Halaman

Foto saya
Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
Your Future Psychology

Rabu, 01 Juli 2015

Administrasi tes

Hari ke dua puluh lima, poli psikologi Rumah Sakit Duren Sawit

08.00 Aku bertemu hanun di metromini 52, mendapatkan teman yang sama-sama telat adalah anugrah bagiku haha :) Setelah itu kami masuk ke ruang poli, hanya ada ayu dan mba maria disana, mba maria sedang merapikan sayur-sayurannya, tepatnya sedang memotong sayur pakis, sedangkan ayu sedang merajut, membuat gelang, seperti biasa. 


09.00 Kami hanya berdiskusi banyak hal bersama bu Rena dan bu Nurul setelah mereka datang, dari mulai bahasan tentang akhsan, kemudian playgroup, alat mainan yang aman untuk anak sampai isu LGBT yang kemarin baru saja dilegalkan oleh presiden Amerika Serikat untuk Negaranya. Setelah kami menerima satu orang pasien anak, bu Nurul yang hari ini praktek masuk ke ruang tes psikologi, selang 15 menit kemudian, ia masuk ke poli dan mengabarkan bahwa pasien tersebut tidak jadi ditangani karena anaknya sedang sakit. Jadi, bu Nurul meminta reschedule saja sampai anaknya sehat.

10.00 Kami diberikan materi mengenai administrasi pembukaan rangkaian tes psikologi, dan administrasi tes Kraeplin oleh bu Rena. Pembukaan rangkaian tes psikologi beberapanya menjelaskan tentang perkenalan tester dan asal tester, tujuan pemeriksaan psikologi, lama pemeriksaan psikologi, bagaimana macam-macam persoalan misalnya " anda nantinya akan menemukan persoalan berhitung, kalimat, menggambar dan lain sebagainya" kemudian saran-saran ketika mengerjakan pemeriksaan, misalnya "anda tidak perlu khawatir, karena pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan khusus seperti ujian-ujian lainnya" Kemudian di akhir pembukaan diharapkan agar peserta menonaktifkan alat komunikasi atau me"silent"nya. Dijelaskan juga bahwa setiap tesnya akan diberi tahu cara pengerjaannya. Dan banyak lagi perintilan lain yang diberitahu bu Rena kepada kami. 

11.00 Setelah kami juga diminta mencatat kalimatisasi yang baik untuk administrasi tes Kraeplin, kami boleh memfoto copy lembar panduan tes IST, terdiri dari 9 subtes, yang paling aku ingat adalah subtes ke 9 yaitu menghafal kata-kata. Bu Rena juga mengemukakan saran bahwa akan diadakan posttest di hari hari terakhir kami PKP (praktek Kerja Psikologi), beliau ingin melihat kemampuan kami satu persatu dalam hal administrasi tes psikologi. Ini adalah kabar yang sangat baik. Aku merasa ini salah satu proses belajar yang sangat ideal, yang harusnya aku syukuri karena tidak semua mahasiswa magang bisa diberikan kesempatan seperti ini.  

Selasa, 30 Juni 2015

Tester

Hari ke-dua puluh empat. Poli Psikologi, Rumah Sakit Duren Sawit

07.00 Hari ini aku datang tepat waktu, demi berjanji di hari kemarin akan datang lebih awal karena akan ada test psikologi untuk tiga orang perawat rumah sakit, di ruang poli. Dari kemarin kami sudah sibuk membagi tugas siapa saja yang akan memberi instruksi untuk tiap-tiap test, total test nya berjumlah delapan tes. Dan kami sudah mempelajari dan diberikan lebih dulu oleh mba Maria dihari-hari yang lalu. Pembagiannya sebagai berikut
Kraeplin = Bunga
IST = Ayu
DISC = Hanun
EPPS = Ayu
PAPI Kostic = Hanun
Tes Grafis
(Wartegg, BAUM, dan DAM) = Bunga

07.30. Peserta tes sudah datang, mereka tiga orang perawat, mengenakan seragam perawat berwarna biru, dengan pantofel dan menjinjing tas masing-masing, satu orang perawat sedang hamil, ia sangat ramah dan supel, sering bertanya dan sangat kooperatif. Awalnya, mereka disuruh mengisi kertas formulir pasien baru untuk rumah sakit, dan form inform consent khas dari psikologi. Setelah data-data tersebut terkumpul, barulah mba Maria membuka tes dengan pembukaan yang sangat manis. Memberi salam, memperkenalkan diri, dan memperkenalkan kami sebagai mahasiswa yang akan membantu jalannya proses tes psikologi. Giliran aku dimulai, Kraeplin adalah urutan tes pertama untuk rangkaian tes psikologi dimanapun itu. Beberapa menit sebelumnya aku mulai panik, aku nerveous, tapi bisa diatasi, tidak seperti ketika dulu detik-detik mengisi materi DGT di instalasi rehab mental, nerveousku ini lebih bisa berdamai, dan masih aman. Instruksi Kraeplin berjalan dengan lancar. 22 menit setengah berlalu dan selesailah tugas pertamaku.

10.30 Menjelang tugas keduaku, sebagai tester dari tes grafis, aku dipanggil oleh bu Rena, ia menjelaskan panjang lebar bagaimana instruksi yang baik untuk tes grafis. Mulai dari Wartegg, aku baru mengetahui jika instruksi memberi keterangan/judul gambar itu diberikan ketika dipertengahan proses tes wartegg, bagaimana kata-kata yang tepat untuk instruksi awal, sebagai contoh "gambarkan apa saja. bebas, yang penting tanda tanda pada tiap kotak ini, harus menjadi bagian dari gambar anda". di pertengahan baru ditambahkan instruksi memberi keterangan pada lembar bawah halaman di lembar jawaban wartegg, ditambah simbol simbol M untuk mudah, S untuk sulit, + untuk yang paling disukai, dan - untuk yang kurang disukai. Selanjutnya aku diberikan penjelasan tentang BAUM, dan DAM, bagaimana menjawab pertanyaan dari peserta semisal peserta menanyakan sesuatu yang kurang dimengerti, bagaimana kalimatisasi yang tepat untuk instruksi, dan sama seperti wartegg tadi, instruksi untuk menuliskan identitas phon dan orang yang digambar diberikan di pertengahan atau akhir-akhir proses tes. Karena, semenjak kuliah, aku tahu betapa pentingnya kalimatisasi dan betapa berpengaruhnya kalimatisasi yang tester katakan dalam pelaksanaan tes psikologi. apapun bentuknya.

16pf

Hari ke-dua puluh tiga, poli psikologi, Rumah Sakit Duren Sawit


08.45 Kegiatan kami hari ini sama seperti biasanya, mendata pasien masuk, dan menyerahkannya kepada psikolog yang praktek untuk ditangani, pasien antre hanya ada satu orang saja seingatku. Kemudian kami mencari kegiatan lain, aku mengusulkan untuk melanjutkan mengerjakan tes grafis, kemarin kami bertiga baru mengerjakan tes DAM, hari ini kami menghabiskan seluruh tes grafis, BAUM, dan Wartegg.

09.00 Sekitar pukul sembilan kami memulai mendengarkan instruksi dari mba Maria, ada banyak pertanyaan, salah satunya aku menanyakan mengapa untuk menggambar pohon, beberapa jenis pohon tidak boleh digambar, misalnya tidak boleh menggambar pohon kelapa, karena menurutku, pohon kelapa adalah pohon yang kesemua bagian tubuhnya memiliki manfaat, pohon kelapa adalah sumber kehidupan, manusia bisa bertahan dengannya, semua bisa digunakan, beberapa ada yang dapat dikonsumsi, digunakan sebagai wadah suatu alat, dan lain sebagainya. Bu Nurul, psikolog yang ada di ruang poli mencoba menjelaskan, ia sendiri sebenarnya ragu dengan jawaban yang ia kemukakan, karena menurutnya itu bukan ahlinya. Tetapi intinya, ia menjelaskan bahwa, kesemua jenis pohon yang tidak boleh digambar adalah untuk membantu, untuk mengarahkan peserta tes agar mereka menggambar pohon utuh dan spesifik dengan bagian tubuh dari pohon yang lengkap. Bu Nurul malah menyinggung banyak soal keahliannya berinterpretasi gambar untuk anak-anak, anak-anak berbeda dengan dewasa, biasanya menggunakan THP (Tree House Person) Test, atau Draw a Dragon, salah satu bentuk tes dengan instruksi peserta anak-anak diminta untuk memilih ingin menggambar naga, rumah, ada beberapa opsi, saya lupa, tapi saya mencatatnya, di buku catatan. Warna yang digunakan juga hanya lima warna. Ini semua guna pemeriksaan klinis peserta.

10.30 Kami selesai melaksanakan tes grafis, kemudian kami melanjutkan belajar tes 16pf dari mba maria, lembar jawaban kami fotokopi lebih dulu, tes 16pf adalah salah satu tes kepribadian, dari cattel, di tahun 20an menurut penjelasan mba Maria. 16pf tidak sering digunakan, karena sudah sama seperti tes kepribadian lain seperti EPPS dan Kostic, terkadang ada elemen-elemen perilaku yang tidak tercermin di dalamnya sehingga banyak psikolog yang sudah meninggalkan 16pf. Jumlah tesnya ada 105 soal. Caranya hanya dengan memilih A, B atau C, hampir sama seperti EPPS atau Kostic. Selesai kami kerjakan, scoring adalah bagian yang menarik, yang paling aku tunggu. Scoring tiap tes pasti berbeda, termasuk tes ini. Pertama kami disuguhkan dengan kunci jawaban angka genap dan angka ganjil, kami mengikuti skor yang ada dalam kunci, hanya ada tiga nilai, nilai 0, nilai 1,dan nilai 2. Setelah itu ditiap baris soal, kami harus jumlahkan nilai yang didapat, kemudian dikonversikan ke nilai SS, dengan ketentuan nilai MD yang berlaku. Scoring berjalan dengan lancar, sampai finishingnya adalah kami membuat grafik berdasarkan nilai SS yang didapat dan tinggal melihat titik titik yang ekstrem ke kanan atau ke kiri. di lembar panduan, di kanan dan kirinya sudah tercantum uraian singkat skala terendah dan uraian singkat skala tertinggi.

Minggu, 28 Juni 2015

SB IS (Standford Binet Intelligence Scale)

Hari ke-dua puluh dua, Poli Psikologi, Rumah Sakit Khusus Daerah, Duren Sawit


08.35 aku baru datang, semua teman magangku di RSDS bersorak menyambutku "Astagfirulloh al adziim, jam berapaaaaa iniii?" hahahhaaha. aku hanya tertawa tertawa saja. Mereka sedang berkumpul, mengelilingi bu Nurul. Salah satu psikolog juga di RSDS.Ternyata bu Nurul sedang menjelaskan tentang SB IS (Stanford Binet Intelegensi Scale)

Menurutnya, SB sangat cocok untuk di tes pada anak RM (Retardasi Mental), tes ini lebih baik dibanding WISC, karena terkadang WISC malah akan memperburuk hasil IQ yang didapat dari anak RM. Tetapi SB ini juga mempunyai kelemahan. Biaya alat tesnya mahal, memerlukan skill yang lebih dalam ketika memberi tes, banyak alat peraga yang disediakan sehingga harus mengerti betul cara administrasinya. Perangkat SB terdiri dari buku lembar jawaban yang dipegang oleh tester, kemudian ada buku panduan dan buku persoalan. Yang akan ditampilkan pada testee adalah alat peraga, berupa mainan seperti boneka, kartu-kartu, gambar orang, balok-balok, dadu, dan banyak lainnya. Dalam SB dikenal Basal Age, adalah usia kognitif anak mampu mengikuti tes. Caranya, dengan expert judgment, langkah paling awal adalah memilih basal age dengan perkiraan. Jadi, dalam buku lembar jawaban, dibagi sesuai usia. ada tes untuk tahun II, untuk tahun III,tahun IV, tahun V, tahun VI, sampai tahun XII. Setelah psikolog memperkirakan basal age yang sepertinya dimiliki anak, misal tahun III, maka psikolog sebagai tester memeriksa anak dengan memberikan tes untuk tahun III, jika ada soal yang salah, minimal satu kesalahan, maka harus mundur ke tahun sebelumnya, jika tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan ke soal selanjutnya.

DAM

Hari ke dua puluh satu, Poli Psikologi Rumah Sakit Khusus Daerah, Duren Sawit

08.07 Aku minta maaf pada mba Maria karena datang telat lagi, hari ini hari ke-5 aku berada di sini, di poli psikologi. "Gapapa kok, ga masalah kalo aku mah" seperti itu jawab mba Maria, tapi mulutku sudah berjanji bahwa mulai minggu depan aku akan datang lebih awal, 7.45 paling lambat. Hari ini psikolog yang praktek hanya bu Vina. Setelah pasien datang, bu Vina langsung menuju ke ruang tes psikologi. Sebanyak empat pasien yang akan ditangani oleh beliau.


09.00 Setelah membantu mba Maria mendata pasien, mencatat jam masuk RM (Rekam Medis), mencatat jam masuk pasien ke ruang tes, kemudian mencatat biodatanya di buku besar berwarna merah. Kami kemudian dikejutkan oleh kedatangan si kecil Akhsan, aku tidak tahu tepat penulisan namanya yang benar. Akhsan adalah putra dari bu Rena, salah satu psikolog kami. Sekarang, yang terlintas di ingatanku ketika bertemu bu Rena adalah "alangkah seharusnya bersyukur beliau bisa belajar sebagai mahasiswa di univ tarumanegara yang terkenal mahal, kemudian tidak susah-susah harus memikirkan masalah biaya, beliau langsung dapat melanjutkan s2 di universitas yang sama". Kadang aku iri pada kehidupan seperti itu, menjadi mahasiswa s1 psikologi di universitas negeri saja rasanya lelah sekali memikirkan bagaimana pembiayaan. Di setiap bulan bulan penghujung semester dan awal-awal semester aku perlu memikirkan bagaimana managing keuangan, me-list biaya biaya yang dapat kutabung dan harus kukeluarkan. Mungkin, ini yang menjadikan aku lebih menghargai dan menghormati orang-orang di luar sana yang dapat melanjutkan s2 apalagi mendapat beasiswa ke luar negeri, dengan uangnya sendiri. tidak cuma-cuma.

11.00 Kami bermain dengan akhsan, bercanda, mengajarkan kosakata-kosakata baru, bernyanyi bersama, atau hanya duduk saja melihat betapa lucu perilakunya, sebagai anak normal berusia 2 tahun. Ketika akhsan pergi, kerjaan kami hanya begitu-begitu saja. Mengeprint laporan hasil tes, atau mengantarkan data-data yang diperlukan untuk di stempel di bagian NAPZA, atau mengantarkan surat-surat ke lt 4. Setelah jam 11.30 tiba, kami pamit untuk main ke instalasi rehab mental di gedung belakang.

13.00 Sebelum pulang, mba Maria meminta kami untuk tes grafis, tes grafis hari ini cukup BAUM dan DAM (Draw a Man) saja. Jika bu Vina selesai praktek dan pulang ke poli dan masih ada waktu sebelum jam 2 kami pulang, kami diberi kesempatan untuk belajar bagaimana interpretasi kecil-kecilan tentang grafis. Tapi ternyata setelah kami menggambar dan menunggunya hingga 15 menit sebelum pulang, bu Vina belum kunjung datang, alhasil kami hanya meletakkan saja hasil tes grafis kami bertiga untuk nantinya di interpretasi oleh bu Vina dan dijelaskan kepada kami.

Tes yang kami selesaikan hanya DAM, Draw a Man kepanjagannya, instruksinya "Gambarlah seorang manusia di kertas yang disediakan" sebelumnya kami diharuskan menulis biodata di kertas bagian belakang, nama, usia, pendidikan, dan tandatangan. Setelah digambar, kami disuruh menuliskan nama orang yang digambar, usia orang yang digambar, kegiatan yang ia lakukan, tiga sifat positf yang ia miliki dan tiga sifat negatif yang ia miliki. Aku menggambar seorang wanita, dengan nama yang sama denganku, bunga. Karena aku suka namaku, aku sangat amat menyukai namaku. Menurutku, namaku bagus, cantik, indah, dan enak didengar. Perempuan itu berusia sama denganku, 22 tahun, sedang memakai PDH (Pakaian Dinas Harian) crew sigma TV UNJ dan akan melakukan liputan untuk konser Ramadhan Jazz Festival, ini sesuai dengan apa yang aku pikirkan saat ini, karena nanti malam aku akan melakukan liputan. Persis seperti pada gambar. Sifat positif miliknya adalah jujur, berani, dan satu lagi aku lupa. Sedang sifat negatif miliknya adalah tidak disiplin, ceroboh, dan satu lagi aku lupa haha

Kamis, 25 Juni 2015

Hari ke-20

Hari ke-duapuluh, Poli Psikologi, Rumah Sakit Khusus Daerah, Duren Sawit


08.35 Aku datang telat sekali, setelah sampai ruangan, sudah ada bu Nurul dan mba Maria, sebelum sampai ruangan, aku berpapasan dengan bu Rena, "nanti tolong ambilkan alat tes trus kasih ke ruangan sebrang poli paru seperti biasa ya bunga" katanya dengan sopan, aku segera mengiyakan. Aku menyalami tangan mba Maria dan bu Nurul di poli. Setelah sedikit membantu mba Maria filing dan input data pasien, mba Maria meminta aku membawa alat tes dan RM dari pasien yang ditangani bu Rena. Hari ini bu Rena yang giliran praktek. Mba Maria juga yang menyarankan agar aku langsung saja ikut di dalam ruangan, mendampingi bu Rena. Pasien yang sedang ditanganinya adalah pasien dengan hidrocepalus, perkembangannya terhambat padahal ia sudah duduk di bangku SMP, tubuhnya kecil, pendek. 

08.45 Aku mengikuti proses tes IQ, menggunakan tes WISC juga seperti kemarin, tapi dengan psikolog yang berbeda, berbeda pula catatan yang aku dapat. Seperti halnya kemaren, aku mencatat instruksi yang menarik dan berbeda dari bu Rena sebagai tester, aku melihat perbedaan dari dua anak yang sudah aku observasi dari hari kemarin, pasien anak hari ini sangat kooperatif, walaupun suaranya kecil, tapi setiap pertanyaan dijawabnya dengan baik. Tidak seperti pasien kemaren, tidak konsentrasi sama sekali dan bahkan hampir semua pertanyaan bagian pengetahuan umum tidak dapat dijawabnya. Yang berkesan bagiku, pasien hari ini dapat menjawab dengan baik pertanyaan mengenai hobinya di rumah, aktivitas di rumah setelah ia sekolah, bagaimana kedekatan dengan keluarga, dan ia mengetahui mengoperasikan mesin cuci, ia mengetahui cara memasak nasi di ricecooker, cara memasak nasi goreng, dan ia sering mengulek sambel sendiri. Hebat. 

09.15 Di akhir tes, bu Rena memberikan instruksi agar "X" menuliskan angka 1 - 10 di awalnya, tapi kemudian bu Rena dengan random menyebut angka puluhan, kemudian, ratusan, ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, sampai sejuta yang harus ditulis oleh X. Instruksi selanjutnya adalah menuliskan huruf A sampai Z, "huruf besar atau huruf kecil?" pertanyaan pertama yang X tanyakan kepada Bu Rena. Terakhir, X diminta menuliskan cerita aktivitas pagi hari dari mulai bangun tidur hingga pergi ke sekolah di lembar yang sama. Setelah itu, orangtuanya dipanggil ke dalam ruangan, ada ayahnya juga ibunya, bu rena hanya menjelaskan bahwa memang sudah benar metode yang diajarkan oleh sekolah dari anak mereka. Karena sudah benar bahwa kemampuan akademik dan kompetensi tertentu dari X tidak bisa disamaratakan oleh teman-teman lainnya. Bu Rena juga memberi tahu bahwa yang paling penting adalah karakter building. Buat apa cerdas tetapi tidak ada attitude dari seseorang. 

Dadu

Hari ke-sembilan belas, poli psikologi, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit


08.00 Aku tiba di Poli berbarengan bersama Hanun dan bu Rena, di ruangan sudah ada ayu disana, langsung melaporkan pada kami bahwa mba Maria tidak masuk hari ini karena sakit, hari ini hari ketiga kami di poli, sebenarnya kami masih ragu dititipkan tugas oleh mba Maria, kami masih dalam tahap adaptasi dan masih perlu orientasi, tetapi kami beranikan diri, karena ketiga psikolog ternyata bergantung pada kami, sejatinya pada mba Maria. Bagaimana manajemen pasien, filing dokumen, dan sebagainya sebagainya.

09.00 Crowded, Hectic, Pak Heri (Kalau tidak salah) mengetuk pintu kami dan terus mengirim RM (Rekam Medis) dari beberapa pasien. Ada tujuh pasien hari ini, psikolog yang sedang praktek hari ini hanya bu Nurul, tapi bu Vina dan Bu Rena membantu bu Nurul dengan mengambil masing-masing satu pasien. Kemudian, kami juga harus mengurusi dokumen hasil tes dari calon karyawan untuk RS Budi Asih. Jumlahnya ada 38 peserta, setelah kami print hasilnya, kami harus menemui ketiga psikolog yang masing-masing punya tanggung jawab peserta tertentu, selanjutnya kami harus menstempel semua hasil, stempel RS hanya ada di poli NAPZA di lt 1 dan di lt 4 official staff dari RS Duren Sawit. Kami mengerjakan itu dengan setengah panik, setengah bingung, setengah kacau, setengah beres, dan penuh dengan senang hati. Dokumen Budi Asih akhirnya selesai, Pak Indra sudah menunggu sejak pagi di luar pintu poli. Kami memberikannya.

10.30 Bu Nurul sedang melaksanakan proses konseling dan tes untuk pasien nomer 3, pasien nomer 1 sudah selesai, sementara di bawah bu Rena sedang melaksanakan proses untuk pasien nomer 2. Giliran bu Vina, setelah beliau mengurus sesuatu di administrasi lt bawah, akhirnya ia bilang pada kami bahwa ia siap menerima pasien, awalnya pasien disuruh masuk ke ruang poli saja (ruang poli hanya untuk staff, dan bukan ruang tes psikologi khusus), awalnya bu Rena ragu akan keputusan bu Vina tersebut, tetapi karena sangat ramainya pasien, akhirnya bu Vina melanjutkan ide untuk tes di ruang poli, tempat kami bekerja. kami merapikan meja, kursi dan dokumen dokumen yang berserakan. Kami bertiga duduk di belakang pasien. Kami melihat dan mendengar pasien sedang diwawancarai oleh bu Vina. Pasien nomer 5 ini terdiri dari seorang ibu, dan dua anaknya. Anak pertamanya yang ingin dites, sedangkan anak keduanya tidak, tetapi adiknya ini sangat aktif sehingga kami juga berusaha mendiamkan si anak agar proses berjalan kondusif.

10.45 Sekitar seperempat proses konseling, ternyata benar dugaan bu Rena, kalau jika tes dilaksanakan di ruang poli akan tidak kondusif, karena banyak pasien diluar yang mengetuk pintu poli, menanyakan macam macam hal yang tentu kami jawab, pintu seringkali dibuka-tutup, belum lagi telpon poli yang berdering. Akhirnya Bu Vina pindah ke ruang bawah, ruangan kosong di depan ruang poli paru-paru. Pendingin ruangannya tidak berfungsi lagi. bu Vina meminta salah satu dari kami untuk ikut serta melakukan tes pada pasien 5. Aku unjuk diri

11.00 Aku mencatat banyak hal, mulai dari subtes demi subtes dari WISC, apa saja instruksinya, contoh soalnya, bagaimana cara mengerjakannya, kemudian aku mencatat instruksi bu Vina yang menurutku menarik dan unik.Aku mencatat informasi yang unik juga dari pasien 5. tes WISC di akhiri dengan meminta pasien menggambar di belakang lembar jawaban. Pasien 5 ini berusia kira-kira 9 tahun. karena ia tidak mau menggambar orang, maka bu Vina menyuruh mengikuti gambar yang dibuat oleh bu Vina lebih dulu.
Setelah selesai, ibu dari pasien dipanggil, bu Vina lalu memberikan penjelasan bahwa anaknya harus sekolah di  sekolah inklusi. Sekolah yang punya sarana dan prasarana untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Ia memberi tahu anaknya sulit berkonsentrasi, padahal modal utama belajar adalah konsentrasi. Ibunya terlihat sedih, tapi dengan profesional bisa menerima, ia merespon penjelasan bu Vina dengan baik seperti menanyakan sekolah inklusi mana yang rekomended untuk anaknya. Sekitar 10 menit berlalu, aku dan bu Vina pulang kembali ke lt 2, ruang poli psikologi, di perjalanan, bu Vina bercerita ia khawatir ada gangguan di visual pasien anak tadi, karena ketika mengerjakan subtest tentang dadu, dadu harusnya mengikuti pola yang ada dalam kertas, tetapi anak tidak dapat mengikuti walaupun sudah dibimbing dengan sangat detil, diberikan model dadu yang harusnya tidak boleh diberikan. Tapi anak tetap kesulitan membaca dan menyusun dadu sesuai pola pada kertas.

Selasa, 23 Juni 2015

8

Hari ke-delapanbelas, Poli Psikologi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

08.00 Aku datang tepat waktu untuk jam kerja tim rehab, tetapi disini, di poli psikologi, aku telat 30 menit. Padahal aku sudah berusaha bangun lebih pagi dan jalan dengan cepat tadi di sepanjang perjalanan. Di dalam ruangan ada mba maria, mba citra, hanun, ayu, dan bu rena. Tidak lama kemudian status untuk pasien poli psikologi datang, tadinya hanya empat pasien, langsung aku dan ayu data di dokumen yang tersedia. Belum selesai mencatat, ternyata datang lagi status pasien baru. Psikolog yang praktek hari ini officially hanya bu Vina, jadi mba Maria perlu membicarakan perihal pasien yang bertubi tubi datang di hari ini. Alhasil, total pasien yang ditangani ada tujuh orang, dengan berbagai macam penanganan, misalnya tes IQ (baik untuk pasien normal atau disabilitas), atau konsultasi psikologi.

09.00 Ketika bu Rena datang, mba Maria berinisiatif agar bu Rena membantu satu atau dua pasien yang ditangani bu Vina, kemudian dengan bimbang ia memutuskan membantu tes satu pasien anak. Inisialnya F, ia ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Sebelum bu Rena pergi untuk memberi tes F, ia berbincang bincang bersama kami, mahasiswa magang. Kami bertanya mengenai disleksia, bu Rena menjelaskan dengan detil, disleksia adalah terganggunya kemampuan membaca seseorang, diakibatkan adanya persepsi yang salah pada memori dalam otak. Biasanya dapat dilihat dalam tes IQ, pada bagian tes performance nya yang kurang atau dibawah rata-rata. Salah satu terapi untuk pasien disleksia adalah dengan menuliskan angka 8 secara horizontal, dengan arah tertentu, pasien diminta mengikuti pola angka sesuai instruksi, jika masih perlu bimbingan, maka diawal-awal boleh diberikan titik-titik, biasanya terapi ini selesai dilakukan selama sebulan hingga pasien lancar membentuk angka 8 sendiri. Setelah lancar, barulah diajarkan menulis huruf, itupun sesuai pola dari angka 8 horizontal itu. Selesai berbagi ilmu yang kesemuanya aku catat didalam buku catatanku, bu Rena dan ayu (salah satu dari kami diperbolehkan ikut ke dalam ruangan tes) memberikan tes untuk F di lt 1

10.30 Selesai tes, kami diberi banyak informasi hasil tes dari F, ayah dari F menangis setelah diberi tahu bahwa putra pertamanya menderita autis. Ciri paling mudah yang dapat kita ketahui dari penderita autis adalah kontak mata yang tidak fokus kepada lawan bicara. Bu Rena menceritakan bagaimana tester atau psikolog memerlukan inisiatif dan kreativitas yang tinggi untuk memberi tes. Misalnya pada soal "apa yang anda lakukan jika jari anda teriris?" itu menjadi pertanyaan yang sulit untuk anak berkebutuhan khusus seperti F. Maka diperlukan seni komunikasi yang tepat agar testee mengerti dan dapat menjawab dengan baik. Ayu juga ikut bercerita bagaimana F membeo, mengeluarkan kata yang menjadi kata paling akhir yang diucapkan bu Rena sebagai tester. Dan aku sangat terkesan, lebih lagi, kami juga membicarakan tentang profesi psikolog, bagaimana untung dan ruginya psikolog klinis, apa pentingnya s2 dan semacamnya. 

Senin, 22 Juni 2015

Rindu

Hari Ke-tujuhbelas, Poli Psikologi  Rumah Sakit Duren Sawit


10.20 Aku baru tiba karena mengurusi dokumen, tandatangan kontrak dan mengikuti pembekalan KKN di kampus. Sebelumnya aku sudah meminta izin ke mba Maria. Sesampainya di poli, ada mba Maria, bu Vina dan Bu Rena didalamnya, aku menyalaminya satu-satu, mereka menyambutku sambil meneror banyak pertanyaan yang kujawab masing-masing dengan cepat dan tidak memperpanjang cerita. Aku sangat canggung, sebelum ku tanya mba Maria dimana Ayu dan Hanun, mba Maria sudah lebih dulu menyampaikan bahwa kedua anggota kelompokku sekarang berada di ruang rehab, katanya meminta data absensi dan merapikan laporan pemulangan yang sudah ditandatangani Pak Nurpandi.

11.00 Ayu dan Hanun belum juga datang, aku sebenarnya dilanda kecemasan, aku canggung. tapi akhirnya bu Rena memberiku satu pekerjaan, aku diminta mencetak laporan hasil tes IQ dari dua pasien beliau. Aku diberi tahu langkah-langkahnya lagi, sebenarnya hanya mengingatkan saja, karena aku sudah diajarkan lebih dulu di hari-hari sebelumnya oleh marsya dan aisyah. Kemudian aku meminta tandatangan bu Rena lalu turun ke lantai bawah untuk menstempel hasil tersebut dengan stempel rumah sakit yang berada di ruang instalasi NAPZA di lantai 1, kemudian filing dokumen tersebut ke binder yang tersedia.

11.30 Ayu, Hanun datang, berbarengan dengan Aisyah dan Marsya, lucu sekali. mba Maria dan mereka berdua berteriak kegirangan sambil berteriak "kangeeeen" bersamaan. mba Maria bilang "baru sehari ya padahal" mungkin rasanya sama sepertiku. Aku kangeeeen banget keadaan di rehab. Belum terbiasa disini.
Selanjutnya karena banyak dari kami yang tidak puasa, kami memutuskan makan siang di mie ayam yang terkenal di belakang rumah sakit. Kami berjalan kesana beriringan.

12.30 Kami selesai makan siang, aku kemudian mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan di poli, merapikan file, memfotocopy instrumen yang nantinya akan jadi bahan ajar untuk kami, yang akan diajarkan oleh mba Maria besok. Nama alat tesnya MPTI. salah satu tes kepribadian.

14.15 Setelah berpamitan kepada mba Maria dan bu Vina yang masih di poli untuk menyelesaikan interpretasi laporan dari hasil tes Budi Asih, aku dan Hanun berniat mengunjungi instalasi rehab. Entah, aku seperti merasa berbeda, seperti baru pertama kali ke rehab, jantungku berdegup, aku kangen, kangen tim, kangen suasananya, kangen seluruhnya dari instalasi rehab. Setibanya aku di lt 4, pintu lift terbuka, yang aku lihat adalah para pasien rawat inap laki-laki yang sedang melakukan latker pertukangan. Disana ada Pak Riza dan Pak Taruli juga. Mereka menyambutku lebih dulu dibanding mba mba lainnya yang ada diruang aula. Sungguh aku sangat rindu mereka. Aku menyalami semuanya tak terkecuali. Bercanda, tertawa, dan aku merasa seperti aku sesungguhnya bersama keluargaku. aku "hidup" disini. Lalu aku melanjutkan membantu bu ayu membuat gelang kreasi dari berbagai jenis mute. Pasien rawat inap perempuan disana sedang membuat gelang juga. Aku merasakan seluruh makhluk, baik makhluk hidup dan makhluk mati disana merindukan aku. Aku sukses membuat semua bahagia menyambutku dan Hanun. Ada banyak pasien disini. Mungkin mereka tidak mengerti betapa rindu yang bertebar di setiap tatap mataku ke mereka. Yang aku khawatirkan di hari-hari yang lalu benar. Aku sangat merindukan berada disini. Rasanya ingin berada 40 hari saja disini. menghabiskan masa magang bersama tim yang sudah menyentuhku, mengenalkanku pada sisi lain dari jiwa manusia. jiwa manusia yang tidak sehat.

Hangat

Hari Sabtu, hari ke-enam belas, Poli Psikologi, Rumah Sakit Duren Sawit


Aku masuk ke poli psikologi dengan terburu-buru, seperti biasa. Hari ini hanun tidak masuk karena sakit, jadi, kami hanya berempat di poli. bertukar cerita, bertukar pandangan bersama, dan sudah tentu berfoto-foto bersama. Kegiatan hari ini hanya membantu menyetak laporan, memberikan stempel rumah sakit, filing seluruh dokumen hasil tes yang nantinya akan diambil oleh pasien diluar ruangan poli. Hari ini juga kami seperti di orientasi oleh marsya dan aisyah yang sudah tiga minggu berada disini setiap hari, kami diberi tahu dimana lemari instrumen dan alat tes diletakkan, dimana amplop, dimana filing, bagaimana menulis data-data yang diperlukan, dijelaskan bagaimana alur pasien datang sampai pasien mengambil hasil tes jika ia memerlukan tes untuk data tertentu.

Hari ini tidak diajarkan alat tes apapun, mba Maria bilang, nanti saja, ketika personil mahasiswa magang sudah lengkap, nanti ketika Hanuns sudah sembuh. Kami menyetujui, alhasil disana kami hanya bercerita panjang lebar mengenai apa saja, dari soal rumah sakit, soal percintaan, sampai soal makanan dan privasi masing-masing, kami bertiga, khususnya aku sekarang sudah mengenal mba Maria lebih dekat, aku nyaman berada dengannya. hangat.

Pisah

Hari ke-lima belas, instalasi Rehabilitasi Psikososial RSKD Duren Sawit

08.40 Aku datang tergesa-gesa bersama hanun, kami telat, padahal ini breafing terakhir kalinya untuk kami, mahasiswa magang, semua berjalan seperti biasanya, yang berbeda adalah ketika giliran kami diminta untuk berbicara, kami satu persatu langsung mengutarakan apa yang kami rasakan disini sebagai tanda perpisahan, rasa terimakasih kepada semua tim, rasa bersalah karena kurang sekali kontribusi yang diharapkan, rasa bangga karna dipercaya,dan rasa kecewa karena sangat sempit sekali pertemuan yang tercipta.

10.00 Aku, hanun, dan ayu hanya ngobrol santai di depan meja, sambil melihat teh ineu dan mami (bu Nusye) membawakan materi DGT untuk pasien day care, materi yang dibawakan sama seperti hari lalu, tentang kesehatan dan kebersihan, role playnya juga sama,yaitu terapi sederhana untuk otot tangan. Pasien hari ini hanya berjumlah lima orang, satu perempuan dan empat laki-laki, semuanya kooperatif, setelah materi DGT selesai, mereka beristirahat. Ketika istirahat, kami tim memutuskan untuk berkaraoke, awalnya dibuka oleh hanun yang menyanyikan lagu krispatih, setelahnya pasien day care kami minta untuk bernyanyi bersama kami, karena terapi musik rutin dilakukan untuk pasien rawat inap setiap hari kamis, berbeda dengan pasien day care. Sehingga, mereka berlima terlihat excited melihat kami bernyanyi

11.00 Selama kurang lebih dua jam, dalam keadaan lapar dan haus karena hari ini puasa di bulan Ramadhan, kami se-tim bergantian bernyanyi, bersama pasien day care. Aku menyanyikan lagu sepanjang usia dari kerispatih, aku suka menyanyi, jadi, aku merasa sangat menikmati permainan yang aku tunjukkan kepada para penonton disana, selanjutnya, teh ineu, mami, bu lidya, ikut bergantian bernyanyi bersama kami. Kami senang, hari ini hari terakhir kami di rehab. Banyak sekali foto yang diambil, banyak sekali video yang diambil. Kami bahagia.

13.45 Aku, dan ayu memimpin senam untuk terakhir kalinya, kami sangat menikmati, meresapi lagunya, memasukkan seluruh memory tentang gerakan senam, ruangan aula yang selama tiga minggu kami gunakan setiap harinya, aku menghirup dalam-dalam udara kehangatan bersama tim rehab, bersama pasien. Ini semua aku lakukan karena khawatir akan datang rindu yang bertumpuk-tumpuk nantinya setelah kami tidak lagi disini.

14.45 Setelah senam, kami tidak melihat proses materi DGT dan latker para pasien, kami di ruang staff, bersama bu lidya diajarkan bagaimana membuat laporan pengembalian pasien ketika pasien sudah boleh dipulangkan atau sudah habis paket, selama 10 kali pertemuan, pasienku berinisial S. Dirawat di ruang Berry, hanya 6 kali mengikuti rehab dan selanjutnya dijemput keluarganya pulang. Pasienku mengidap B20. Artinya positif HIV. dan memiliki gangguan F20.3 yaitu skizofrenia tipe tak terinci atau tak terdefinisi. Setiap kegiatan kami hari ini didokumentasikan. Seolah ini yang terakhir. yang paling terakhir.



15.30 Kami semua pulang, aku berpamitan kepada bu lidya, bu nusye, teh ineu, pak Riza, Pak Taruli, Ka Ardi, dan Ka Niki. mengucapkan maaf dan terimakasih, berjanji akan sering main dan tak melupakan tempat ini. Bersama-sama saling mendoakan. ya Allah, semoga seluruh kegiatan kami ini menjadi satu ibadah padaMu, menjadi satu kegiatan yang bermanfaat untuk hidup kami, dan terus jaga rasa sayang kami yang sudah kau cipta, seperti sebuah keluarga.

16.30 Aku menunggu bu Ayu di pinggir jalan, tempat kami menunggu metromini 52 menuju stasiun tebet. Setelah bu Ayu datang, ia malah meminta kami berfoto-foto di pinggir BKT, sambil mengambil angle dengan background gedung rumah sakit duren sawit di belakang kami, disebrang kali BKT. Kami bergaya sesuka kami, dengan kamera SLR milik hanun yang dari pagi digunakan terus menerus. Tak lama kami bergaya, ka Ardi, ka Dika, dan ka suci datang, kami menyambutnya, jadilah kami berfoto-foto berkelompok disana. Kami bahagia, tidak peduli pulang jam berapapun, rasanya hangat berada disini. Rasanya tidak bisa dibayangkan meninggalkan mereka. Tim Rehab. Rasa tak ingin pisah ini juga yang mensponsori kami untuk mengadakan acara buka bersama dadakan. Kami putuskan untuk menyantap makanan berbuka di bebek kaleyo, Tebet.

Kamis, 18 Juni 2015

Karoke terhits

Hari ke-empat belas, Instalasi Rehabilitasi Psikososial, Rumah Sakit Duren Sawit


07.50 Aku tiba lebih awal, ketika ku buka pintu ruangan staff tim rehab, ternyata hanya ada ayu, hanun, dan ka niki didalamnya. Aku masih sangat ngantuk. Aku mencoba untuk tidur di ruang menjahit, tapi pendingin ruangan disana tidak berfungsi, jadi aku terpaksa menahan kantuk di ruang staff. Briefing selesai, kami mahasiswa magang hanya menyampaikan perihal laporan pengembalian pasien yang kami pegang masing-masing, kemudian membicarakan soal laporan yang nantinya akan ada presentasi dari kami ke pihak rumah sakit di akhir magang kami.

10.00 Pasien Day Care diajarkan tentang kebersihan dan kesehatan oleh Ka Niki. Ada dua pasien baru kali ini, semuanya masih remaja, satu pasien menarik perhatianku, hidungnya mancung, alisnya tebal, matanya bagus, seperti orang arab, seperti biasa aku suka orang dengan arabian face :) Role play dibawakan oleh Bapak, Bapak memberikan gerakan-gerakan senam otot dengan mudah. Pasien tidak perlu berdiri, gerakan pertama memasukkan ibu jari ke empat jari lainnya sambil mengempit dan mengepal, kemudian kedua tangan secara berlawanan diadu, saling bertabrakan, dihitung sebanyak 36 kali. Dilanjutkan gerakan kedua, yaitu kedua tangan dibuka tulang dari jari kelingking tangan kanan dan jari kelingking tangan kiri diadu, dibiarkan saling bertabrakan, sebanyak 36 kali juga. Dan ada banyak gerakan lainnya. Semua pasien mengikuti, memahami, dan sangat kooperatif, di akhir materi, bapak mempersilakan mereka menghafal gerakan demi gerakan agar bisa diaplikasikan dirumah

13.00 Waktunya menjemput pasien rawat inap, kali ini aku memutuskan untuk tidak ikut menjemput, karena sedang asik bernyanyi dengan diiringi gitar oleh ka Ardi. Tidak lama kemudian pasien berdatangan. Ada satu pasien laki-laki baru dari ruang belimbing. Selebihnya masih sama seperti pasien kemarin, aku hafal nama-nama mereka satu persatu. Mba Y datang dengan mengenakan kerudung berwarna ungu, sebenarnya tidak match dengan seragam kuningnya, khas ruang bengkoang (VIP). Langsung saja bu Y menyalami kita satu per satu. "Cantik bangeeet mbaaa pake kerudung". "iya dooong, dulu kan aku sebenarnya emang pake mbaaa" langsung dijawabnya. Beberapa menit kemudian bu S datang, ia mengoceh seperti kemarin. Mengucapkan salam dengan riang. pasien F25 memang menarik bagiku, karena dua minggu ini aku hanya bertemu pasien pasien F20 saja.

13.45 Materi DGT dipimpin oleh Bapak, tentang bimbingan rohani, pasien yang kristen dipimpin oleh Pak Taruli di ruang konsultasi psikologi. Bapak membahas tentang bulan puasa, apa itu puasa, bagaimana ketentuan puasa, bagaimana ayat yang menunjukkan perintah dari Allah, apa saja larangan puasa. Di akhir materi, satu pasien menyimpulkan dengan sangat baik. bu S banyak bertanya dan banyak meminta untuk "pee", tetapi bapak menahan, karena bapak tau ia hanya berpura-pura atau hanya sekedar mencari perhatian. "jadi, puasa itu 24 jam?" tanyanya, semuanya diam, ada yang tertawa, ada yang sudah malas mendengar respon darinya. Sama seperti pasien, kami sebagai tim juga sebagian seperti itu, sudah malas mendengar respon darinya. "Menurut kamu gimana? tadi kan sudah bapak jelaskan" jawab Pak Pandi, "jadi, jawabannya gimana pak? saya kan nanya, saya kan lagi jadi iren, kalo iren itu agamanya nasrani, jadi saya ga tau puasa itu gimana, iren tuh disini *menunjuk ke arah nadi di tangan*" kalau sudah begitu, langsung saja tim kami "heeehh, panggil bu titi nih, atau mau diiket disini? mau pulang ke berry apa ikut rehab?" "ikut rehab bu, iya iya ikut rehab" jawabnya

14.00 Terapi musik dimulai, ini ketiga kalinya saya menyaksikan pasien bernyanyi, tetapi kali ini paling ramai, banyak sekali yang berada di depan meja, mengantri ingin mengambil cd atau dvd dvd lagu yang mereka ingin nyanyikan. Crowded, suara bu S dimana-mana, bu Y juga yang suka ngobrol, suka sekali bercerita kepada siapa saja. Hectic. Tapi akhirnya semua dapat giliran, situasi jadi tenang. Lagu pertama dinyanyikan oleh bu Y, judulnya "hey ladies" dari rossa. Selain terapi musik kali ini paling crowded, kali ini juga karokean pasien paling kekinian, tidak ada lagi lagu kemesraan seperti kemarin-kemarin, tidak ada lagi lagu lagu dari penyanyi yang sepuh, dilanjutkan oleh lagu "gantengnyaaa, pacarku aaw, gantengnya pacarku aaaw, tak jemu jemu aku memandangnyaaaaa" dari bu S. ia terlihat sangat mania. sangat mania. Bu O menyanyikan lagu takdir cinta dari Rossa, didahului oleh ibu L yang bernyanyi lagu ayat-ayat cinta. Aku lupa ketika di tengah lagu apa, bu Y dan bu S maju ke depan, saling berdansa, menari, melakukan gerakan-gerakan berdua, memutar badan, melompat, menggeliat geliat seperti gerakan balerina, aku tidak tahan tertawa, aku tertawa sepuasnya di belakang bangku, sambil menutup mulut, sampai mataku berair dan wajahku seperti tomat, apalagi setelah menyaksikan bu S menyanyikan lagu dangdut gantengnya pacarku, sangat manja, gerakannya aneh-aneh, kadang kabel mic dililit lilit ke lehernya, atau ketika ia menyebutkan kata "Aw" itu terdengar tidak enak dan sangat keras di kupingku karena ia bernyanyi sangat dekat ke mic, seperti mulutnya sudah menempel dipermukaan mic. Dilanjutkan lagu iwan fals, kemudian lagu ungu, kadang pasien-pasien laki-laki yang bernyanyi didekati oleh bu S, bu S merangkulnya, kemudian bernyanyi bersama-sama. pasien G bahkan merangkul balik bu S, jadilah mereka saling merangkul berdua, bu Y yang melihat dari belakang "cieee kikikikiiiwiwww" dilanjutkan dengan tawaan dari beberapa pasien, ini momen yang tak pernah akan kulupa. Mengharukan bila diingat, mereka saling membantu, saling menguatkan, satu sama lain. dan ditutup oleh mas S yang menyanyikan lagu krispatih "..............................

Rabu, 17 Juni 2015

F25

Hari ini hari ketigabelas, di Instalasi Rehabilitasi Mental RSKD Duren Sawit


08.15 Aku tidak pernah menduga hari ini akan menjadi hari yang berkesan bagiku. Mungkin akan menjadi paling berkesan. Briefing dilakukan 15 menit setelahnya. Banyak yang disampaikan tetapi seperti hari-hari berikutnya, aku rindu tempat ini untuk dua hari kemarin, karena kami mahasiswa magang diijinkan bu rena untuk tidak ikut kegiatan di rehab mental dan pindah ke poli psikologi untuk membantu assesment test. Kami kemudian diskusikan tugas kami untuk mengobservasi pasien yang tertinggal di dua hari kemarin.

10.00 Pasien Day Care berjumlah kurang lebih 12 orang, Pak Fazel terlihat tidak fokus, pikirannya seperti kacau, sikapnya gelisah, terlihat dari awal kegiatan senam dimulai, DGT kali ini tentang musik, semua peserta menjawab apa itu musik, jenis-jenis musik, alat-alat musik dengan kooperatif, kecuali Pak Fazel, hari ini ada pasien baru, setelah berkenalan di depan pasien lainnya, ia kemudian duduk, sikapnya masih sangat butuh bantuan orang lain untuk mendampingi kegiatan apapun termasuk memperhatikan instruksi senam yang tadi dilakukan. Selanjutnya yaitu role play, kali ini yang memimpin adalah bu Ayu, bu Ayu mengajak mereka bermain perkusi, diberikannya satu pasien satu galon aqua, dan dua drum stick. bu Ayu dengan cermat, profesional, tegas, dan kreatif mengajari mereka sehingga mereka cukup dapat membuat kami seluruh tim terpukau akan penampilan yang mereka bawakan. 

13.30 F25 adalah skizofrenia dengan tipe manik. Manik adalah sebutan untuk penderitanya. Lengkapnya mania. Episode mania adalah episode dengan ciri-ciri sikap yaitu hiperaktif, banyak bicara, mudah tersinggung, pikiran melompat-lompat, bicara dengan grandiose (khayalan berlebih dan hiperbola). Itu yang aku ingat dan aku bisa menghapalnya diluar kepala, karena mata kuliah psikologi abnormal di semester kemarin. Aku tidak menyangka akan menemui pasien tipe ini. dua orang. semuanya wanita. Awalnya aku ikut bu Ayu untuk menjemput pasien wanita di ruang Berry. Semua pasien lama sudah pulang, tinggalah semua pasien baru. dan ditambah tiga orang pasien baru untuk hari ini. "Bu saya ikut dong bu, nama saya *********, saya mau rehab bu, saya mau pulang". aku pikir salah satu ibu ini tidak ikut rehab, karena aku pikir emosinya belum stabil. Ternyata ia salah satu pasien baru kami. Kami berdelapan. semuanya kooperatif. Mengikuti kami ke lift, turun ke bawah setelah memakai masker di mulut mereka  dan nametag di dada mereka. Setelah turun ke bawah, Pak Riza mengajakku untuk ikut menjemput pasien di Ruang Bengkoang, Ruang VIP. Yang kesemua pasiennya mengenakan baju berwarna kuning.

13.35 Aku sudah pernah kesini sekali, dihitung sekarang totalnya jadi dua kali, ruangannya wangi, pendingin ruangan sangat aktif diseluruh ruangan bengkoang. kami bertemu dokter jiwa, aku tidak kenal siapa, tetapi pak Riza dan dokter bercakap-cakap sebentar. Perawat laki-laki memanggil salah satu pasien baru, namanya Tri. Aku baru pertama kali melihat Tri, aku sering melihat pasien bengkoang tapi namanya pak Zal, bukan Tri. Hello effect yang aku rasakan ketika bertemu Tri, sama seperti ketika aku bertemu Sl*******, Dia seperti orang normal, aku langsung saja menebak bahwa dia hanya memiliki simtom positif sehingga perilakunya masih sangat normatif. seperti kami. Kemudian "Assalamualaikuuum, dokteeer, halooo" "mau pulang ga?" "mau dong doook, makanya ini ko dari tadi aku nanya ko ga di bawa rehab rehab doook, dokter abis itu tlp suami saya ya dok, biar jemput sayaa" "iya, sekarang ikut rehab dulu ya yuciii"
Y : "Halooooo, namanya siapa?"
B : "bunga"
Y : "Saya yuciii, nanti kita karokean ya mba? sip deh yuuuk"
Aku, Pak Riza, Mba Yuci dan Tri jalan beriringan, menuju lift, kami ke bawah, tapi ternyata lift yang kami naiki malah ke atas dulu. Di dalam lift
B : "Nanti kita ngegambar mba hari iniii, kalo karokeannya besoook"
Pak Riza : "iya besok kamis kita karokean"
Y : "Ngegambar sambil karokean juga saya bisa mba, kan saya multitasking, saya dulu kan kerjanya di BEJ, terus pernah jadi Call Center di BCA, saya marketing di Astra, kerjaan saya on the phone juga tapi saya juga bisa sambil kerjain yang lain"
B dan Pak Riza :: "Oh ya? ohh iyaa iyaaa"
Y : "bunga cantik bangeeet, saya manggilnya apa nih? suster? mba? dokter? atau apa?"
B : "panggil bunga aja mba, saya masih mahasiswa magang"
Y : "oh gituuu, kuliaaaah, ko mau magang disini? jangan stress ya ngurusin orang stress kaya kitaa *melirik ke arah tri* hahahahahah *sambil tertawa bersama"
B : "ko kita naik ke atas pak?"
Pak Riza  : iya tadi ada yang mencet lantai 4 kali
B  : "yah naik turun naik turun dong"
Y : gapapa, naik turun naik turun cantiiik... cantiiiiik...
All : tertawa *di dalam lift hanya ada aku, tri, mba yuci, dan pak Riza
Y : saya lucu ya mba? saya jadi pelawak aja mba?
B ; iya lucuuu, pinteer, cantiiik
Y : terimakasiiiih :)


Yuci adalah pasien F25. Kulitnya putih, tinggi dan badannya ideal, Rambutnya panjang hitam, lurus, matanya sayu, tetapi segar, kelopaknya besar, hidungnya mancung, aku suka hidungnya, mulutnya memakai lipstick mate, berwarna pink, cantik sekali, overall, pasien ini pasien paling cantik yang pernah aku temui. cantik sekali. 

Turun dari ambulans, mba yuci menggandengku, layaknya mba mba kantoran yang sedang menggandeng adiknya. "di atas ada toilet kan ya? aku mau pipis dulu" , "iya ada ko mba" aku menjawab.
Kami bergegas menuju lift, menunggu sebentar dan langsung masuk ke lift 
Y : "aku pernah loh di duren pak"
Pak Riza : "oh iya? berapa hari disana?"
Y : "hmm tiga hari, sama dokter ******"
aku terkesima karena ia hafal betul dokter yang menangani dia. 
Y : " aku pinter masak mba, aku punya suami sama satu anak"
lift terbuka ...

di dalam aula
 Y : "haloo semuaa, teman temaaan"
semua pasien ada yang menjawab, ada yang hanya mendengarkan diam. 

Proses senam lancar, semuanya mengikuti dengan baik, bu yuci sangat aktif, bu siti pasien rawat inap yang baru masuk juga terlihat biasa sampai ketika pak Taruli menyuruhnya maju untuk memimpin doa menutup senam dan memulai materi DGT
S : berdoa ya pak, gimana ya? Puji tuhan ya pak?
Pak Taruli : menurut kepercayaan masing-masing
S : oh iya ya, berdoa menurut kepercayaan masing-masing
S : berdoa mulai
S : aamiiin. berdoa selesai. puji tuhan puji tuhan
Bu lidya : heyy, siti agama kamu apa?
S : islam bu eiya islam *memukul mukul pipi*

Bu Siti sejak dari senam belum mulai sudah bolak balik ke toilet, ia bilang ingin pipis "i wanna pee". dan setelah materi DGT ingin dimulai
S : bu saya mau pipis, i wanna pee
S : puji tuhan puji tuhaaan
Ka Ardi (pemateri DGT) : duduk dulu bu, kita kenalan dulu ya, untuk pasien baru, yuk maju ke depan semuanya
S : saya ya? puji tuhan, saya maju, nama saya siti saya tinggal di cengkareng sana asli tegal ....
Ka Ardi dan tim rehab : heeehh, ngomong muluuu, iket nih *sambil becanda* siti mau disini apa pulang ke berry?
S : mau disini iya
Tim rehab : yaudah, jangan berisik, bicaranya nanti, kalo ga bisa diem diiket nih mau?
S : jangan tuhan yesuss ampun tuhan yesus jangan *sambil memegangi kepala*
Tim rehab : heeeehhh, siti agamamu apaaa?
S : islam bu islam subhanallah astagfirulloh astagfirulloh iya saya islam aja deh saya islam *memukuli kedua pipinya dengan kedua tangannya masing-masing*
Y : sssst sssst sssst *jari telunjuk diletakkan di depan bibir sambil melihat ke arah bu S *sambil mengelus elus punggung S*
S : eh iya maaf ya abisnya ini dimana sih *sambil meletakkan kepala di bahu Y
Y : *memeluknya*
S : saya kapan? saya mau perkenalkan diri nama saya siti ... saya lahir di tegal asli tegal tanggal lahir tahunnya 1987 umur berapa sih tu?
Y : sama kaya saya, 28 tahun bu
S : ya ituuu .... bla ... bla .blaa

......

Y : hellow everybody, my name is yuci bla bla bla, im graduated from bla bla , major of ..... im twenty eight years old ... i live .....

...

Ketika Ka Ardi memberi materi DGT tentang persiapan pulang, semua kooperatif, semua pasien menjawab dengan baik. Termasuk Tri, yang satu ruangan dengan Yuci, ketika ka Ardi meminta satu laki-laki untuk maju dan menyimpulkan isi materi, tri maju. bu Yuci senang "yeee, itu teman sayaa, bagus triii, pinteeer" setiap tri menjelaskan satu kalimat bu yuci menambahkan "pinter triii pinteeer"

Ketika latker dimulai, hari ini hari rabu, latker yang dilakukan adalah menggambar, instruksi dari kami mahasiswa magang membuat tema gambar yaitu menggambar jam tangan/arloji. Tapi Siti menggambar awan, banyak nama-nama di selipkan dilengkungan awan-awan tersebut. Ada nama panjangnya, nama iren, kanda, kadang ia bernyanyi, nyanyi dangdut yang melow, kadang "pelangiii pelangiii alangkah indahmuuu, merah kuning hijaaau, ....pelangi pelangiii ciptaan aku". pernah suatu saat ia berkata "ih kalian kan ga bisa liat, ini di semua ruangan kan ada malaikat, semuanya, semuanya, cuma aku yang bisa liat". setelah ditanya iren dan kanda itu siapa "iren itu akuuu, agamanya katolik, siti itu akuuu jugaaa, jadi aku ada duaaa, kanda itu kakanya ireeen, iyaaa" . Pak Riza memberi lelucon seperti "tiren kali bukan iren" tapi bu siti menjawab "tiren mah mati kemareeeeen" semuanya tertawa. Dan, disinilah aku, menunggu hari-hari berikutnya, hari-hari rehab bersama pasien berjenis baru. F25. Tak sabar ingin melihat mereka bernyanyi besok, di hari kamis, tak sabar melihat mereka pulih. Untuk Bu S dan bu Y semoga keluarga ibu selalu menyayangi ibu, mendukung ibu cepat pulih. semoga anak dan suami ibu tabah, semoga semua kegiatan sebelum sakit dapat dilakukan kembali. Aaaamiiin Allahumma Aaamiiin

*nama sudah disamarkan demi kode etik psikologi*

Budi Asih (2)

Hari Keduabelas Poli Psikologi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit


08.00 Aku tiba di poli, kami sudah disuguhi "jamuan" yang kami akan duga dari kemarin, lumayan banyak pekerjaan kami, merapikan dan menyusun hasil test ke dalam pembagian-pembagian tertentu. Kemudian kami "gabut" selama satu jam, menunggu lembar jawaban test peserta dari aula lt 4.


09.30 Sesuai susunan test yang diberikan, test Kraeplin paling pertama selesai. Aku, aisyah, dan Ayu langsung membagi jumlah lembar tes Kraeplin untuk kami bertiga, jumlah seluruhnya 18 peserta. Test kedua yang kami scoring adalah IST, salah satu tes intelegensi. Aku berkesempatan mengecek hasil peserta tes seorang Dokter, IQnya menakjubkan. IQnya 130 :) 

12.30 Setelah makan, aku melanjutkan scoring PAPI Kostic, hanya tinggal menginput huruf M dan L. M untuk Most, kata-kata yang sesuai dengan diri kita, dan L untuk Less, kata-kata yang tidak sesuai dengan diri kita. Tidak terasa aku malah telah menyelesaikan seluruh hasil tes peserta, sedangkan teman-temanku lainnya melakukan scoring alat tes lainnya. Kami selesai hingga pukul 14.00

Senin, 15 Juni 2015

Budi Asih (1)

Hari kesebelas, Senin, 15 Juni 2015, Poli Psikologi, Rumah Sakit Duren Sawit


07.08 Aku baru datang, telat delapan menit, dipintu poli psikologi ada post it yang bertuliskan "langsung ke aula lt 4 yaa" , buru-buru aku berlari ke arah lift, menekan tombol "panah atas", aku langsung menemui satpam di lt 4. "Bunga ya?" "loh? ko kenal pak?" "iya, tadi dikasih pesen, langsung ke kiri aja ya mba". Skrg aku berada di aula kecil lt 4, ternyata sudah banyak peserta duduk di kursi-kursi yang disediakan, mereka sedang mengisi form dan inform consent dari kami. Aku hanya membantu mba maria menyiapkan apapun yang mba maria minta, seperti misalnya menuliskan bon kwitansi untuk pembayaran mereka masing-masing. Aku jadi tahu berapa biaya psikotest yang disediakan oleh pihak rumah sakit Duren Sawit. 

08.00 Tes pertama diinstruksikan oleh mba maria, mba maria juga menjelaskan pembukaannya, mirip sekali dengan yang aku pelajari di mata kuliah Psikodiagnostik dengan bu Feli, mirip sekali kata-kata dan informasi yang diberikan ke peserta tes. Tes pertama yaitu Kraeplin, di tengah tes berlangsung, bu Nurul datang, dan untuk selanjutnya bu Nurul yang menjadi tester, sedangkan kami berlima dipecah, aku dan aisyah sebagai observer dan asisten bu Nurul, sedangkan mba Maria, hanun, ayu, dan Marsya menyelesaikan scoring di poli psikologi. Setiap tes yang sudah selesai dilakukan, dioper ke bawah untuk di scoring oleh mereka

10.00 Waktu berjalan seperti lambaaaat sekali, aku dan aisyah hanya berdiri, mengobservasi peserta yang salah mengerjakan atau melakukan kegiatan tambahan diluar instruksi tes, dan lain-lain, jika merasa pegal, aku dan aisyah duduk di sofa belakang ruangan. tes Kraeplin selesai, dilanjutkan dengan tes IST, kemudian EPPS, DISC, PAPIKostic, dan terahir adalah tes kepribadian menggambar seperti BAUM dan DAM, semua peserta kooperatif, bu Nurul juga memberikan instruksi dengan cepat, tegas, dan jelas sehingga waktu penyelesaian sampai pukul 12.15. Untuk pertama kalinya aku melihat lembar jawaban BAUM dan DAM dari banyak orang, gambar orang yang mereka buat macam-macam, ada yang menggambar suster, ada yang menggambar anak balita yang besaar, ada yang menggambar wanita cantik, semuanya diberi nama, usia, kegiatan yang sedang dilakukan, serta 3 sifat yang positif dan sifat yang negatif. Untuk gambar pohon, ada pengecualian, mereka tidak diperbolehkan menggambar beringin, kelapa, umbi-umbian, rerumputan, perdu/alang-alang. Aku sangat bersemangat pada tes ini. Seruuuu sekali bagiku, tapi sayangnya kami mahasiswa magang tidak diajarkan untuk interpretasi gambar-gambar ini. Psikolog kami (bu Nurul, bu Rena, bu Vina) mengetahui dengan pasti bahwa S1 hanya punya keahlian untuk administrasi test dan sedikit interpretasi, hanya sedikit.

12.30 Aku turun ke lt 2 ke poli psikologi, mba Maria bersama tiga orang temanku masih mengerjakan scoring, mereka pusing katanya, kami berniat membantu tetapi kami (aku dan aisyah) sangat lapar. Jadi, kami memutuskan untuk makan di kantin dulu, seusai makan kami langsung membantu proses scoring, kami membawa laptop masing-masing, mengerjakan scoring PAPI Kostic, kami menginput A dan B isi jawaban peserta dan melihat hasil, menuliskan hasil (berupa huruf : G, N, A, R, O, B, W, K, F dll) disertai jumlah angka yang didapat. kami baru selesai pukul 14.30. Beberapa dari kami membawa pulang lembar jawaban untuk discoring dirumah masing-masing. 

Kraeplin, DISC, PAPI Kostic

Hari kesepuluh, Sabtu, Poli Psikologi, Rumah Sakit Khusus Duren Sawit


08.30 Aku telat satu jam, mba maria sebenarnya sudah memberi toleransi waktu paling telat 08.00, tapi apalah aku, si terburu-buru, si telat, ketika aku datang, mba maria langsung memberikan aku, hanun, dan ayu tes DISC namanya, kami mengerjakan dengan cara menuliskan huruf M atau L, M untuk most yang artinya kalimat adalah yang paling mencerminkan diri kita sendiri, sedangkan L adalah Less yang artinya kalimat adalah yang paling tidak mencerminkan diri kita sendiri. Total soal ada 24 soal. Setelah kami mengerjakannya dengan cepat, kami langsung diajarkan scoring dan sedikit interpretasi dari mba maria, scoring dilakukan digital, langsung diketik di komputer poli, hanya tinggal input apakah nomer 1, M dan L nya di nomer 1a, 1b,1c atau 1d. Tahap selanjutnya tinggal mengklik sheet "hasi" maka akan keluar hasil D I S C dan N, N > 8 artinya tes tidak valid, milikku N = 10, namun, mba maria selalu menjelaskan berulang kali bahwa, satu test tidak berdiri sendiri, hasil akhir dilihat dari beberapa tes yang harus dijalani calon karyawan. Banyak informasi yang penting, semuanya aku catat di catatanku, terdapat tiga kolom, kolom pertama adalah kolom kepribadian yang dilihat orang lain ke diri kita, kolom kedua adalah kolom kepribadian yang kita lihat sendiri dari pandangan diri kita, dan kolom ketiga adalah kolom kepribadian ketika kita dalam kondisi stress. Semua bentuk kolom itu bentuk grafiknya harus sejenis, minimal dua kolom harus memiliki bentuk yang sama, menandakan tingkat kestabilan emosi yang dimiliki peserta tes.

10.00 Mba Maria memberikanku briefing personal, keempat temanku sudah dibriefing tadi pagi, Besok, Senin 15 dan selasa 16 Juni 2015 akan ada test psikotest untuk profesi di RS Budi Asih, kebanyakan diantaranya bidan dan perawat, test psikotest ini terdiri dari beberapa tes. Yaitu:
1. Kraeplin (Sikap kerja dan daya tahan kerja)
2. IST (tes Intelegensi)
3. PAPI Kostik (Sikap Kerja)
4. DISC (Kepribadian)
5. EPPS (Kepribadian)
6. BAUM (Kepribadian)
7. DAM (Kepribadian)

10.15 Selanjutnya aku dijelaskan test Kraeplin, dengan sedikit sejarah pembuatan tesnya, Kraeplin adalah instrumen tes paling populer untuk proses rekrutmen, berisi penjumlahan angka-angka, ada banyak baris berbaris angka, dan peserta diminta menjumlahkan dari bawah ke atas, satu baris diberikan waktu 30 detik, total pengerjaan 22,5 menit. Aku juga langsung dijelaskan proses scoringnya, jadi hanya beberapa baris yang ternyata harus dihitung sungguh-sungguh, kemudian ditulis benarnya, penjumlahan yang kosong, kita juga harus mencari tahu jumlah baris tertinggi yang dihitung serta jumlah baris terendah yang dihitung. Lalu, ada coding tersendiri untuk memasukkan nilai itu semua, munculah hasil akhir, hasil akhir kemudian dikonversikan ke dalam norma di panduan, lalu langsung diketahui nilai BS (Baik Sekali), B (Baik), C (Cukup), K (Kurang)

11.00 Kraeplin selesai, aku, hanun dan ayu diajarkan PAPI Kostik, kami bertiga di tes secara formal, cara menjawabnya hanya dengan melingkari kata-kata yang diyakini mencerminkan diri kita sendiri, soalnya ada sebanyak 90 soal, hampir mirip dengan EPPS yang soalnya 225 di minggu kemaren. Selesai itu, kami diajarkan cara scoring, ada manual, dan digital, Digital hanya tinggal menginput A atau B yang peserta isi. Setelah itu klik sheet "hasil" dan kita bisa langsung mengetahui lingkaran yang banyak yang berisi jumlah angka dari setiap dimensi perilaku yang diukur. Sedangkan, jika dengan cara manual, agak rumit menyelesaikannya, dan semuanya aku catat di lembar kosong yang aku satukan dengan lembar jawaban hasil tes milikku

Angklung

Hari kesembilan, instalasi rehabilitasi mental, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

08.30 Briefing seperti biasa dimulai, kali ini dipimpin oleh ka Ardi, bertugas piket hari ini, semuanya menyetor nama pasien masing-masing. Ketika giliran kami, ayu menjelaskan kepada Pak Pandi bahwa kami mahasiswa magang akan mengisi senam sebelum materi dimulai, kami berdebat ringan sambil bercanda tentang kapan senam yang kami isi, apakah untuk pasien day care, pasien rawat inap, atau keduanya, kami bersikukuh ingin isi senam untuk pasien rawat inap saja, tetapi semua tim ingin kami senam di dua sesi. Akhirnya, diambil keputusan bahwa kami mengisi keduanya, hanya, karena aku kemarin sudah mengisi senam, aku hanya diminta satu sesi saja di siang hari.


09.15 Senam dimulai, dipimpin oleh ayu, hanun ikut mendampingi disampingnya, mengikuti gerakan ayu. Dengan mengenakan kaos yang sama, kaos yang kami pesan sekelas, kelas kami Psikologi NonReguler D 2012. Setelah senam, kami bertiga membantu tim membuat hiasan kepala ondel-ondel, dari lidi dan kertas karton digunting dan ditempel ke masing-masing lidi. Ini dibuat dalam rangka merayakan hari Ulang Tahun Jakarta yang jatuh pada minggu besok, 22 Juni 2015. 


14.00 Pasien rawat inap sudah mulai berdatangan, aku ikut menjemput mereka ke ruang belimbing, bersama pak Riza, kami ke ruang pasien laki-laki, aku yang membantu pak Kar (perawat di bangsal belimbing) memanggil satu persatu pasien yang ikut rehabilitasi mental, dengan membawa catatan yang sudah didata. Jumlah pasien laki-laki hari ini ada tujuh orang, Pak Tendi sudah pulang, dan satu lagi pasien tidak mau ikut, hanya tidur-tiduran saja, ketika dipanggil Pak Riza dengan suara keras, ia balas juga dengan suara keras jika dirinya tidak mau ikut. Jadilah kami bertujuh turun dari lt 2 gedung depan RS Duren Sawit, karena lift satu-satunya lama sekali menyala, kami memutuskan untuk turun menggunakan tangga emergency, sesampainya di bawah, kami menunggu ambulans, kami (aku, pak Riza, pasien laki-laki, dan pasien perempuan yang dijemput bu Ayu) duduk-duduk di halaman lobby, setelah ambulans datang, kami segera naik, aku dan Pak riza duduk di depan mobil, pasien duduk di belakang. Kami berangkat menuju gedung rehabilitasi mental.

15.00 Sebelum materi, kami bertiga memimpin senam. Ada salah satu pasien yang pura-pura pingsan di depan kami, alasannya tidak mau ikut senam, kemudian ia duduk-duduk, agak mengamuk, dan kemudian dengan gerakan yang lembut dan lambat, ia jatuh ke lantai, tim rehab berusaha membangunkannya, membiarkannya, mendiamkannya sampai ia lelah berpura-pura, tapi kemudian ternyata malah merusak konsentrasi pasien lain yang sedang senam, akhirnya ia di seret dan dibawa ke ruang pelatihan menyulam dan keterampilan wanita, aku tidak tahu bagaimana cerita selanjutnya, yang aku tahu, ibu itu sudah hadir lagi di tengah pasien lainnya ketika materi DGT dimulai, dibawakan oleh Pak Riza. Aku, hanun, bu ayu, dan bu nusye selesai membuat tanda-tanda berwarna dari kain flanel ditempelkan ke angklung, sesuai instruksi bu nusye. Latker hari ini bukan tentang terapi olahraga, tetapi bermain musik angklung bersama-sama, dipimpin oleh bu Nusye bermain piano, bu Ayu memimpin warna-warna yang harus dibunyikan. Dan kami membantu bernyanyi bersama-sama. Lagu kedua yang dibawakan bu nusye adalah lagu Dewa yang liriknya "Tuhan kiriiiimkanlaaah akuu, kekasih yang baik hatiii, yang mencintaiiii akuu, apa adanyaaa..." Rivaldi salah satu pasien yang duduk di baris depan menangis, airmatanya jatuh ke pipi, kemudian ia mengusapnya, berkali-kali, pak Taruli yang ikut melihat memberikan tisu padanya. 


Kamis, 11 Juni 2015

Hotel Aston

Hari ke delapan, Instalasi Rehab Mental, Rumah Sakit Khusus Duren Sawit


11.00 Aku dan ayu baru datang 15 menit yang lalu, disambut dengan lawakan lawakan dan perintah-perintah yang membuatku merasa benar-benar diterima di dalam tim ini. "push up duluuu sanaaa" kata teh ineu, "nyanyi duluuuuu nyanyiii" mami said. Semuanya ramai, kami langsung saja membantu petugas melatih pasien untuk latker (latihan kerja) untuk pasien wanita, aku juga mau membuat boneka bebek, kita sama-sama membuat pola bebek, menggunting pola, dan menjahitnya, jkemudian kami berikan dakron untuk isi boneka agar terlihat gembul. 


13.30 Giliran pasien rawat inap yang akan direhab, dua petugas menjemput pasien ke rawat inap, aku tidak ikut, telat karena aku baru saja mulai solat setelah mereka bergegas meninggalkan ruangan untuk menjemput. Kami menunggu di aula, tidak lama kemudian mereka masuk, jumlahnya banyak, pasien wanita dan pasien laki-laki seimbang 50% 50%. Ada empat orang lagi pasien baru, karena pasien yang lama sudah menempuh 10 kali pertemuan, diganti dengan pasien-pasien yang dirujuk psikiater sudah bisa direhab. Senam dimulai, sebenarnya senam kali itu giliran teh ineu, tapi karena teh ineu sedang hamil muda, ibu ibu lainnya segera mengambil alih, tetapi dengan becandaan mereka yang khas, mereka memaksa kami untuk memimpin senam. Ayu dan hanun mengenakan rok saat itu, aku mengenakan celana, jadilah aku yang ditarik tarik ke depan aula untuk memimpin senam, bu lidya bilang "yaudah ibu aja ibu aja, bungaaa sini ajaa di samping ibu" aku pikir aku hanya mengikuti gerakan bu lidya, tapi faktanyaaaaaa, bu lidya hanya melakukan dua gerakan senam, selebihnya, ia justru mengikuti gerakanku, sebagai wanita jantan aku memberanikan diri memperlihatkan gerakan-gerakan anehku hahaha. Semua petugas tertawa, ramai, aku ramai jadi bahan becanda, tapi disinilah aku, aku sudah terjebak dan ya sudah, semuanya berlalu begitu saja, aku menggeal geol pinggangku, menggerakan badan sesuka hatiku, setelah mungkin seperempat lagu berakhir barulah aku dibantu bu ayu, bu ayu pintar menari, kami memiliki minat dan bakat yang sama sebenarnya, tapi aku sudah tidak lagi menari, dulu aku memang pintar menari tari betawi, tari kipas, tari saman, tapi itu dulu.

14.00 Materi diisi oleh ka Ardi, tema nya tentang komunikasi, Setelah orientasi waktu untuk para pasien, langsung saja ka Ardi bertanya banyak hal, apa itu komunikasi, jenis komunikasi, mengapa komunikasi penting, dan apa itu komunikasi vs halusinasi. Momen mengesankan yang kuingat adalah Ka Ardi : "Jadi, komunikasi itu harus dua arah, ada lawan bicara, kalo ga ada lawan bicara? kalo ga ngomong sendiri?'
Pasien-pasien : "orang gila namanya, hahahahaha" *dan mayoritas pasien tertawa
Ka Ardi : *ikut tertawa bersama dengan kami tim rehab* "iyaaa, jadiii, kalo komunikasi hanya ngomong sendiri artinya ada halusinasi, ga mau lagi kan ada halusinasi ya bapak/ibu ya?"
Pasine-pasien : "iya ga mauuu pak ga mau"
Pasien 1 : "itu dimana dok munculnya halusinasi? bagaimana ko kita bisa halusinasi? di otak adanya?"
Ka Ardi : "iyaaa, diciptakan di otak dan bentuknya bisa visualisasi atau verbalisasi, bla bla bla ..."
Pasien 2 : "kalo komunikasi sama jin gimana?"
Pasien 3 : "loh kalo gitu semua orang pernah halusinasi dong pak?"
Mereka sangat antusias mengenai materi ini, begitupun aku. 

15.00 Hari ini hari kamis, terapi musik seperti biasa, pasien-pasien disuruh memilih lagu apa untuknya, banyak pasien yang memilih, maju dan memilih dvd dvd yang berjajar di meja depan di aula, tempat kami mencatat segala dokumen. Setengah perjalanan mereka bernyanyi, bu astami berdiri dan keluar dari aula, untuk pergi ke toilet sepertinya, sepulangnya dari toilet ia menutup kupingnya dan bicara berbisik bisik sndiri, pak Pandi memergokinya, "hey ngapain kamu? kenapa?" bu astami menjawab dengan pelan "itu halusinasi saya lagi datang pak" aku hanya melihat ia berdiri dan pergi ke toilet, sepulangnya dari toilet dan terjadi dialog tersebut terlewatkan oleh penglihatanku, aku hanya mendengar cerita dari hanun. Kemudian bu astami sangat gelisah, ia duduk, berdiri, bolak-balik, kemudian memberi tahu pak Pandi bahwa ada seorang wanita yang bilang jika hotel aston akan di bom, bu astami sangat cemas, ia bilang mau pulang ke bangsal berry berkali-kali. banyak petugas yang tangannya ditarik tarik meminta dirinya dipulangkan ke berry. Ini tidak menjadi keributan yang berarti, karena semua pasien lain sedang sibuk bernyanyi dan memperhatikan lagu-lagu yang dinyanyikan. Di penghujung terapi, bu astami ditunjuk bapak untuk bernyanyi "satu lagu saja, baru abis itu kita semua pulang" langsung saja bu astami menyanyikan lagu kasmaran. Semua pasien diminta berdiri dan bernyanyi bersama-sama.  Kami, ayu, hanun, aku dan aisyah sedang main ke rehab saat ini, beriringan saling menggandeng tangan dan melakukan gerakan yang sama, sambil menyanyikan lagu kemesraan bersama-sama pasien.

Hanun

Hari ketujuh, instalasi rehab mental, Rumah Sakit Duren Sawit


08.30 Aku datang setengah jam yang lalu, briefing dimulai, semua petugas menyetor laporannya masing-masing serta menyebutkan nama pasien mereka. DGT kami juga dievaluasi oleh Pak Pandi, beliau mengevaluasi DGT dengan leader ayu kemarin, kami juga memberitahu tema gambar dan tema DGT yang nanti akan dibawakan hanun. Kemudian setelah pasien day care berdatangan kami pindah ke aula, kami hanya duduk-duduk dan memperhatikan pasien, sambil menggambar buah semangka utuh dan semangka yang sudah dipotong di buku gambar. 

14.00 Semua berjalan seperti biasa, jam 12 sampai jam 1 kami makan siang, kemudian masuk dan kami langsung ke aula, tidak ada yang ikut menjemput pasien hari ini, kami menemani hanun yang sejak pagi merasa cemas, ia mengatakan itu kepada semua petugas, waktu berlalu ... senam dimulai, 15 menit kemudian hanun maju untuk memberikan materi DGT tentang pengenalan binatang. Aku dan ayu mengamatinya di belakang pasien, berhadap-hadapan dengan hanun seolah memberi semangat tiada henti. Materi berakhir dengan lancar, hanun komunikatif, disambung pasien yang kooperatif, ada empat pasien baru hari ini, tiga perempuan dan satu laki-laki, mereka memperkenalkan identitas mereka di depan pasien lainnya. Hanun dapat menguasai monopoli pembicaraan dari Pak Tendi, seperti biasa, pak Tendi banyak bicara, banyak mengeluarkan pendapat, binatang yang ia sebutkan juga macam-macam seperti Aligator, Seal, Pinguin, Sea Horse, dan lain-lain, diselingi oleh kata-kata bahasa inggris yang ia kuasai. Hanun mengakhiri materi dengan waktu lebih sedikit. 

15.00 Kami memberikan tema menggambar hari ini yaitu buah semangka, terdiri dari dua semangka, satu semangka utuh dan satu semangka yang sudah dipotong. Kami juga telah mewarnainya, warnanya hijau tua dan hijau muda, sementara isi semangkanya berwarna merah terang dengan biji-biji hitam yang cukup banyak di dalamnya. Bu Astami adalah salah satu pasien baru. Aku tertarik mengamatinya, aku berdiri di dekatnya sangat lama, ia membuat lingkaran dengan tahapan awal yang cukup detil, ia menggariskan garis horizontal dan garis vertikal yang bertemu kemudian baru ia goreskan pensil dengan bentuk lengkungan, ia sangat fokus, gerakannya cepat, semangat, dan terlihat senang. Sementara di sebelahnya, namanya bu nurwati, ia sama seperti bu astami, salah satu pasien baru, bu astami perlu banyak dibantu karena sangat lambat, afek datar masih kuat sekali melekat di dalam dirinya. Ia malas, menggerakan gerakan malas, melihat contoh gambar di depan malas, menghapus dengan gerakan yang lambat, dan perilakunya melambat, semuanya, ia sering termenung, sehingga kami para petugas sangat memberikan atensi padanya, kami coba semangati, kami coba puji apapun goresan yang digambar di kertas, aku merasa aku yang lebih peka dari tim, tiap kali aku melihat dan membantu pasien lainnya, dan menoleh ke arah bu nurwati, ia sedang termenung, kosong, kemudian aku jentikan jari dari hadapan matanya, kadang ku tepukkan tangannku di hadapan matanya, baru lalu ia kembali lanjutkan gambar dan mewarnai. Begitulah. Kami harus punya sejuta cara untuk selalu membuat pasien merasa ia bisa pulih

*nama sudah disamarkan, demi kode etik psikologi

Selasa, 09 Juni 2015

Ayu

Hari keenam di Instalasi Rehabilitasi Mental Rumah Sakit Duren Sawit 


08.35 Ini sudah telat 5 menit dan aku baru masuk ruangan, tanpa minta maaf dan basa-basi aku langsung duduk di samping kedua temanku disana, aku cemas, merasa bersalah, tapi tidak tahu sikap yang seperti apa yang harus aku lakukan. Di tengah briefing, bu lidya mendapat telpon dari bu rena (pembimbing lapanganku), samar-samar aku tahu kalau bu rena ingin mendatangi tempat kita. Selesai briefing bu rena masuk ruangan, kemudian aku lihat bu lidya dan pak nurpandi berbicara diruang pak pandi. Setelah aku tahu, ternyata mereka membicarakan jadwal kita. Bahwa bu Rena meminta izin untuk mengambil kami (aku, hanun,ayu) untuk tanggal 15,16 Juni hari senin dan selasa minggu depan untuk tidak hadir di ruang rehab karena membantu proses assesment di poli psikologi. Untuk 40 orang  calon bidan yang akan diterima di salah satu rumah sakit. Dan, lagi-lagi dadaku dipenuhi rasa bahagia. Tidak ingin melewatkan hari itu. Tidak sabar menunggu hari itu.

10.00 Kami berada di ruang jahit, kami mempersiapkan pocket charger yang akan kami berikan untuk latker pasien rawat inap, alat-alatnya terdiri dari duplex, dan kain flanel, hanya di lem saja dan dihias sesuai kreasi. Ini ide dadakan, karena awalnya kami berniat membuat gelang dari benang sulam, dengan simpul yang lumayan rumit, setelah kami konsultasikan ke bu lidya, mami dan bu ayu, mereka bilang itu terlalu rumit untuk pasien skizo rawat inap, akhirnya kami memutuskan untuk membuat pocket charger.

14.00 Ayu cemas sepertiku kemarin, sudah dari jam 10 tadi ia berkali-kali mengulang kata-kata yang akan ia gunakan untuk materi DGT, tema nya 4 sehat 5 sempurna, ia berulang kali membuat simulasi dengan aku dan hanun berperan seolah-olah sebagai pasien. Pukul 14.00 ia sudah ada di depan pasien sekarang, aku di belakang mereka, sambil mendokumentasikan proses DGT. terlalu banyak dimonopoli oleh Pak Tendi, salah satu pasien yang mengaku dirinya lulusan S3 salah satu universitas di Tomang, ia selalu banyak bicara, memberikan tambahan dan saran, kemudian selalu ingin menjawab pertanyaan yang diberikan ayu, aku dan hanun kadang takut ayu tidak bisa mengatasinya, tetapi ayu bisa. ayu hebat. Setelah 30 menit berlalu, kami memberikan materi latker, tentang pocket charger yang tadi kami siapkan bahannya. Awal materi latker dibuka olehku, aku menjelaskan fungsinya, tujuannya, alat dan bahannya, dan cara membuatnya. Disusul oleh hanun dan ayu yang memberikan contoh serta tahap-tahap lebih detil bagaimana proses mengelem kain flanel dan sebagainya. Mereka mengikuti dengan sangat kooperatif. Hasil karya mereka selama dua hari kemarin kami sumbangkan ke rehab, bu ayu mencatatnya, dan meletakkannya di etalase depan ruang rehab. Kami cukup puas

Warna

Hari kelima di Instalasi Rehabilitasi Mental Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

08.05 Aku baru datang, telat, as always~ kuputuskan untuk langsung ke lt 4 ruang rehab di gedung belakang rumah sakit, seharusnya aku harus absen lebih dulu di poli psikologi lt 2 di ruang depan gedung rumah sakit, tapi karena takut telat ikut briefing awal, aku akhirnya berjalan sendiri ke rehab. Aku pikir, hanun dan ayu sudah menantiku di sana, tetapi pukul 08.15 mereka baru datang dari poli, mereka menungguku disana katanya

08.30 Kami mahasiswa magang memberikan laporan kepada tim rehab bahwa akan mengisi DGT untuk pasien rawat inap, diisi oleh Bunga, dengan tema pengetahuan umum pengenalan warna. Dilanjutkan dengan pemberian latihan kerja (LatKer) berupa kerajinan tangan kreasi gantungan kunci dari kain flanel. 

10.30 Setelah aku mengamati DGT untuk pasien day care, mencoba membayangkan diriku berada di depan, dan bagaimana meng-handle suasana dan membangun komunikasi yang baik bagi para pasien, aku kembali ke ruang jahit, hanun dan ayu sedang mempersiapkan alat-alat, membuat contoh, dan membuat pola gantungan kunci untuk latker nanti siang. Kami semua gugup, untuk pertama kalinya kami harus berkomunikasi, belajar berhadapan langsung dengan pasien skizo, ini kehidupan sesungguhnya, kehidupan nyata, bukan hanya teori yang aku pelajari di semester sebelumnya di bangku kampus. Rasanya cemas, gugup, khususnya aku, seperti ada kupu-kupu di dadaku, kadang jantungku berdegup kencang, kadang degupannya malah terlalu lambat, aku cemas, aku sangat cemas, berkali-kali aku baca tahap-tahap DGT yang sudah kusiapkan sebelumnya di rumah.

14.00 Ini giliranku, setelah 15 menit pasien rawat inap melakukan senam bersama-sama, aku diberi tepuk tangan, diiringi dengan tepuk tangan kini aku berdiri di depan mereka, jumlahnya perempuan lima orang, sedangkan laki-laki kurang lebih 10 orang, aku tidak menghitungnya dengan detil. Tahap pertama yaitu memperkenalkan diri, kusebutkan diriku, namaku, statusku sebagai mahasiswa pkl (praktek kerja lapangan), kemudian aku mempersilakan pasien baru dari perempuan bernama ina (32) dan laki-laki bernama ikhsan. Mereka cukup koperatif, mereka perkenalkan diri mereka satu persatu, nama lengkap, usia, hobi, pendidikan terahir, dan alamat. Setelahnya aku memberikan penjelasan mengenai jenis warna, warna primer : merah, kuning, biru dan warna sekunder : hijau, abu-abu, coklat, ungu, nila, hitam, dan lain-lain. Kemudian aku meminta beberapa pasien mengulang apa penjelasanku tadi. Beberapa pasien yang aku tunjuk mengulangnya dengan baik. Mereka cukup pintar dan memahami materi dariku. Kemudian aku bagikan kertas origami berwarna untuk mereka. ada warna hijau, biru, merah, dan kuning. setelah mereka sudah memegang masing-masing, aku meminta mereka menunjukkan kertasnya, melambaikan kertasnya ke atas, mereka menurutiku, aku senang, aku menikmatinya. "bagi bapak/ibu yang memegang kertas origami berwarna merah, silakan berdiri" mereka berdiri, Salah satu pasien bertanya "suster, saya ini udah berdiri belum? *menunjukkan kertas berwarna hijau di tangannya*. aku menjawabnya, dengan tulus. Mereka yang berdiri aku minta untuk menyebutkan benda-benda apa saja yang ada didunia ini yang berwarna merah, aku bertanya pada mereka satu persatu. Begitupun untuk kertas origami berwarna kuning, hijau, dan biru. Ketika giliran warna kuning "kotoran manusia bu, terus pisang, terus biasanya pakaian dalam untuk perempuan". Salah satu pasien "paaa..ga; bu, paaa...ga;" setelah aku tanya apa saja yang berwarna hijau, ia pasien skizo berciri sikap kekanak-kanakan ditulis di riwayat gangguannya, ada gangguan pada gerakan motorik dan gerak bibirnya juga. Tadinya kami (aku dan tim rehab) kira, ia bicara "masker" tapi ternyata bukan, setelah ia menggerakan tangannya seperti sedang mendorong sesuatu dan menyebut dengan terbata bata "pin...tu" baru kita memahami ia menyebut kata "pagar" untuk benda berwarna hijau. tahap selanjutnya, setelah semua pasien menjawab nama-nama benda sesuai warna kertas yang ia dapat, aku menjelaskan gambar-gambar yang sudah aku print dan aku laminating dirumah, ada gambar lampu merah, ada gambar bendera Indonesia, ada gambar ruang kantor, dan ruang tamu, serta buah buahan. Untuk gambar ruang kantor dan ruang tamu, aku mempersilakan siapapun yang berani maju ke depan dan mempresentasikan menyebutkan apa saja benda di dalam gambar serta memiliki warna apa. Ada sebanyak empat pasien yang berani maju ke depan. 25 menit aku memberi materi, ditutup dengan salam kemudian aku serahkan mereka ke kedua temanku, hanun dan ayu untuk dibimbing latihan kerja membuat gantungan kunci (untuk perempuan) dan pertukangan (untuk laki-laki)

Minggu, 07 Juni 2015

EPPS

Hari keempat, poli psikologi, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

08.00 Aku baru datang, setelah mengucapkan salam sambil membuka pintu, aku melihat dalam ruangan poli hanya kami mahasiswi magang, semuanya berjumlah lima orang. Aku, hanun, dan ayu sedang di rehab mental, kemudian marsya dan aisyah sedang di poli ini, untuk dua minggu kedepan. Ternyata aku terlewat banyak hal, termasuk hal menceritakan pengalamanku yang seru kemarin kepada marsya dan aisyah.

09.00 Mba maria sudah datang setengah jam yang lalu, di poli psikologi, office hour kita sebenarnya sejak pukul 08.30 - 14.00, tetapi kami mahasiswi magang memutuskan untuk lebih dulu datang, sejam lebih dulu datang. Aku mengiyakan tanda setuju awalnya, aku pikir aku sudah bisa berubah sekarang, melihat tersisa dua semester lagi dan aku harus segera bekerja, jadi ini bisa untuk penyesuaian diriku. Tetapi, teori hanyalah teori. Aku tetap saja aku yang tidak disiplin waktu, aku berangkat terburu-buru, karena telat, sudah pasti telat.

09.50 Marsya dan Aisyah ditugaskan mba Rena (psikolog) untuk mewawancarai orangtua dari pasien anak, setelah mereka diminta untuk menge-print form wawancara, mereka langsung menuju ruang asessmen, tak jauh dari ruangan poli psikologi tempat kami berada. Kemudian mba maria membagikan aku, hanun dan ayu sebuah modul persoalan, dan lembar jawaban. modul persoalan itu berwarna kuning, judulnya Edward's Personal Preference Schedule (EPPS). Tes ini adalah salah satu tes kepribadian, melihat bagaimana keinginan kita untuk berprestasi, bagaimana keinginan untuk bersosial, komunikasi, apakah kita pribadi yang menuruti atasan atau ingin menjadi atasan dan lain sebagainya. Biasanya tes ini digunakan di perusahaan-perusahaan yang ingin merekrut karyawan. Cara pengerjaannya sangat mudah, kami hanya diminta memilih satu dari dua opsi yang tersedia. A atau B. Dan hanya dilingkari saja. Ada 225 nomer pada tes ini, dikerjakan selama 30 menit. Setelah buku modul persoalan dibagikan, waktu otomatis terhitung. Oleh Mba Maria. Kami mengerjakan semampu kami, didukung oleh rasa bahagia yang menumpuk di dada karena sadar bahwa tes ini adalah tes rahasia, tes mahal (jika secara personal membayar psikolog), dan tes bocoran jika kami ingin bekerja nanti.

10.30 Waktu pengerjaan habis, kami pun telah menyelesaikannya. Scoring dimulai. Rekan kami, Aisyah dan Marsya yang sudah lebih dulu diberikan tes ini membantu kami melakukan scoring. Mba maria mengawasi, sambil bekerja di mejanya sendiri. Aku diajarkan marsya. Pertama kami diajarkan untuk tahu bagaimana konsistensi kognitif kami, hasilku sangat bagus, tidak ada X di dalam kotak, artinya aku sangat konsisten. Tahap kedua kami menghitung nilai r, kemudian kami jumlah dengan nilai c. Hasil penjumlahan dituliskan di kolom s, dan tahap terakhir kami mengkonversi s ke ss dengan berdasarkan norma yang ada di meja mba maria. Hasil ss ku seperti ini
Achievement --
Def - -
Order --
Exhibition +++
Autonomy +++
Affiliation ++
Int +
Succorance --
Dominan ++
Abaresement --
Nurturance ++
Change ++
Endurance --
Heterogen +
Aggresive -

11.00 Mba Maria selesai dengan urusannya, kami diberikan materi interpretasi singkat. Achevement adalah kemauan untuk berprestasi, mendapatkan penghargaan, dsb. Def adalah kemampuan  dan kemampuan melakukan perintah atasan misalnya. Order merupakan kemampuan menurut pada sistem pada satu institusi / organisasi. Exhibition adalah kemauan memamerkan diri, menjadikan diri pusat perhatian. Autonomy adalah kemauan untuk mandiri, melakukan sesuatu sendiri,dsb. Affiliation biasanya sangat dibutuhkan untuk profesi perawat, dokter,psikolog. yaitu kemampuan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kemampuan sosial. Int, sifat dan sikap empati, bagaimana rasa peka ketika misalnya rekan sedang berduka, atau semacamnya. Dominance adalah kemauan untuk mendominasi, kemauan didengar, ketegasan. abasement adalah kemauan untuk menerima kritik, saran, menerima kesalahan orang lain. Nurturance, seperti nursing, perawat, kemampuan untuk membantu, melakukan sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat bagi orang lain. Change adalah kemauan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang baru, Endurance adalah keteguhan, ketahanan, misalnya bekerja di bawah tekanan. Heterogen adalah kemauan dan kemampuan seksual, tertarik pada lawan jenis, dan kemampuan seks ketika berhubungan suami istri. Aggresive adalah kemampuan mempertahankan pendapat sendiri, kemauan untuk berdebat, dan sebagainya.

11.15 Kami dijelaskan pula bahwa + / - yang banyak juga bukan indikasi yang bagus, pada dasarnya jawaban yang netral adalah skor 0, jika + / - terlalu banyak berarti pribadi peserta tes masih labil. Tetapi + dan - dibutuhkan juga untuk melihat bagaimana sisi sifat dan sikap kita yang lebih dan yang kurang.Dan, see ... my Edward's Personal Preference Schedule :) So unstable for my emotion, but im focus and consistance in my skill kognitive.

Jumat, 05 Juni 2015

pergi ... pergii ..

Hari ketiga, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, Pemprov. DKI Jakarta


08.00 Aku telat. Sesampai di rumah sakit, aku langsung ke lantai dua, ke poli psikologi, kami harus kesini dulu untuk absen anggota tim magang. Setelah pintu kubuka, hanya ada marsya dan aisyah yang menyambutku, tidak ada psikolog dan petugas lainnya. Mereka ijin datang telat dan memberikan perintah pada marsya dan aisyah untuk standby di dalam ruangan. Aku diserbunya. Diminta menceritakan bagaimana pengalaman di rehab mental. Aku bercerita panjang lebar. Ditutup dengan "semangat yaaa buuung!!" dari keduanya, kemudian aku menutup pintu poli psikologi, berjalan tergesa-gesa menuju gedung belakang. gedung rehabilitasi mental

08.25 Sesampainya diruangan, aku hanun dan ayu menghadap pak Padin, Pak Padin memberi tahu ulang tentang rencana pemberian DGT untuk pasien rawat inap dan latihan kerja untuk mereka. menjelaskan pula bahwa kami harus membuat laporan dan harus diserahkan sesuai jadwal, tanggal 22 juni nanti. Setelahnya kami di briefing, petugas piket hari itu mba ineu. Mba ineu memimpin briefing. Semua petugas menjabarkan pasien mereka masing-masing.

09.10 Pasien day care hanya berjumlah enam orang. Satu diantaranya pasien baru. Ia diminta memperkenalkan diri, kemudian ia mengenalkan nama panjangnya, usia, alamat, hobi dan pendidikan terahir, yang menakjubkan adalah ia mengaku lulusan S1 Akuntansi Trisakti. Ia perempuan, sikap dan perilakunya sangat kooperatif, tidak terlihat sikap abnormalitas atau gangguan macam-macam. Setelah diberikan materi mengenai pengelolaan uang, diantaranya Pak Riza tanya jawab tentang fungsi uang, siapa yang mencetak uang, siapa yang mengedarkan uang, uang lima ribu tergambar pahlawan siapa, seterusnya uang sepuluh ribu, dua puluh ribu, seratus ribu, dan seribu rupiah. Kemudian pasien diberikan role play, peran pedagang dan pembeli secara bergantian. Hasilnya sangat baik, mereka dapat menawar barang dagangan, menjajakan dagangan, sampai memberikan uang kembalian dari pembeli.

10.00 Pasien day care istirahat lima belas menit dan akan dilanjutkan untuk latihan kerja, ke pertukangan, meronce, atau aplikasi komputer. Sedangkan, kami dipanggil bapak ke ruangan, kami bertiga diberikan modul yang berisi visi mis tujuan dan penjelasan teori lainnya dari bagian instalasi rehabilitasi mental. Bapak memberikan penjelasan mengenai banyak hal, macam-macam mulai dari perbedaan day care dan rawat inap, bagaimana gambaran beberapa pasien, sampai menjawab pertanyaan kami masing-masing. kami bertanya apakah ada komunikasi yang dianjurkan atau disarankan untuk pasien, jawaban dari bapak adalah komunikasi empati, kami harus belajar merasakan, bayangkan bagaimana merasakan apa yang pasien katakan dan pasien alami. Ini jg menjawab pertanyaanku dari kemarin lusa. ternyata bapak sudah menyarankan pada suster perawat di bangsal-bangsal bahwa jangan terlalu kasar kepada mereka. Berkomunikasilah dengan komunikasi empati.

14.45 Pasien rawat inap selesai diberikan materi tentang toilet training oleh bapak. Mereka sampai dibawa ke toilet untuk mengetahui dan melihat langsung apa itu westafel, bak, gayung, kaya, urinoir (untuk laki-laki), tempat sampah untuk softex wanita, dan lain-lain. Para pasien rawat inap diminta menyebutkan apa saja yang sudah mereka lihat. Selesai materi selama 15 menit lebih, materi hari jumat adalah terapi olahraga, mereka dibebaskan melakukan olahraga apapun, ada tenis meja, badminton, catur, bekel, congklak, karambol, dan ada yang membaca buku, majalah, atau bermain gitar.

16.30 Aku dan mami (mba nusye) memulangkan pasien, kami ke ruang berry, aku sudah dua kali kesana, ini yang ketiga kalinya. aku diarahkan untuk menuliskan SOAP para pasien wanita, dibimbing oleh mami, sambil aku menulis, salah satu suster memanggil satu pasien, dibawanya pasien itu ke luar ruangan penjara, namanya bu suhartina. "suhartinaaa, sini duduk, duduk depan saya" dengan diantar oleh perawat laki-laki ia digiring kedepan susternya. "selamat soreee" kata suster. "saya duduk, disini, abang ga duduk, saya disini duduk". "hey-hey, selamat soreee ibuuuu, sini lihat saya lihat sayaa" "iya saya mau makan bu, saya ga minta duit, saya cuma mau makan susteeer, kasih saya makanan dong" ia berceloteh terus-terusan. suster bilang " iyaaa, iyaa nanti. selamat soree" . "soreee" jawabnya. "saya suster yuni, ibu namanya siapaaa?" "suster yuni ya, ya saya suhartinaa, saya suhartina, ini suster yuni" . "iyaaaa, suhartina sudah bertemu suster ya tadi siaaang? suster siapa namanya?" "suster yeni, tadi siang suster yeni, sekarang suster yuni" . suster menjawab " bukaaaan, tadi siang suster ainiiii" .... "oooh iya suster aini suster aini saya suhartina skarang suster yuni". "iyaa, tadi ditanya apa aja sama suster ainiii?" ...."ditanya makan apa belum, saya mau makan aja" .."terus apa lagiii?" ...... "menghilangkan bisikan, bisikan, pergiiii pergiiiii, kamu bukan saya, kamu bukan suara saya, kamu bukan siapa-siapa kamu bukan suster ... kamu bukan dimana-mana, pergi .. pergiii. kamu suara palsuuu. pergiii pergiiii" .suster : "iyaaaa benaaaar,, ko tangannya gitu? gimana tangannya ayoooo??!!" pasien : *menutup kedua kuping dengan telapak tangan masing-masing* "pergiii . pergiiii.. kamu bukan suara saya, kamu bukan siapa-siapa kamu bukan suara sayaaa, kamu suara palsuu.. Allahu akbar allaahu akbar, allaaahua akbar alllahuakbar, asyhadu alla ilaa ha ilallaaah, asyahadu allaa ilaa ha ilallaaah *menirukan suara adzan* " kami semua dalam ruangan tertawa. suster : "yg benaar, ayoo ulang ulang, gimana cara menghilangkan bisikan?" Pasien: *menutup kedua kuping* "pergiii. pergiii. hush husssh, kamu bukan suara saya, kamu suara palsu, kamu pergiii..pergiii..."

... Bu suhartina memiliki aksis 1 f20 skizofrenia, dengan simtom positif dan simtom negatif

*nama sudah disamarkan demi kode etik psikologi*

Kamis, 04 Juni 2015

Kemesraan

Hari kedua, instalasi rehabilitasi mental RSKD Duren Sawit

09.00 Pasien DayCare berdatangan, jumlah laki-laki dan perempuan hampir seimbang, 50% 50%. Satu orang remaja laki-laki. Hari ini aku merasakan satu perasaan yang aneh. Aku sudah tidak takut lagi, Aku mulai merasa ingin mereka pulih segera. Aku mulai bersikap seperti berhadapan dengan orang yang sakit, perlu bimbingan, perlu ditemani, bukan ditakuti. Mereka sakit, seperti sakit fisik di rumah sakit umum, mereka perlu bantuan. Mereka sakit, jiwanya yang sakit. Tidak ada yang perlu ditakuti diruangan itu. DGT dan materi hari itu bertema bernyanyi. Sama seperti hari sebelumnya, mereka senam, kemudian diberi pertanyaan pertanyaan orientasi waktu, hari apa hari ini, tanggal berapa, bulan apa, dan tahun berapa. Setelahnya, bu lidya memberi pengetahuan tentang lagu. siapa yang suka dengar musik. macam-macam musik. dan lain sebagainya.

10.00 Pasien DayCare bernyanyi, judul lagunya Sehat Jiwa, aku lupa liriknya, tapi liriknya sangat bagus. "Yakin diri, langkah pasti, menggapai cita.." lirik awalnya seperti itu. Hatiku bergetar, ini benar-benar pengalaman yang belum pernah aku rasakan. Dihadapanku ada sepuluh orang pasien skizo dengan jenis yang berbeda, dan mereka bernyanyi. Bersama-sama yakin bahwa dirinya bisa pulih. Dirinya bisa menggapai cita-cita. Mereka bersama-sama tertawa, tersenyum, mengeluh, mereka bernyanyi sendiri-sendiri. Mengabaikan suara yang parau, suara yang kasar, fals. Mereka asik. Lalu aku menangis, aku tinggalkan ruangan. di toilet aku menangis, disaksikan kedua temanku, ayu dan hanun. Aku merasa bersyukur dilahirkan sehat fisik dan sehat jiwa. Sementara dihadapanku tadi beberapa ciptaanNya diciptakan dengan jiwa yang sedang sakit. Aku merasa menyayangi diriku, menyayangi mereka.

13.00 Aku bersama bu lidya dan ayu menjemput pasien wanita di bangsal berry, nama ruangannya. Di dalam ada kepala suster ruangan disana, sedang sakit katanya. Kami kemudian berkenalan dan bersalaman. Bu lidya memanggil satu persatu nama pasien yang sudah boleh di rehab. Di sebelah kiri ruangan pojok sana, ada ruangan dengan tiang-tiang tinggi seperti sel penjara. Semua pasien disana, di dalam sana. berbeda dengan bangsal laki-laki, setelah gerbang dibuka, kita bisa langsung menyaksikan mereka berkeliling berjalan, makan, berinteraksi dengan perawat dan pasien lain di ruang tengah bangsal. Disini berbeda, semua pasien di dalam. "hasna, isma, hey heyyy ngapain pada keluaaar?!! masuuuk masuuuk!!! ribet banget, liat pintu kebuka aja, yang dipanggil siapa, yang ga dipanggil di dalem ajaaa!!!" kepala suster berteriak. Sekarang aku terbiasa dengnn ini, semua suster dan petugas sangat tegas, hampir galak bahkan. Dan pasien akan menurutinya, aku membayangkan, mungkin dulu sewaktu mereka ditemukan, mereka diberikan treatment dengan perintah yang sangat tegas, seperti misalnya ketika emosinya blm stabil, mereka yang berperilaku agresif atau bizare akan diberikan injeksi sambil dimarahi oleh perawat, sehingga ini terbawa sampai pada level perawatan di ruang berry, mereka takut kepada semua petugas, mereka menurut, mereka mendengarkan, mereka pantas diberikan kasih sayang.

14.45 Materi DGT hari kamis adalah tentang binroh (bimbingan rohani), Pak Taruli leadernya, ia orang batak kental dengan logatnya. Ia penganut kristen. Hari itu setelah pak Taruli bertanya "apa itu bimbingan rohani? mengapa penting?" kemudian pak Tendy, salah satu pasien menjawab "Saya tau pak, jadi, walaupun kita berbeda-beda agama kita harus saling menghargai, toleransi, untuk itu penting bimbingan rohani". "oke, baguus, tepuk tangan untuk pak Tendy, hari ini tema kita adalah toleransi agama. Oke? coba mulai dari baliyang, apa itu toleransi agama baliang?" dan dilanjutkan jawaban dari baliang. semua pasien menjawab, ada yang menunjuk tangan, ada yang harus disuruh. seperti salah satu pasien dari papua, "saya pernah melewati jalan, di tengah jalan, ada beberapa orang berkumpul, kita harus pamitan" ia menjelaskan dengan logat papua yang kental. aku masih ingat nadanya, terngiang disini, di telinga. "Ada berapa agama di Indonesia?" pak taruli bertanya. "saya tahu pak" "Ada enam, ditambah konghucu satu jadi enam pak" seperti biasa, pak Tendy yang menjawab, ia pun menjabarkannya. Ia memang sedikit lagi menuju masa "pulih" dan kami merasa ia dekat dengan "pulang". kemudian terkadang pasien dari papua itu menunjuk tangan kemudian merespon apapun yang dikatakan pa taruli dengan baik. kadang ia terlalu banyak bicara. Kalau sudah begitu, kami tim rehab yang mengawasinya dari depan akan berseru "woooh, iyaaa iyaaa, sudah sudaaah , sudah cukuuup" lagi-lagi dengan nada yang kasar.

15.00 Setengah jam dari jam ini kami memberikan terapi musik. mereka dibiarkan bernyanyi, memilih lagu yang sudah ada di depan meja. sekitar delapan orang pasien bernyanyi, ada dua orang yang perlu disuruh untuk bernyanyi. Pak tendy membawakan lagu gereja tua, sama seperti pasien papua, Deda, pasien perempuan yang sudah sangat terlihat pulih juga membawakan lagu, walaupun setelah disuruh oleh bu lidya, lagu yang dinyanyikan adalah d'masiv. "tak ada manusia yang terlahir sempurna, kita pasti pernah dapat cobaan yang berat, seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa adanya, hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini ..." hatiku menangis, tapi kali ini aku dapat menahan. Ya Allah, aku benar-benar mencintai profesiku nanti, aku senang berada disini. Aku senang nantinya aku bisa membantu mereka pulih. Aku menghargai semua ciptaanMu ya Allah. aku mencintaiMu. Setelah itu, kurang lebih tiga kali lagu kemesraan diputar. dinyanyikan oleh tiga pasien, aku tidak tahu, mungkin mereka disorientasi waktu, mereka sampai tidak tahu bahwa lagu itu sudah lamaaa sekali, mereka mungkin tidak tahu lagu tulus, ariana grande, atau raissa. "Kemesraan iniii .. janganlah cepat berlaluuuu... kemesraan iniiii .... inginku kenang selaluu.. hatiku damaaaaiii ... jiwaku tentram di sampingmu.. hatiku damaaaai, jiwaku tentram di sampingmuuu"

Rabu, 03 Juni 2015

Dita

Hari pertama, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.

Aku bunga, bersama keempat orang temanku kami memilih rumah sakit ini untuk 40 hari menimba ilmu dan mengaplikasikan teori yang kita dapat setelah 6 semester menjajaki perkuliahan psikologi di kampus kami. Universitas Negeri Jakarta.

Rumah Sakit ini terletak di depan BKT (Banjir Kanal Timur), duren sawit, aku pernah ke daerah ini ketika melaksanakan ujian SNMPTN 2012,dulu. Rumah Sakit ini khusus untuk poli jiwa dan NAPZA, singkatnya, pasien yang berobat adalah pasien dengan gangguan jiwa, gangguan kepribadian, dan gangguan karena zat.

Untuk tiga minggu kedepan, kami diminta untuk berada di bagian rehabilitasi mental/psikososial di gedung belakang rumah sakit. Kemudian akan dilanjutkan tiga minggu berada di poli psikologi, dan satu minggu berada di rawat inap.

Pagi, 07.30 aku tergesa-gesa menekan tombol ke-empat pada lift rumah sakit. Kata ayu, kita janjian disana, untuk bertemu Pak Asep, mengambil nametag. Tapi hemat cerita, nametag ku belum jadi karena aku lupa mencetak foto 3x4 yang diminta Pak Asep. Ceroboh memang.

07.50,aku, hanun, dan ayu pergi ke lt 4 gedung rehab mental emosi dan perilaku di bagian belakang rumah sakit. Benar kata hanun, di ruang lobby, tempat pasien skizo rawat jalan yang mengantri ambil obat disana, menyeruak aroma yang aneh. Sekarang, disini, aku menghirupnya. Aromanya seperti bau obat, asam badan, keringat, bau apek. Aneh. Perjalanan dilanjutkan ke lantai empat, disana kita langsung disambut dengan ramah oleh jajaran tim rehab. Nama kepala bidangnya Pak .... . Pak Pandi, Nurpandi panjangnya. Beliau Psikolog, Psikolog lainya ada bu lidya, dan beserta pekerja sosial lainnya ada bu inne, bu ayu, ka nicky, ka ardi, pak taruli, dan pak .. maaf satu lagi aku lupa.

08.30 setelah bu ayu datang, sebagai petugas piket hari itu, ia memimpin jalannya briefing, diawali oleh penyetoran pasien-pasien dan follow up kabar pasien pj masing-masing. Pada akhir bagian briefing, bu lidya memperkenalkan kami, siapa kami, sampai berapa lama kami disini membantu mereka. Setelahnya, kami diperbolehkan bertanya apapun kepada seluruh jajaran tim. Kami juga diberikan jadwal yang sudah di print dengan rapi. Jadwal itu untuk tiga minggu kedepan kami disini. Lengkap.

09.00 Pasien day care berdatangan, tiba-tiba saja di depan mereka sudah berkumpul di aula. Dengan pendamping yang menunggunya di lobby lantai 4. Sebanyak kalau aku tidak salah ingat, sebanyak sembilan orang pasien day care. Mereka menggunakan pakaian yang bervariasi, bu Ika , pasien wanita sendiri hari ini, mengenakan baju tidur dan celana bahan. Diawali dengan senam, mereka mengikuti dengan baik. Pak Faisal, yang berdiri di belakang agak ke tengah, ia melakukan gerakan dengan arah terbalik dari gerakan mentor dan teman-temannya di depan. Ini terlihat lucu. Aku melihat bang Taruli, ka nicky dan lain-lain membantu pasien, berdiri stand by disekeliling mereka. Membenarkan gerakan mereka yang salah. dan memberitahu dengan suara keras jika mereka salah.

10.00 Kami diajak berkeliling, mulai dari ruang menjahit, yang sudah dipindahfungsikan menjadi ruang alternatif yang fleksibel, mulanya digunakan untuk menjahit, ruangan itu dipenuhi 6 mesin jahit, 1 mesin jahit listrik diantaranya, tapi mereka rusak. Semua. Jadilah ruangan ini dialihfungsikan jika dalam proses assesmen di awal program day care sangat penuh di ruangan seharusnya, maka ruangan ini dipakai. Kemudian kami dikenalkan dengan ruang komputer sekaligus ruang konsultasi psikologi. Disana hanya ada dua paket komputer, dan satu meja besar beserta dua kursi. Dibelakangnya terdapat rak-rak. Ka Ardi yang mendampingi kami mengatakan, fungsi ruangan ini memang untuk latker (latihan kerja) bagi pasien dengan minat komputer, sekaligus ruagan untuk konsultasi psikologi. Selanjutnya kami diberitahu ruang pertukangan, ruang menganyam, dan tentuny aula.
 
10.15-11.30 Pasien day care sudah dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki, ada yang di aula untuk meronce bunga, ada yang dibagian pertukangan, dan ada pula di bagian ruang komputer."Faisal, ampasnya begini ya, lihat, begini, jangan hanya diseperti ini seperti ini saja, nanti ga halus". "Iya pak" jawab pak faisal, seorang skizo yang sedang mengamplas sebilah papan agar halus. Selanjutnya saya melihat ia hendak menempelkan papan yang sudah didesign berupa nama Allah, ke atas papan yang tadi ia haluskan. Lem yang diberikan sangat banyak. Banyak sekali. Ka Nicky berkali-kali bilang "lemnya kebanyakan itu. dikurangi. jangan banyak-banyak ya".

13.00 Setelah makan dan sholat kami kembali ke ruangan. Di dalam hanya ada bu ayu, kami berbincang sebentar kemudian bu ayu menawarkan untuk menjemput pasien rawat inap yang akan di rehab di sesie dua. aku dan hanun yang berangkat, meninggalkan ayu yang sedang sibuk telpon keluarganya. aku , hanun, ka Nicky, dan Bu Inne berangkat, aku dan Ka nicky ke ruangan laki-laki. Ruang belimbing namanya. Kami naik lift, lantai 4 kalau saya tidak lupa. Berbarengan dengan suara terbukanya pintu lift, bersamaan dengan aroma aneh menyeruak. Kami masuk ke dalam satu gerbang, gerbangnya dikunci otomatis. dari dalam. Kami masuk lalu mencatat nama-mana pasien yang siap direhab, sesuai pertimbangan psikiater disana. Kami mencatat namanya, lalu memanggilnya. membariskannya di depan pintu gerbang. "bu saya mau ambil sendal dulu" salah satu pasien skizo menatap aku dan bertanya seperti itu. Aku hanya menjawab "iya". Ruangan itu pengap, mungkin tidak. maksud saya, mungkin hmmm terlalu banyak pintu, ruangan disebelah sana ruangan di sebelah sini, ada seperti tiang-tiang penjara di ujung sana, tapi tidak ada yang didalam. Aku merasa jantung ku berdebar. Tapi ini kabar baik karena tadinya aku membayangkan akan lebih berdebar lebih dari ini. banyak pasien. mungkin puluhan. mereka mengelilingiku. mereka bisa berjalan di depanku, dibelakang disamping, mereka bau. tetapi aku mulai menerima. atau mungkin mereka tidak bau. hanya suasananya saja. tidak tahu.

14.00 Senam dimulai, setelahnya, pak Nurpandi yang memimpin, materi DGT (Direct Group Therapy) hari ini adalah tentang persiapan pulang. Sebelumnya, ada empat orang pasien baru yang dirujuk untuk ikut rehab mental dari psikiater mereka. Mereka maju berempat, memperkenalkan diri, usia, pendidikan terahir, dan hobi, di depan teman-teman yang lain. Jumlah peserta therapy rawat inap banyak sekali, mungkin 20an. Aku meminta ijin untuk membaca history, multiaksial yang dimiliki empat orang pasien baru, salah satunya Rinaldi, kelakuan yang dikeluhkan adalah sikap kekanak-kanakan. Aksis 1 f20.3. Skizofrenia. Dita adalah salah satu pasien baru, hanun yang pertama kali memperhatikan bercak basah di celananya. Ia mens. Kemudian hanun langsung memberitahu petugas pekerja sosial kami, bu inne dan pak hmm aku lupa namanya. "Dita sedang mens?" lalu Dita dengan lantang "iya bu, dari 3 hari yang lalu padahal tau nih masih banyak aja" tangannya reflek meraba celananya yang basah, matanya sambil mencari-cari lehernya menunduk melihat-lihat selangkangannya yang basah.

14.45 Dita meletakkan tangannya ke dalam celana, menyentuhnya, memberikan garukan atau semacamnya, pak taruli dan bapak-bapak petugas langsung menyentaknya. "Heeeehhyy heeeyy Ditaaa Ditaaa, ngapain kamuu?" bersamaan dengan berahirnya pertanyaan pak taruli yang lantang, tangan Dita ikut keluar dari celana. "Enggak pak enggak" jawabnya.

15.40 therapy rawat inap selesai, mereka sudah dipulangkan ke ruangan-ruangan di bawah gedung dan gedung sebelah. Kami penasaran bagaimana kondisi ruangan di bawah gedung rehabilitasi mental, kata ka Dika, ruangan itu tempat pertama kali pasien skizo ditemukan, setelah 3/4 hari setelah diberikan treatment dan terapi biologis, berupa obat-obatan, barulah mereka dinaikan ke level yang lebih tinggi, di rawat inap subkardinal kalau aku tidak salah ingat. Ruangan pertama, paling bawah adanya di lt 1, petugas hanya disediakan ruangan berukuran 3 kali 4 dilengkapi ac dan tv dan monitor yang menampilkan cctv, di kiri dan kanan ruangan ada kaca besar, bisa langsung melihat pasien, Dibalik ruangan itu tinggalah pasien skizo akut, masih blm sama sekali kooperatif, agresifitas tinggi, dan sebagainya. perempuan dan laki-laki dicampur, jumlah kapasitas idealnya hanya enam orang. tapi overload hari ini, total ada 7 orang. "halooo, haloooo, do you see? understand? yes? yes? haloo sini siniii" Kata salah satu dari mereka, melihat ke arah kaca dan men"dadahi"  kami. "aku abis koma, disuntik disini" ia terus mengoceh. Kami naik ke lt 2, sama seperti lt 1, petugas dan perawat medis berada di ruangan dengan kaca besar-besar yang menembus langsung ke ruangan pasien skizo. cctv disana berfungsi untuk mengawasi kamar-kamar yang berada di balik kaca, ada beberapa kamar, untuk mereka ganti baju, atau untuk pasien akut, itu ruang isolasi. lt 2 hanya terdapat pasien wanita, satu orang pasien berjalan hanya mengenakan beha dan celana dalam, kemudian perawat yang tadinya berbincand dengan kami langsung mengambil tindakan dengan lantang. ia masuk ke dalam ruangan kaca "ibuuu, ibuu pakai bajunya ibuuuuu" teriaknya. Setelah itu , kami ke lt 3, terdapat pasien laki-laki. emosi dan perilakunya sudah amat stabil. mereka terlihat biasa saja. ada yang tiduran di lantai, di kasur, berkeliling kaca. dan ada yang duduk sambil memelototi kami.


16.05 Kami pulang. tidak sabar untuk menanti besok. karena latihan kerja setiap hari kamis adalah karaoke. aku penasaran bagaimana menikmati nyanyian para pasien.

*nama pasien sudah disamarkan demi menjaga kode etik kemahasiswaan psikologi