Halaman

Foto saya
Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
Your Future Psychology

Selasa, 09 Juni 2015

Warna

Hari kelima di Instalasi Rehabilitasi Mental Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

08.05 Aku baru datang, telat, as always~ kuputuskan untuk langsung ke lt 4 ruang rehab di gedung belakang rumah sakit, seharusnya aku harus absen lebih dulu di poli psikologi lt 2 di ruang depan gedung rumah sakit, tapi karena takut telat ikut briefing awal, aku akhirnya berjalan sendiri ke rehab. Aku pikir, hanun dan ayu sudah menantiku di sana, tetapi pukul 08.15 mereka baru datang dari poli, mereka menungguku disana katanya

08.30 Kami mahasiswa magang memberikan laporan kepada tim rehab bahwa akan mengisi DGT untuk pasien rawat inap, diisi oleh Bunga, dengan tema pengetahuan umum pengenalan warna. Dilanjutkan dengan pemberian latihan kerja (LatKer) berupa kerajinan tangan kreasi gantungan kunci dari kain flanel. 

10.30 Setelah aku mengamati DGT untuk pasien day care, mencoba membayangkan diriku berada di depan, dan bagaimana meng-handle suasana dan membangun komunikasi yang baik bagi para pasien, aku kembali ke ruang jahit, hanun dan ayu sedang mempersiapkan alat-alat, membuat contoh, dan membuat pola gantungan kunci untuk latker nanti siang. Kami semua gugup, untuk pertama kalinya kami harus berkomunikasi, belajar berhadapan langsung dengan pasien skizo, ini kehidupan sesungguhnya, kehidupan nyata, bukan hanya teori yang aku pelajari di semester sebelumnya di bangku kampus. Rasanya cemas, gugup, khususnya aku, seperti ada kupu-kupu di dadaku, kadang jantungku berdegup kencang, kadang degupannya malah terlalu lambat, aku cemas, aku sangat cemas, berkali-kali aku baca tahap-tahap DGT yang sudah kusiapkan sebelumnya di rumah.

14.00 Ini giliranku, setelah 15 menit pasien rawat inap melakukan senam bersama-sama, aku diberi tepuk tangan, diiringi dengan tepuk tangan kini aku berdiri di depan mereka, jumlahnya perempuan lima orang, sedangkan laki-laki kurang lebih 10 orang, aku tidak menghitungnya dengan detil. Tahap pertama yaitu memperkenalkan diri, kusebutkan diriku, namaku, statusku sebagai mahasiswa pkl (praktek kerja lapangan), kemudian aku mempersilakan pasien baru dari perempuan bernama ina (32) dan laki-laki bernama ikhsan. Mereka cukup koperatif, mereka perkenalkan diri mereka satu persatu, nama lengkap, usia, hobi, pendidikan terahir, dan alamat. Setelahnya aku memberikan penjelasan mengenai jenis warna, warna primer : merah, kuning, biru dan warna sekunder : hijau, abu-abu, coklat, ungu, nila, hitam, dan lain-lain. Kemudian aku meminta beberapa pasien mengulang apa penjelasanku tadi. Beberapa pasien yang aku tunjuk mengulangnya dengan baik. Mereka cukup pintar dan memahami materi dariku. Kemudian aku bagikan kertas origami berwarna untuk mereka. ada warna hijau, biru, merah, dan kuning. setelah mereka sudah memegang masing-masing, aku meminta mereka menunjukkan kertasnya, melambaikan kertasnya ke atas, mereka menurutiku, aku senang, aku menikmatinya. "bagi bapak/ibu yang memegang kertas origami berwarna merah, silakan berdiri" mereka berdiri, Salah satu pasien bertanya "suster, saya ini udah berdiri belum? *menunjukkan kertas berwarna hijau di tangannya*. aku menjawabnya, dengan tulus. Mereka yang berdiri aku minta untuk menyebutkan benda-benda apa saja yang ada didunia ini yang berwarna merah, aku bertanya pada mereka satu persatu. Begitupun untuk kertas origami berwarna kuning, hijau, dan biru. Ketika giliran warna kuning "kotoran manusia bu, terus pisang, terus biasanya pakaian dalam untuk perempuan". Salah satu pasien "paaa..ga; bu, paaa...ga;" setelah aku tanya apa saja yang berwarna hijau, ia pasien skizo berciri sikap kekanak-kanakan ditulis di riwayat gangguannya, ada gangguan pada gerakan motorik dan gerak bibirnya juga. Tadinya kami (aku dan tim rehab) kira, ia bicara "masker" tapi ternyata bukan, setelah ia menggerakan tangannya seperti sedang mendorong sesuatu dan menyebut dengan terbata bata "pin...tu" baru kita memahami ia menyebut kata "pagar" untuk benda berwarna hijau. tahap selanjutnya, setelah semua pasien menjawab nama-nama benda sesuai warna kertas yang ia dapat, aku menjelaskan gambar-gambar yang sudah aku print dan aku laminating dirumah, ada gambar lampu merah, ada gambar bendera Indonesia, ada gambar ruang kantor, dan ruang tamu, serta buah buahan. Untuk gambar ruang kantor dan ruang tamu, aku mempersilakan siapapun yang berani maju ke depan dan mempresentasikan menyebutkan apa saja benda di dalam gambar serta memiliki warna apa. Ada sebanyak empat pasien yang berani maju ke depan. 25 menit aku memberi materi, ditutup dengan salam kemudian aku serahkan mereka ke kedua temanku, hanun dan ayu untuk dibimbing latihan kerja membuat gantungan kunci (untuk perempuan) dan pertukangan (untuk laki-laki)

Minggu, 07 Juni 2015

EPPS

Hari keempat, poli psikologi, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

08.00 Aku baru datang, setelah mengucapkan salam sambil membuka pintu, aku melihat dalam ruangan poli hanya kami mahasiswi magang, semuanya berjumlah lima orang. Aku, hanun, dan ayu sedang di rehab mental, kemudian marsya dan aisyah sedang di poli ini, untuk dua minggu kedepan. Ternyata aku terlewat banyak hal, termasuk hal menceritakan pengalamanku yang seru kemarin kepada marsya dan aisyah.

09.00 Mba maria sudah datang setengah jam yang lalu, di poli psikologi, office hour kita sebenarnya sejak pukul 08.30 - 14.00, tetapi kami mahasiswi magang memutuskan untuk lebih dulu datang, sejam lebih dulu datang. Aku mengiyakan tanda setuju awalnya, aku pikir aku sudah bisa berubah sekarang, melihat tersisa dua semester lagi dan aku harus segera bekerja, jadi ini bisa untuk penyesuaian diriku. Tetapi, teori hanyalah teori. Aku tetap saja aku yang tidak disiplin waktu, aku berangkat terburu-buru, karena telat, sudah pasti telat.

09.50 Marsya dan Aisyah ditugaskan mba Rena (psikolog) untuk mewawancarai orangtua dari pasien anak, setelah mereka diminta untuk menge-print form wawancara, mereka langsung menuju ruang asessmen, tak jauh dari ruangan poli psikologi tempat kami berada. Kemudian mba maria membagikan aku, hanun dan ayu sebuah modul persoalan, dan lembar jawaban. modul persoalan itu berwarna kuning, judulnya Edward's Personal Preference Schedule (EPPS). Tes ini adalah salah satu tes kepribadian, melihat bagaimana keinginan kita untuk berprestasi, bagaimana keinginan untuk bersosial, komunikasi, apakah kita pribadi yang menuruti atasan atau ingin menjadi atasan dan lain sebagainya. Biasanya tes ini digunakan di perusahaan-perusahaan yang ingin merekrut karyawan. Cara pengerjaannya sangat mudah, kami hanya diminta memilih satu dari dua opsi yang tersedia. A atau B. Dan hanya dilingkari saja. Ada 225 nomer pada tes ini, dikerjakan selama 30 menit. Setelah buku modul persoalan dibagikan, waktu otomatis terhitung. Oleh Mba Maria. Kami mengerjakan semampu kami, didukung oleh rasa bahagia yang menumpuk di dada karena sadar bahwa tes ini adalah tes rahasia, tes mahal (jika secara personal membayar psikolog), dan tes bocoran jika kami ingin bekerja nanti.

10.30 Waktu pengerjaan habis, kami pun telah menyelesaikannya. Scoring dimulai. Rekan kami, Aisyah dan Marsya yang sudah lebih dulu diberikan tes ini membantu kami melakukan scoring. Mba maria mengawasi, sambil bekerja di mejanya sendiri. Aku diajarkan marsya. Pertama kami diajarkan untuk tahu bagaimana konsistensi kognitif kami, hasilku sangat bagus, tidak ada X di dalam kotak, artinya aku sangat konsisten. Tahap kedua kami menghitung nilai r, kemudian kami jumlah dengan nilai c. Hasil penjumlahan dituliskan di kolom s, dan tahap terakhir kami mengkonversi s ke ss dengan berdasarkan norma yang ada di meja mba maria. Hasil ss ku seperti ini
Achievement --
Def - -
Order --
Exhibition +++
Autonomy +++
Affiliation ++
Int +
Succorance --
Dominan ++
Abaresement --
Nurturance ++
Change ++
Endurance --
Heterogen +
Aggresive -

11.00 Mba Maria selesai dengan urusannya, kami diberikan materi interpretasi singkat. Achevement adalah kemauan untuk berprestasi, mendapatkan penghargaan, dsb. Def adalah kemampuan  dan kemampuan melakukan perintah atasan misalnya. Order merupakan kemampuan menurut pada sistem pada satu institusi / organisasi. Exhibition adalah kemauan memamerkan diri, menjadikan diri pusat perhatian. Autonomy adalah kemauan untuk mandiri, melakukan sesuatu sendiri,dsb. Affiliation biasanya sangat dibutuhkan untuk profesi perawat, dokter,psikolog. yaitu kemampuan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kemampuan sosial. Int, sifat dan sikap empati, bagaimana rasa peka ketika misalnya rekan sedang berduka, atau semacamnya. Dominance adalah kemauan untuk mendominasi, kemauan didengar, ketegasan. abasement adalah kemauan untuk menerima kritik, saran, menerima kesalahan orang lain. Nurturance, seperti nursing, perawat, kemampuan untuk membantu, melakukan sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat bagi orang lain. Change adalah kemauan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang baru, Endurance adalah keteguhan, ketahanan, misalnya bekerja di bawah tekanan. Heterogen adalah kemauan dan kemampuan seksual, tertarik pada lawan jenis, dan kemampuan seks ketika berhubungan suami istri. Aggresive adalah kemampuan mempertahankan pendapat sendiri, kemauan untuk berdebat, dan sebagainya.

11.15 Kami dijelaskan pula bahwa + / - yang banyak juga bukan indikasi yang bagus, pada dasarnya jawaban yang netral adalah skor 0, jika + / - terlalu banyak berarti pribadi peserta tes masih labil. Tetapi + dan - dibutuhkan juga untuk melihat bagaimana sisi sifat dan sikap kita yang lebih dan yang kurang.Dan, see ... my Edward's Personal Preference Schedule :) So unstable for my emotion, but im focus and consistance in my skill kognitive.

Jumat, 05 Juni 2015

pergi ... pergii ..

Hari ketiga, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, Pemprov. DKI Jakarta


08.00 Aku telat. Sesampai di rumah sakit, aku langsung ke lantai dua, ke poli psikologi, kami harus kesini dulu untuk absen anggota tim magang. Setelah pintu kubuka, hanya ada marsya dan aisyah yang menyambutku, tidak ada psikolog dan petugas lainnya. Mereka ijin datang telat dan memberikan perintah pada marsya dan aisyah untuk standby di dalam ruangan. Aku diserbunya. Diminta menceritakan bagaimana pengalaman di rehab mental. Aku bercerita panjang lebar. Ditutup dengan "semangat yaaa buuung!!" dari keduanya, kemudian aku menutup pintu poli psikologi, berjalan tergesa-gesa menuju gedung belakang. gedung rehabilitasi mental

08.25 Sesampainya diruangan, aku hanun dan ayu menghadap pak Padin, Pak Padin memberi tahu ulang tentang rencana pemberian DGT untuk pasien rawat inap dan latihan kerja untuk mereka. menjelaskan pula bahwa kami harus membuat laporan dan harus diserahkan sesuai jadwal, tanggal 22 juni nanti. Setelahnya kami di briefing, petugas piket hari itu mba ineu. Mba ineu memimpin briefing. Semua petugas menjabarkan pasien mereka masing-masing.

09.10 Pasien day care hanya berjumlah enam orang. Satu diantaranya pasien baru. Ia diminta memperkenalkan diri, kemudian ia mengenalkan nama panjangnya, usia, alamat, hobi dan pendidikan terahir, yang menakjubkan adalah ia mengaku lulusan S1 Akuntansi Trisakti. Ia perempuan, sikap dan perilakunya sangat kooperatif, tidak terlihat sikap abnormalitas atau gangguan macam-macam. Setelah diberikan materi mengenai pengelolaan uang, diantaranya Pak Riza tanya jawab tentang fungsi uang, siapa yang mencetak uang, siapa yang mengedarkan uang, uang lima ribu tergambar pahlawan siapa, seterusnya uang sepuluh ribu, dua puluh ribu, seratus ribu, dan seribu rupiah. Kemudian pasien diberikan role play, peran pedagang dan pembeli secara bergantian. Hasilnya sangat baik, mereka dapat menawar barang dagangan, menjajakan dagangan, sampai memberikan uang kembalian dari pembeli.

10.00 Pasien day care istirahat lima belas menit dan akan dilanjutkan untuk latihan kerja, ke pertukangan, meronce, atau aplikasi komputer. Sedangkan, kami dipanggil bapak ke ruangan, kami bertiga diberikan modul yang berisi visi mis tujuan dan penjelasan teori lainnya dari bagian instalasi rehabilitasi mental. Bapak memberikan penjelasan mengenai banyak hal, macam-macam mulai dari perbedaan day care dan rawat inap, bagaimana gambaran beberapa pasien, sampai menjawab pertanyaan kami masing-masing. kami bertanya apakah ada komunikasi yang dianjurkan atau disarankan untuk pasien, jawaban dari bapak adalah komunikasi empati, kami harus belajar merasakan, bayangkan bagaimana merasakan apa yang pasien katakan dan pasien alami. Ini jg menjawab pertanyaanku dari kemarin lusa. ternyata bapak sudah menyarankan pada suster perawat di bangsal-bangsal bahwa jangan terlalu kasar kepada mereka. Berkomunikasilah dengan komunikasi empati.

14.45 Pasien rawat inap selesai diberikan materi tentang toilet training oleh bapak. Mereka sampai dibawa ke toilet untuk mengetahui dan melihat langsung apa itu westafel, bak, gayung, kaya, urinoir (untuk laki-laki), tempat sampah untuk softex wanita, dan lain-lain. Para pasien rawat inap diminta menyebutkan apa saja yang sudah mereka lihat. Selesai materi selama 15 menit lebih, materi hari jumat adalah terapi olahraga, mereka dibebaskan melakukan olahraga apapun, ada tenis meja, badminton, catur, bekel, congklak, karambol, dan ada yang membaca buku, majalah, atau bermain gitar.

16.30 Aku dan mami (mba nusye) memulangkan pasien, kami ke ruang berry, aku sudah dua kali kesana, ini yang ketiga kalinya. aku diarahkan untuk menuliskan SOAP para pasien wanita, dibimbing oleh mami, sambil aku menulis, salah satu suster memanggil satu pasien, dibawanya pasien itu ke luar ruangan penjara, namanya bu suhartina. "suhartinaaa, sini duduk, duduk depan saya" dengan diantar oleh perawat laki-laki ia digiring kedepan susternya. "selamat soreee" kata suster. "saya duduk, disini, abang ga duduk, saya disini duduk". "hey-hey, selamat soreee ibuuuu, sini lihat saya lihat sayaa" "iya saya mau makan bu, saya ga minta duit, saya cuma mau makan susteeer, kasih saya makanan dong" ia berceloteh terus-terusan. suster bilang " iyaaa, iyaa nanti. selamat soree" . "soreee" jawabnya. "saya suster yuni, ibu namanya siapaaa?" "suster yuni ya, ya saya suhartinaa, saya suhartina, ini suster yuni" . "iyaaaa, suhartina sudah bertemu suster ya tadi siaaang? suster siapa namanya?" "suster yeni, tadi siang suster yeni, sekarang suster yuni" . suster menjawab " bukaaaan, tadi siang suster ainiiii" .... "oooh iya suster aini suster aini saya suhartina skarang suster yuni". "iyaa, tadi ditanya apa aja sama suster ainiii?" ...."ditanya makan apa belum, saya mau makan aja" .."terus apa lagiii?" ...... "menghilangkan bisikan, bisikan, pergiiii pergiiiii, kamu bukan saya, kamu bukan suara saya, kamu bukan siapa-siapa kamu bukan suster ... kamu bukan dimana-mana, pergi .. pergiii. kamu suara palsuuu. pergiii pergiiii" .suster : "iyaaaa benaaaar,, ko tangannya gitu? gimana tangannya ayoooo??!!" pasien : *menutup kedua kuping dengan telapak tangan masing-masing* "pergiii . pergiiii.. kamu bukan suara saya, kamu bukan siapa-siapa kamu bukan suara sayaaa, kamu suara palsuu.. Allahu akbar allaahu akbar, allaaahua akbar alllahuakbar, asyhadu alla ilaa ha ilallaaah, asyahadu allaa ilaa ha ilallaaah *menirukan suara adzan* " kami semua dalam ruangan tertawa. suster : "yg benaar, ayoo ulang ulang, gimana cara menghilangkan bisikan?" Pasien: *menutup kedua kuping* "pergiii. pergiii. hush husssh, kamu bukan suara saya, kamu suara palsu, kamu pergiii..pergiii..."

... Bu suhartina memiliki aksis 1 f20 skizofrenia, dengan simtom positif dan simtom negatif

*nama sudah disamarkan demi kode etik psikologi*

Kamis, 04 Juni 2015

Kemesraan

Hari kedua, instalasi rehabilitasi mental RSKD Duren Sawit

09.00 Pasien DayCare berdatangan, jumlah laki-laki dan perempuan hampir seimbang, 50% 50%. Satu orang remaja laki-laki. Hari ini aku merasakan satu perasaan yang aneh. Aku sudah tidak takut lagi, Aku mulai merasa ingin mereka pulih segera. Aku mulai bersikap seperti berhadapan dengan orang yang sakit, perlu bimbingan, perlu ditemani, bukan ditakuti. Mereka sakit, seperti sakit fisik di rumah sakit umum, mereka perlu bantuan. Mereka sakit, jiwanya yang sakit. Tidak ada yang perlu ditakuti diruangan itu. DGT dan materi hari itu bertema bernyanyi. Sama seperti hari sebelumnya, mereka senam, kemudian diberi pertanyaan pertanyaan orientasi waktu, hari apa hari ini, tanggal berapa, bulan apa, dan tahun berapa. Setelahnya, bu lidya memberi pengetahuan tentang lagu. siapa yang suka dengar musik. macam-macam musik. dan lain sebagainya.

10.00 Pasien DayCare bernyanyi, judul lagunya Sehat Jiwa, aku lupa liriknya, tapi liriknya sangat bagus. "Yakin diri, langkah pasti, menggapai cita.." lirik awalnya seperti itu. Hatiku bergetar, ini benar-benar pengalaman yang belum pernah aku rasakan. Dihadapanku ada sepuluh orang pasien skizo dengan jenis yang berbeda, dan mereka bernyanyi. Bersama-sama yakin bahwa dirinya bisa pulih. Dirinya bisa menggapai cita-cita. Mereka bersama-sama tertawa, tersenyum, mengeluh, mereka bernyanyi sendiri-sendiri. Mengabaikan suara yang parau, suara yang kasar, fals. Mereka asik. Lalu aku menangis, aku tinggalkan ruangan. di toilet aku menangis, disaksikan kedua temanku, ayu dan hanun. Aku merasa bersyukur dilahirkan sehat fisik dan sehat jiwa. Sementara dihadapanku tadi beberapa ciptaanNya diciptakan dengan jiwa yang sedang sakit. Aku merasa menyayangi diriku, menyayangi mereka.

13.00 Aku bersama bu lidya dan ayu menjemput pasien wanita di bangsal berry, nama ruangannya. Di dalam ada kepala suster ruangan disana, sedang sakit katanya. Kami kemudian berkenalan dan bersalaman. Bu lidya memanggil satu persatu nama pasien yang sudah boleh di rehab. Di sebelah kiri ruangan pojok sana, ada ruangan dengan tiang-tiang tinggi seperti sel penjara. Semua pasien disana, di dalam sana. berbeda dengan bangsal laki-laki, setelah gerbang dibuka, kita bisa langsung menyaksikan mereka berkeliling berjalan, makan, berinteraksi dengan perawat dan pasien lain di ruang tengah bangsal. Disini berbeda, semua pasien di dalam. "hasna, isma, hey heyyy ngapain pada keluaaar?!! masuuuk masuuuk!!! ribet banget, liat pintu kebuka aja, yang dipanggil siapa, yang ga dipanggil di dalem ajaaa!!!" kepala suster berteriak. Sekarang aku terbiasa dengnn ini, semua suster dan petugas sangat tegas, hampir galak bahkan. Dan pasien akan menurutinya, aku membayangkan, mungkin dulu sewaktu mereka ditemukan, mereka diberikan treatment dengan perintah yang sangat tegas, seperti misalnya ketika emosinya blm stabil, mereka yang berperilaku agresif atau bizare akan diberikan injeksi sambil dimarahi oleh perawat, sehingga ini terbawa sampai pada level perawatan di ruang berry, mereka takut kepada semua petugas, mereka menurut, mereka mendengarkan, mereka pantas diberikan kasih sayang.

14.45 Materi DGT hari kamis adalah tentang binroh (bimbingan rohani), Pak Taruli leadernya, ia orang batak kental dengan logatnya. Ia penganut kristen. Hari itu setelah pak Taruli bertanya "apa itu bimbingan rohani? mengapa penting?" kemudian pak Tendy, salah satu pasien menjawab "Saya tau pak, jadi, walaupun kita berbeda-beda agama kita harus saling menghargai, toleransi, untuk itu penting bimbingan rohani". "oke, baguus, tepuk tangan untuk pak Tendy, hari ini tema kita adalah toleransi agama. Oke? coba mulai dari baliyang, apa itu toleransi agama baliang?" dan dilanjutkan jawaban dari baliang. semua pasien menjawab, ada yang menunjuk tangan, ada yang harus disuruh. seperti salah satu pasien dari papua, "saya pernah melewati jalan, di tengah jalan, ada beberapa orang berkumpul, kita harus pamitan" ia menjelaskan dengan logat papua yang kental. aku masih ingat nadanya, terngiang disini, di telinga. "Ada berapa agama di Indonesia?" pak taruli bertanya. "saya tahu pak" "Ada enam, ditambah konghucu satu jadi enam pak" seperti biasa, pak Tendy yang menjawab, ia pun menjabarkannya. Ia memang sedikit lagi menuju masa "pulih" dan kami merasa ia dekat dengan "pulang". kemudian terkadang pasien dari papua itu menunjuk tangan kemudian merespon apapun yang dikatakan pa taruli dengan baik. kadang ia terlalu banyak bicara. Kalau sudah begitu, kami tim rehab yang mengawasinya dari depan akan berseru "woooh, iyaaa iyaaa, sudah sudaaah , sudah cukuuup" lagi-lagi dengan nada yang kasar.

15.00 Setengah jam dari jam ini kami memberikan terapi musik. mereka dibiarkan bernyanyi, memilih lagu yang sudah ada di depan meja. sekitar delapan orang pasien bernyanyi, ada dua orang yang perlu disuruh untuk bernyanyi. Pak tendy membawakan lagu gereja tua, sama seperti pasien papua, Deda, pasien perempuan yang sudah sangat terlihat pulih juga membawakan lagu, walaupun setelah disuruh oleh bu lidya, lagu yang dinyanyikan adalah d'masiv. "tak ada manusia yang terlahir sempurna, kita pasti pernah dapat cobaan yang berat, seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa adanya, hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini ..." hatiku menangis, tapi kali ini aku dapat menahan. Ya Allah, aku benar-benar mencintai profesiku nanti, aku senang berada disini. Aku senang nantinya aku bisa membantu mereka pulih. Aku menghargai semua ciptaanMu ya Allah. aku mencintaiMu. Setelah itu, kurang lebih tiga kali lagu kemesraan diputar. dinyanyikan oleh tiga pasien, aku tidak tahu, mungkin mereka disorientasi waktu, mereka sampai tidak tahu bahwa lagu itu sudah lamaaa sekali, mereka mungkin tidak tahu lagu tulus, ariana grande, atau raissa. "Kemesraan iniii .. janganlah cepat berlaluuuu... kemesraan iniiii .... inginku kenang selaluu.. hatiku damaaaaiii ... jiwaku tentram di sampingmu.. hatiku damaaaai, jiwaku tentram di sampingmuuu"

Rabu, 03 Juni 2015

Dita

Hari pertama, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.

Aku bunga, bersama keempat orang temanku kami memilih rumah sakit ini untuk 40 hari menimba ilmu dan mengaplikasikan teori yang kita dapat setelah 6 semester menjajaki perkuliahan psikologi di kampus kami. Universitas Negeri Jakarta.

Rumah Sakit ini terletak di depan BKT (Banjir Kanal Timur), duren sawit, aku pernah ke daerah ini ketika melaksanakan ujian SNMPTN 2012,dulu. Rumah Sakit ini khusus untuk poli jiwa dan NAPZA, singkatnya, pasien yang berobat adalah pasien dengan gangguan jiwa, gangguan kepribadian, dan gangguan karena zat.

Untuk tiga minggu kedepan, kami diminta untuk berada di bagian rehabilitasi mental/psikososial di gedung belakang rumah sakit. Kemudian akan dilanjutkan tiga minggu berada di poli psikologi, dan satu minggu berada di rawat inap.

Pagi, 07.30 aku tergesa-gesa menekan tombol ke-empat pada lift rumah sakit. Kata ayu, kita janjian disana, untuk bertemu Pak Asep, mengambil nametag. Tapi hemat cerita, nametag ku belum jadi karena aku lupa mencetak foto 3x4 yang diminta Pak Asep. Ceroboh memang.

07.50,aku, hanun, dan ayu pergi ke lt 4 gedung rehab mental emosi dan perilaku di bagian belakang rumah sakit. Benar kata hanun, di ruang lobby, tempat pasien skizo rawat jalan yang mengantri ambil obat disana, menyeruak aroma yang aneh. Sekarang, disini, aku menghirupnya. Aromanya seperti bau obat, asam badan, keringat, bau apek. Aneh. Perjalanan dilanjutkan ke lantai empat, disana kita langsung disambut dengan ramah oleh jajaran tim rehab. Nama kepala bidangnya Pak .... . Pak Pandi, Nurpandi panjangnya. Beliau Psikolog, Psikolog lainya ada bu lidya, dan beserta pekerja sosial lainnya ada bu inne, bu ayu, ka nicky, ka ardi, pak taruli, dan pak .. maaf satu lagi aku lupa.

08.30 setelah bu ayu datang, sebagai petugas piket hari itu, ia memimpin jalannya briefing, diawali oleh penyetoran pasien-pasien dan follow up kabar pasien pj masing-masing. Pada akhir bagian briefing, bu lidya memperkenalkan kami, siapa kami, sampai berapa lama kami disini membantu mereka. Setelahnya, kami diperbolehkan bertanya apapun kepada seluruh jajaran tim. Kami juga diberikan jadwal yang sudah di print dengan rapi. Jadwal itu untuk tiga minggu kedepan kami disini. Lengkap.

09.00 Pasien day care berdatangan, tiba-tiba saja di depan mereka sudah berkumpul di aula. Dengan pendamping yang menunggunya di lobby lantai 4. Sebanyak kalau aku tidak salah ingat, sebanyak sembilan orang pasien day care. Mereka menggunakan pakaian yang bervariasi, bu Ika , pasien wanita sendiri hari ini, mengenakan baju tidur dan celana bahan. Diawali dengan senam, mereka mengikuti dengan baik. Pak Faisal, yang berdiri di belakang agak ke tengah, ia melakukan gerakan dengan arah terbalik dari gerakan mentor dan teman-temannya di depan. Ini terlihat lucu. Aku melihat bang Taruli, ka nicky dan lain-lain membantu pasien, berdiri stand by disekeliling mereka. Membenarkan gerakan mereka yang salah. dan memberitahu dengan suara keras jika mereka salah.

10.00 Kami diajak berkeliling, mulai dari ruang menjahit, yang sudah dipindahfungsikan menjadi ruang alternatif yang fleksibel, mulanya digunakan untuk menjahit, ruangan itu dipenuhi 6 mesin jahit, 1 mesin jahit listrik diantaranya, tapi mereka rusak. Semua. Jadilah ruangan ini dialihfungsikan jika dalam proses assesmen di awal program day care sangat penuh di ruangan seharusnya, maka ruangan ini dipakai. Kemudian kami dikenalkan dengan ruang komputer sekaligus ruang konsultasi psikologi. Disana hanya ada dua paket komputer, dan satu meja besar beserta dua kursi. Dibelakangnya terdapat rak-rak. Ka Ardi yang mendampingi kami mengatakan, fungsi ruangan ini memang untuk latker (latihan kerja) bagi pasien dengan minat komputer, sekaligus ruagan untuk konsultasi psikologi. Selanjutnya kami diberitahu ruang pertukangan, ruang menganyam, dan tentuny aula.
 
10.15-11.30 Pasien day care sudah dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki, ada yang di aula untuk meronce bunga, ada yang dibagian pertukangan, dan ada pula di bagian ruang komputer."Faisal, ampasnya begini ya, lihat, begini, jangan hanya diseperti ini seperti ini saja, nanti ga halus". "Iya pak" jawab pak faisal, seorang skizo yang sedang mengamplas sebilah papan agar halus. Selanjutnya saya melihat ia hendak menempelkan papan yang sudah didesign berupa nama Allah, ke atas papan yang tadi ia haluskan. Lem yang diberikan sangat banyak. Banyak sekali. Ka Nicky berkali-kali bilang "lemnya kebanyakan itu. dikurangi. jangan banyak-banyak ya".

13.00 Setelah makan dan sholat kami kembali ke ruangan. Di dalam hanya ada bu ayu, kami berbincang sebentar kemudian bu ayu menawarkan untuk menjemput pasien rawat inap yang akan di rehab di sesie dua. aku dan hanun yang berangkat, meninggalkan ayu yang sedang sibuk telpon keluarganya. aku , hanun, ka Nicky, dan Bu Inne berangkat, aku dan Ka nicky ke ruangan laki-laki. Ruang belimbing namanya. Kami naik lift, lantai 4 kalau saya tidak lupa. Berbarengan dengan suara terbukanya pintu lift, bersamaan dengan aroma aneh menyeruak. Kami masuk ke dalam satu gerbang, gerbangnya dikunci otomatis. dari dalam. Kami masuk lalu mencatat nama-mana pasien yang siap direhab, sesuai pertimbangan psikiater disana. Kami mencatat namanya, lalu memanggilnya. membariskannya di depan pintu gerbang. "bu saya mau ambil sendal dulu" salah satu pasien skizo menatap aku dan bertanya seperti itu. Aku hanya menjawab "iya". Ruangan itu pengap, mungkin tidak. maksud saya, mungkin hmmm terlalu banyak pintu, ruangan disebelah sana ruangan di sebelah sini, ada seperti tiang-tiang penjara di ujung sana, tapi tidak ada yang didalam. Aku merasa jantung ku berdebar. Tapi ini kabar baik karena tadinya aku membayangkan akan lebih berdebar lebih dari ini. banyak pasien. mungkin puluhan. mereka mengelilingiku. mereka bisa berjalan di depanku, dibelakang disamping, mereka bau. tetapi aku mulai menerima. atau mungkin mereka tidak bau. hanya suasananya saja. tidak tahu.

14.00 Senam dimulai, setelahnya, pak Nurpandi yang memimpin, materi DGT (Direct Group Therapy) hari ini adalah tentang persiapan pulang. Sebelumnya, ada empat orang pasien baru yang dirujuk untuk ikut rehab mental dari psikiater mereka. Mereka maju berempat, memperkenalkan diri, usia, pendidikan terahir, dan hobi, di depan teman-teman yang lain. Jumlah peserta therapy rawat inap banyak sekali, mungkin 20an. Aku meminta ijin untuk membaca history, multiaksial yang dimiliki empat orang pasien baru, salah satunya Rinaldi, kelakuan yang dikeluhkan adalah sikap kekanak-kanakan. Aksis 1 f20.3. Skizofrenia. Dita adalah salah satu pasien baru, hanun yang pertama kali memperhatikan bercak basah di celananya. Ia mens. Kemudian hanun langsung memberitahu petugas pekerja sosial kami, bu inne dan pak hmm aku lupa namanya. "Dita sedang mens?" lalu Dita dengan lantang "iya bu, dari 3 hari yang lalu padahal tau nih masih banyak aja" tangannya reflek meraba celananya yang basah, matanya sambil mencari-cari lehernya menunduk melihat-lihat selangkangannya yang basah.

14.45 Dita meletakkan tangannya ke dalam celana, menyentuhnya, memberikan garukan atau semacamnya, pak taruli dan bapak-bapak petugas langsung menyentaknya. "Heeeehhyy heeeyy Ditaaa Ditaaa, ngapain kamuu?" bersamaan dengan berahirnya pertanyaan pak taruli yang lantang, tangan Dita ikut keluar dari celana. "Enggak pak enggak" jawabnya.

15.40 therapy rawat inap selesai, mereka sudah dipulangkan ke ruangan-ruangan di bawah gedung dan gedung sebelah. Kami penasaran bagaimana kondisi ruangan di bawah gedung rehabilitasi mental, kata ka Dika, ruangan itu tempat pertama kali pasien skizo ditemukan, setelah 3/4 hari setelah diberikan treatment dan terapi biologis, berupa obat-obatan, barulah mereka dinaikan ke level yang lebih tinggi, di rawat inap subkardinal kalau aku tidak salah ingat. Ruangan pertama, paling bawah adanya di lt 1, petugas hanya disediakan ruangan berukuran 3 kali 4 dilengkapi ac dan tv dan monitor yang menampilkan cctv, di kiri dan kanan ruangan ada kaca besar, bisa langsung melihat pasien, Dibalik ruangan itu tinggalah pasien skizo akut, masih blm sama sekali kooperatif, agresifitas tinggi, dan sebagainya. perempuan dan laki-laki dicampur, jumlah kapasitas idealnya hanya enam orang. tapi overload hari ini, total ada 7 orang. "halooo, haloooo, do you see? understand? yes? yes? haloo sini siniii" Kata salah satu dari mereka, melihat ke arah kaca dan men"dadahi"  kami. "aku abis koma, disuntik disini" ia terus mengoceh. Kami naik ke lt 2, sama seperti lt 1, petugas dan perawat medis berada di ruangan dengan kaca besar-besar yang menembus langsung ke ruangan pasien skizo. cctv disana berfungsi untuk mengawasi kamar-kamar yang berada di balik kaca, ada beberapa kamar, untuk mereka ganti baju, atau untuk pasien akut, itu ruang isolasi. lt 2 hanya terdapat pasien wanita, satu orang pasien berjalan hanya mengenakan beha dan celana dalam, kemudian perawat yang tadinya berbincand dengan kami langsung mengambil tindakan dengan lantang. ia masuk ke dalam ruangan kaca "ibuuu, ibuu pakai bajunya ibuuuuu" teriaknya. Setelah itu , kami ke lt 3, terdapat pasien laki-laki. emosi dan perilakunya sudah amat stabil. mereka terlihat biasa saja. ada yang tiduran di lantai, di kasur, berkeliling kaca. dan ada yang duduk sambil memelototi kami.


16.05 Kami pulang. tidak sabar untuk menanti besok. karena latihan kerja setiap hari kamis adalah karaoke. aku penasaran bagaimana menikmati nyanyian para pasien.

*nama pasien sudah disamarkan demi menjaga kode etik kemahasiswaan psikologi