sukarno baru tiba di bandara Washington DC, AS, pada siang hari. Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (Foto: 16 Mei 1956).

Kalo sekarang SBY ke amrik diperlakukan kayak gini ga ya??

[Image: s-14.jpg?w=510]

Presiden Sukarno dan Presiden AS, Kennedy, duduk bersama di dalam mobil terbuka, sedang melewati pasukan kehormatan di pangkalan Angkatan Udara AS, MD. Bung Karno datang ke AS dalam rangka pembicaraan masalah insiden Kuba (Foto: 24 April 1961).

Bersama Mantan negara penjajah

[Image: s-9.jpg?w=510]

Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (Foto: 3 Pebruari 1958).

Menjadi cover majalah TIMES tahun 1946

[Image: sukarno-cover-time-1946.jpg?w=510]

Go International
[Image: s-11.jpg?w=510]

Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri "Uni Soviet"/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (Foto: 29 September 1960).

[Image: s-17.jpg?w=510]

Presiden Sukarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (Foto: 1965).

[Image: s-10.jpg?w=510]

Presiden Sukarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (Foto: 9 Mei 1960).

[Image: s-7.jpg?w=510]

Presiden Sukarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Bung Karno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (Foto: 25 Januari 1958).



[Image: chehha.jpg]
Bung Karno bertemu denga EL Che Guevarra "Pemimpin Revolusi" Amerika Latin.


[Image: soekarnodanmao.png]
Bung Karno bertemu dengan Mao , Presiden RRT (Pemimpin Revolusi China).

sarinah dimata BUNG KARNO

12962383841925264653
Sekarang, aku tidak punya ibu, tidak ada nenek untuk membujukku yang selamanya mengagumiku — tidak ada Sarinah yang dengan tekun menjagaku.” Sukarno dalam Penyambung Lidah Rakyat.
Sarinah. Nama ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Paling tidak, nama ini mewakili suatu kebudayaan metropolis di pusat keramaian ibukota. Berdiri tegak di tengah hiruk-pikuk masyarakat kota, Mall Sarinah. Pusat perbelanjaan di jantung ibukota ini bukanlah sekedar nama tanpa sejarah. Pahit-getirnya pergeseran makna nama “Sarinah” telah ia rasakan sejak sebelum negeri ini merdeka.
Sarinah punya arti tersendiri bagi presiden pertama kita, Sukarno. Bagi Sukarno, Sarinah bukanlah orang biasa meski dia berprofesi sebagai pelayan keluarganya. Sukarno menaruh hormat bagi perempuan desa ini, sangat dalam. Sukarno menempatkannya dalam jajaran orang yang sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya.
“Dialah yang mengajarku untuk mengenal cinta-kasih. Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya bila aku menjebut itu. Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata,” ujar Bung Karno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat.
Ajaran cinta kasih Sarinah kepada Sukarno sangat melekat hingga menjabat sebagai Presiden RI. Sukarno tak pernah melupakan jasa Sarinah atas pelajaran hidup selama ia diasuh semasa kecilnya. Ajaran Sarinah berpengaruh terhadap pemikiran besar Sukarno ketika ia dewasa. Terutama soal kemanusiaan, Sukarno benar-benar menyelami apa yang pernah Sarinah katakan padanya. Dengan menggabungkan ajaran Gandhi dan Sarinah, Sukarno merumuskan semangatn nasionalismenya, “my nationalism is humanity.
“Karno, yang terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mentcintai pula rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya,” terang Sarinah kepada Sukarno kecil seperti yang diceritakan dalam biografi yang ditulis Cindy Adams itu.
Bimbingan Sarinah kepada Sukarno kecil membawanya pada pemahaman soal kemanusiaan yang kompleks. Sukarno pun menggelitik persoalan tabu pada zamannya, kesetaraan gender. Sukarno menuangkan gagasan kesetaraan tersebut dengan sebuah karya untuk mengenang gurunya. Pada 1947, Sukarno menerbitkan buku yang didalamnya banyak bercerita tentang pentingnya perempuan dalam membangun negara-bangsa, yakni Sarinah.
Terlepas tokoh Sarinah itu imajiner atau tidak seperti halnya Marhaen, cita-cita kesetaraan gender sangat kentara. Bukan berarti Sukarno merupakan tokoh awal perjuangan kesetaraan gender karena gerakan tersebut sesungguhnya sudah lahir sejak awal abad ke-20 yang digawangi kaum perempuan sendiri, seperti: Rohana Kudus, Dewi Sartika, dan Kartini. Laki-laki dan perempuan merupakan kekuatan tak terpisah. Harus berjalan seiring sejalan dengan kesetaraan di antara keduanya.
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya se-ekor burung. Jika dua sayap itu sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai kepuncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali,” tutur Sukarno mengutip Baha’ullah dalam bukunya, Sarinah.
Atas jasa besar itu, sebagai penghormatan, Sukarno membangun sebuah pusat perbelanjaan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Nama pengasuhnya tersebut dipakai sebagai identitas pusat perbelanjaan itu, “Sarinah.” Gedung tersebut dibangun pada 23 April 1963 dan diresmikan 15 Agustus 1966, terlambat hampir setahun dari rencana awal yang ditargetkan selesai 22 Desember 1965. “Sarinah” dibangun untuk memenuhi keinginan rakyat, barang murah dengan kualitas bagus dan terjamin.
“Janganlah ada manusia yang mengira, bahwa departement store (Sarinah) adalah proyek lux. Tidak!” tegas sukarno ketika menjawab para pengritik pembangunan gedung tersebut.
Pergeseran Makna
Makna Sarinah ternyata tak bisa lepas dari konteks sosial-politik. Lahirnya rezim Suharto pada 1966 telah mengubah “sakralitas” Sarinah sebagai sebuah nama. Sarinah tak lagi bermakna dalam sebagaimana Sukarno menghormatinya. Tenggelam dalam giat politik rezim despotik yang berusaha mengaburkan segala sesuatu yang berbau Sukarno dan sosialisme.
12962383161204928874
Masih melekat kuat dalam ingatan tentang siapa itu Sarinah. Pasar malam di lapangan kecamatan yang selalu ramai pengunjung dengan berbabagi hiburan di masa kecil ku dapat jadi gambaran. Sarinah bukan lagi sosok penuh dedikasi terhadap kemanusiaan seperti yang digambarkan Sukarno. Makna sesungguhnya dari nama Sarinah ditenggelamkan hingga titik nadir.
“Sarinah pergi ke pasar.” Begitu lah yang dikatakan para pawang dalam hiburan topeng monyet di pasar malam. Sarinah diidentikkan, maaf, dengan monyet yang selalu menghibur anak-anak itu. Politik bahasa digunakan untuk menggeser arti Sarinah yang sesungguhnya. Saya pribadi sangat yakin, para pawang tersebut tak tahu bagaiamana politik kata-kata penguasa rezim Suharto telah merasukinya. Mereka hanya diperalat oleh rezim.
Begitu pula departement store di jalan MH Thamrin tersebut. Tempat yang awalnya bertujuan agar barang pasar naik kelas sudah tak sesuai lagi dengan cita-cita ketika didirikan. Pusat perbelanjaan Sarinah bukan lagi milik rakyat yang ingin barang murah dengan kualitas bagus. “Sarinah” sudah jadi gaya hidup elit karena apa yang dijual di sana harganya selangit, hanya untuk kalangan tertentu saja. Bukan lagi pasar tradisional dengan tempat istimewa.
Mengembalikan makna “Sarinah” pada tempat semestinya bukanlah perkara mudah. Butuh waktu panjang untuk mengenang kembali “romantisme” sebuah nama besar dalam perjalanan sejarah. Sarinah bukan lagi panggilan gantungan hidup pawang pertunjukkan topeng monyet. Sarinah bukan lagi tempat peminggiran rakyat. “Sarinah memberiku humanisme,” kata Sukarno dalam biografinya.
Referensi

orator hebat sepanjang masa


1. Fidel Castro




Fidel Alejandro Castro Ruz (lahir 13 Agustus 1926; umur 84 tahun) adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada Februari 1959 setelah tampil sebagai komandan revolusi yang gagal Presiden Dewan Negara merangkap jabatan sebagai Dewan Menteri Fulgencio Batista pada tahun 1976. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu.


Pada tahun 1947, ia ikut dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak militer Moncada Santiago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas dan ia dipenjara selama 15 tahun.


Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan pada 15 Mei 1955, ia langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan ini kemudian dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, ia lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, ia kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra.


Di luar Kuba, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impiannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chávez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia.


Menjelang hari ulang tahunnya ke-80 yang jatuh pada 13 Agustus 2006, ia menyerahkan tampuk kepemimpinannya untuk sementara waktu kepada adiknya. Praktis, Raúl merangkap jabatan, yakni sebagai Presiden Kuba dan Menteri Pertahanan Kuba. Penyerahan kekuasaan ini merupakan pertama kali sejak ia memerintah Kuba pada 1959. Castro juga meminta perayaan ulang tahunnya yang ke-80 ditunda sampai 2 Desember 2006. Padahal, pesta meriah selama empat hari di jalan-jalan utama Havana sudah disiapkan, termasuk konser megah dari musisi dan penyanyi Amerika Latin.


Kesehatan Castro sempat menurun setelah jatuh ketika berpidato pada 2004. Waktu itu, lutut kiri dan lengan kanannya terluka.


Pada 19 Februari 2008, lima hari sebelum mandatnya berakhir, Castro menyatakan tidak akan mencalonkan diri maupun menerima masa bakti baru sebagai presiden atau komandan angkatan bersenjata Kuba. Jabatannya digantikan oleh adiknya, Raul Castro.


Orasi Fidel Castro mampu memikat orang-orang, sampai saat ini juaranya orator adalah Fidel Castro tapi ada yang menyebut bung Karno lah Juaranya

2. Soekarno





Ir. Soekarno (ER, EYD: Sukarno) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[2] Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.

Orasi-orasinya singkat padat namun kata-katanya sangat dalam sehingga mampu memikat orang-orang, menurut beberapa ahli orasi-orasinya memiliki kata-kata yang sampai sekarang masih terdengar disebut-sebut.

3. Adolf  Hitler





Adolf Hitler (lahir 20 April 1889 – meninggal 30 April 1945 pada umur 56 tahun) adalah Kanselir Jerman dari tahun 1933 dan Führer (Pemimpin) (Reich ketiga) Jerman sejak 1934 hingga ia meninggal. Pada 2 Agustus 1934, ia menjadi diktator Jerman setelah Presiden Von Hindenburg meninggal. Ia menyatukan jabatan kanselir dan presiden menjadi Führer sekaligus menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman. Ia juga seorang Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal dengan Nazi. Nazi secara resmi dibubarkan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II yang besar karena sistem kediktatoran Hitler. Hitler seorang orator yang berkharisma, Hitler merupakan salah satu pemimpin yang paling berpengaruh di dunia.

Ketika Perang Dunia II akan berakhir, Hitler bunuh diri di bunker bawah tanah-nya di Berlin bersama istrinya yang dinikahinya belum lama di dalam bunker, Eva Braun. Tapi ada yang menyebut Hilter masih hidup dan mengasingkan diri di Indonesia, serta mengganti namanya menjadi Dr. Poch.

Hitler juga adalah penggemar dari Bung Karno, setiap bung karno Pidato, Hitler pasti mendengarkannya melalui radio, atau mendengar rekamannya. Hitler disebut sebagai orator ulung karena mampu mengambil simpati orang Jerman sehingga kemudian dia menjadi sang Penguasa Jerman


kata kata bung karno

1. “ Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ” .
2. “ Tidak seorangpun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya ”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno).
3. “ Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”
4. “ Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”.5. “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961).
6. “ Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
7. “ Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

8. “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno).

9. “ Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno).
10. “ Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno).
11. “ Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ”Tuhan tidak merubah nasib sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno).
12. “ Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno).
13. “ Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).
14. “Aku Lebih suka lukisan Samudra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno).
15. “ Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)


Sabtu, 29 Oktober 2011

tragedi kali angke


Sabtu, 08 Januari 2011 | 12:38:57 WIB
batavia.com - Sebagai kota yang sudah berumur lebih dari 400 tahun, tentu menorehkan sejarah termasuk kisah indah dan pahit tentang kehidupan manusia yang ada di dalam kota Jakarta yang pada pemerintahan kolonial Belanda bernama Batavia.
Dibalik perjalanan panjang kota Jakarta, tercatat kisah perjuangan dan tragedi berdarah sehingga menciptakan kisah tersendiri bagi kota Jakarta.
Diantaranya, ada kisah mengenaskan yaitu pembantaian massal yang dilakukan penguasa VOC pada tahun 1740 atas orang etnis Tionghoa. Tragedi kemanusiaan itu menewaskan hampir 10.000 orang etnis Tionghoa dibantai secara sadis di kawasan Kali Angke.


Kisah kelam ini berawal dari memanasnya hubungan antara pemerintah VOC Belanda dengan kaum imigran Tionghoa yang ada di Batavia saat itu. Merosotnya perdagangan VOC akibat kalah bersaing dengan Maskapai Perdagangan Inggris, The Britisch East India Company yang berpusat di Callcuta, India dalam perebutan hegemoni perdagangan bangsa-bangsa Eropa (1602-1799) berbuntut pada tekanan terhadap seluruh wilayah jajahan VOC termasuk Hindia Belanda.
Untuk mengatasinya, Heeren XVII(Kamar dagang VOC) menekan Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia agar dapat memaksimalkan jumlah pendapatan dan aliran dana segar ke kas VOC. Ditambah lagi besarnya pengeluaran angkatan perang VOC akibat pemberontakan yang terjadi di berbagai wilayah kekuasaan kolonial di Nusantara serta terus meningkatnya jumlah imigran Tionghoa yang berhasil dalam bidang perdagangan di Batavia. Lalu pemerintahan VOC menganggap, jika dibiarkan akan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan dagang VOC di negeri ini.


Untuk memecahkan masalah tersebut,Dewan Hindia Belanda dan Gubernur Jendralnya (saat itu dijabat oleh Valckeneir ) sepakat melakukan jalan pintas dengan menggalakkan program tanam paksa bagi warga bumiputera. Sementara bagi para etnis keturunan dan para imigran Tionghoa yang saat itu tergolong lebih berhasil dikenakan berbagai aturan dengan tujuan pemerasan.
Pemerintahan VOC memberlakukan program “Surat Ijin Tinggal” dengan masa waktu terbatas bagi seluruh etnis Tionghoa yang tinggal di dalam tembok maupun diluar tembok Batavia.Selain keras, aturan ini juga menjatuhkan sanksi hukuman penjara dan denda, hingga pengusiran etnis Tionghoa dari seluruh wilayah Hindia Belanda, jika tidak memiliki surat ijin tinggal.


Pada awal penerapannya, pemerintah VOC beralasan bahwa program itu untuk membersihkan wilayah Batavia dan sekitarnya dari para pendatang ilegal yang selalu mengganggu ketertiban. Memang, saat itu kondisi kota Batavia menjadi tidak teratur, diserbu para imigran terutama Tionghoa. Tempat perjudian dan hiburan tumbuh bak jamur di musim hujan.


Pada 1719 tercatat sebanyak 7.550 jiwa imigran Tionghoa menetap di Batavia dan pada 1739 meningkat hingga sekitar 10.574 jiwa. Mereka tinggal di dalam dan luar tembok Batavia. Kemudian 25 juli 1740 pemerintah VOC Belanda mempertegas pelaksanaan program surat ijin tinggal itu dengan mengelaurkan resolusi yang isinya “penguasa VOC memiliki hak untuk menangkap dan memenjarakan seluruh warga Tionghoa yang tidak memiliki izin tinggal diwilayah Batavia”.


Resolusi pemerintahan VOC membuat warga etnis Tionghoa terpukul karena dijadikan korban, sementara menciptakan peluang korupsi bagi oknum pemerintah. Sedangkan kalangan dewan menilai sangat baik, karena selain meningkatkan pendapatan dari sisi pajak, juga dijadikan alat kontrol terhadap semua aktivitas bisnis warga Tionghoa.


Aturan tersebut membuat warga Tionghoa mengalami kebangkrutan, bahkan banyak diantara pedagang Tionghoa beralih profesi menjadi buruh kasar akibat tidak kuat membayar pajak yang diberlakukan pemerintahan VOC Belanda. Kemudian muncul ketidak puasan yang dilanjutkan dengan perlawan terhadap pemerintahan VOC. Sehingga sejak September 1740 mulai terjadi kerusuhan-kerusuhan kecil di luar komplek tembok Batavia.
Aksi perlawanan akhirnya memuncak pada 7 Oktober 1740. Saat itu, lebih dari 500 orang Tionghoa dari berbagai penjuru berkumpul guna melakukan penyerangan ke Kompleks Benteng Batavia. Setelah sebelumnya menghancurkan pos-pos penjagaan VOC di wilayah Jatinegara, Tangerang dan Tanah Abang secara bersamaan. Lalu, 8 Oktober 1740, kerusuhan terjadi disemua pintu masuk Benteng Batavia. Ratusan etnis Tionghoa yang berusaha masuk dihadang pasukan VOC dibawah pimpinan Van Imhoff.


9 Oktober 1740, dibantu dengan altileri berat pasukan VOC berhasil menguasai keadaan dan menyelamatkan Kompleks Batavia dari kerusuhan. Pasukan kaveleri VOC mulai mengejar para pelaku kerusuhan. Seluruh rumah dan pusat perdagangan warga Tionghoa yang berada di sekitar Batavia digeledah dan dibakar. Termasuk rumah Kapiten Tionghoa Nie Hoe Kong yang dianggap sebagai otak kerusuhan. Ribuan warga Tionghoa yang selamat dari kerusuhan diburu dan dibunuh tanpa perduli apakah terlibat atau tidak dalam peristiwa pemberontakan tersebut.
Banyak diantara mereka dibiarkan lari kearah kali sebelum akhirnya dibantai oleh para prajurit yang telah menunggu kedatangan mereka. Sempat terjadi silang pendapat prihal lokasi tempat pembantaian yang dilakukan tentara VOC Belanda. Beberapa sumber menyatakan bahwa kali yang menjadi lokasi pembantaian adalah Kali Angke, hingga peristiwa pembantaian ini diabadikan dengan nama “Tragedi Angke”. Namun ada pula yang berpendapat bahwa pembantaian sebenarnya tidak terjadi di Kali Angke melainkan di Kali Besar, karena letaknya lebih dekat ke Tembok Batavia.
Kali Angke hanyalah merupakan titik akhir lokasi penemuan ribuan mayat korban pembantaian yang hanyut di air.


Aksi pengejaran terhadap warga etnis Tionghoa terus berlanjut. Malam hari 9 Oktober 1740, prajurit VOC kembali melakukan penyisiran guna mencari sisa-sisa etnis Tionghoa yang bersembunyi dirumah atau bangunan lain diseputar Batavia. Pembantaian kali ini lebih sadis karena melibatkan budak dan warga bumiputera yang sengaja dibakar amarahnya. Bahkan menurut cerita Gubernur Jendral Valckeneir sempat menjanjikan hadiah sebesar 2 dukat per kepala etnis Tionghoa yang berhasil dipancung.


10 Oktober 1740, setelah peristiwa pemberontakan mereda, Gubernur Jendral Valckeneir kembali memerintahkan prajuritnya guna mengumpulkan seluruh warga Tionghoa yang tersisa termasuk yang terbaring di rumah sakit maupun di penjara. Mereka dikumpulkan didepan Stadhuis Gedung Balaikota (sekarang Muesum Fatahillah) untuk menjalani eksekusi hukum gantung.


Pasca tragedi kemanusiaan itu, tercatat warga etnis Tionghoa yang selamat sebanyak 3.441 jiwa. Terdiri dari 1.442 pedagang, 935 orang petani, 728 orang pekerja perkebunan, dan 336 orang pekerja kasar. Peristiwa pembantaian etnis ini merupakan kisah terburuk sepanjang sejarah perjalanan kota Jakarta. 0 sumber: Tragedi Berdarah Angke / Hembing Wijayakusuma 2005/edison