Hari pertama, Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.
Aku bunga, bersama keempat orang temanku kami memilih rumah sakit ini untuk 40 hari menimba ilmu dan mengaplikasikan teori yang kita dapat setelah 6 semester menjajaki perkuliahan psikologi di kampus kami. Universitas Negeri Jakarta.
Rumah Sakit ini terletak di depan BKT (Banjir Kanal Timur), duren sawit, aku pernah ke daerah ini ketika melaksanakan ujian SNMPTN 2012,dulu. Rumah Sakit ini khusus untuk poli jiwa dan NAPZA, singkatnya, pasien yang berobat adalah pasien dengan gangguan jiwa, gangguan kepribadian, dan gangguan karena zat.
Untuk tiga minggu kedepan, kami diminta untuk berada di bagian rehabilitasi mental/psikososial di gedung belakang rumah sakit. Kemudian akan dilanjutkan tiga minggu berada di poli psikologi, dan satu minggu berada di rawat inap.
Pagi, 07.30 aku tergesa-gesa menekan tombol ke-empat pada lift rumah sakit. Kata ayu, kita janjian disana, untuk bertemu Pak Asep, mengambil nametag. Tapi hemat cerita, nametag ku belum jadi karena aku lupa mencetak foto 3x4 yang diminta Pak Asep. Ceroboh memang.
07.50,aku, hanun, dan ayu pergi ke lt 4 gedung rehab mental emosi dan perilaku di bagian belakang rumah sakit. Benar kata hanun, di ruang lobby, tempat pasien skizo rawat jalan yang mengantri ambil obat disana, menyeruak aroma yang aneh. Sekarang, disini, aku menghirupnya. Aromanya seperti bau obat, asam badan, keringat, bau apek. Aneh. Perjalanan dilanjutkan ke lantai empat, disana kita langsung disambut dengan ramah oleh jajaran tim rehab. Nama kepala bidangnya Pak .... . Pak Pandi, Nurpandi panjangnya. Beliau Psikolog, Psikolog lainya ada bu lidya, dan beserta pekerja sosial lainnya ada bu inne, bu ayu, ka nicky, ka ardi, pak taruli, dan pak .. maaf satu lagi aku lupa.
08.30 setelah bu ayu datang, sebagai petugas piket hari itu, ia memimpin jalannya briefing, diawali oleh penyetoran pasien-pasien dan follow up kabar pasien pj masing-masing. Pada akhir bagian briefing, bu lidya memperkenalkan kami, siapa kami, sampai berapa lama kami disini membantu mereka. Setelahnya, kami diperbolehkan bertanya apapun kepada seluruh jajaran tim. Kami juga diberikan jadwal yang sudah di print dengan rapi. Jadwal itu untuk tiga minggu kedepan kami disini. Lengkap.
09.00 Pasien day care berdatangan, tiba-tiba saja di depan mereka sudah berkumpul di aula. Dengan pendamping yang menunggunya di lobby lantai 4. Sebanyak kalau aku tidak salah ingat, sebanyak sembilan orang pasien day care. Mereka menggunakan pakaian yang bervariasi, bu Ika , pasien wanita sendiri hari ini, mengenakan baju tidur dan celana bahan. Diawali dengan senam, mereka mengikuti dengan baik. Pak Faisal, yang berdiri di belakang agak ke tengah, ia melakukan gerakan dengan arah terbalik dari gerakan mentor dan teman-temannya di depan. Ini terlihat lucu. Aku melihat bang Taruli, ka nicky dan lain-lain membantu pasien, berdiri stand by disekeliling mereka. Membenarkan gerakan mereka yang salah. dan memberitahu dengan suara keras jika mereka salah.
10.00 Kami diajak berkeliling, mulai dari ruang menjahit, yang sudah dipindahfungsikan menjadi ruang alternatif yang fleksibel, mulanya digunakan untuk menjahit, ruangan itu dipenuhi 6 mesin jahit, 1 mesin jahit listrik diantaranya, tapi mereka rusak. Semua. Jadilah ruangan ini dialihfungsikan jika dalam proses assesmen di awal program day care sangat penuh di ruangan seharusnya, maka ruangan ini dipakai. Kemudian kami dikenalkan dengan ruang komputer sekaligus ruang konsultasi psikologi. Disana hanya ada dua paket komputer, dan satu meja besar beserta dua kursi. Dibelakangnya terdapat rak-rak. Ka Ardi yang mendampingi kami mengatakan, fungsi ruangan ini memang untuk latker (latihan kerja) bagi pasien dengan minat komputer, sekaligus ruagan untuk konsultasi psikologi. Selanjutnya kami diberitahu ruang pertukangan, ruang menganyam, dan tentuny aula.
10.15-11.30 Pasien day care sudah dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki, ada yang di aula untuk meronce bunga, ada yang dibagian pertukangan, dan ada pula di bagian ruang komputer."Faisal, ampasnya begini ya, lihat, begini, jangan hanya diseperti ini seperti ini saja, nanti ga halus". "Iya pak" jawab pak faisal, seorang skizo yang sedang mengamplas sebilah papan agar halus. Selanjutnya saya melihat ia hendak menempelkan papan yang sudah didesign berupa nama Allah, ke atas papan yang tadi ia haluskan. Lem yang diberikan sangat banyak. Banyak sekali. Ka Nicky berkali-kali bilang "lemnya kebanyakan itu. dikurangi. jangan banyak-banyak ya".
13.00 Setelah makan dan sholat kami kembali ke ruangan. Di dalam hanya ada bu ayu, kami berbincang sebentar kemudian bu ayu menawarkan untuk menjemput pasien rawat inap yang akan di rehab di sesie dua. aku dan hanun yang berangkat, meninggalkan ayu yang sedang sibuk telpon keluarganya. aku , hanun, ka Nicky, dan Bu Inne berangkat, aku dan Ka nicky ke ruangan laki-laki. Ruang belimbing namanya. Kami naik lift, lantai 4 kalau saya tidak lupa. Berbarengan dengan suara terbukanya pintu lift, bersamaan dengan aroma aneh menyeruak. Kami masuk ke dalam satu gerbang, gerbangnya dikunci otomatis. dari dalam. Kami masuk lalu mencatat nama-mana pasien yang siap direhab, sesuai pertimbangan psikiater disana. Kami mencatat namanya, lalu memanggilnya. membariskannya di depan pintu gerbang. "bu saya mau ambil sendal dulu" salah satu pasien skizo menatap aku dan bertanya seperti itu. Aku hanya menjawab "iya". Ruangan itu pengap, mungkin tidak. maksud saya, mungkin hmmm terlalu banyak pintu, ruangan disebelah sana ruangan di sebelah sini, ada seperti tiang-tiang penjara di ujung sana, tapi tidak ada yang didalam. Aku merasa jantung ku berdebar. Tapi ini kabar baik karena tadinya aku membayangkan akan lebih berdebar lebih dari ini. banyak pasien. mungkin puluhan. mereka mengelilingiku. mereka bisa berjalan di depanku, dibelakang disamping, mereka bau. tetapi aku mulai menerima. atau mungkin mereka tidak bau. hanya suasananya saja. tidak tahu.
14.00 Senam dimulai, setelahnya, pak Nurpandi yang memimpin, materi DGT (Direct Group Therapy) hari ini adalah tentang persiapan pulang. Sebelumnya, ada empat orang pasien baru yang dirujuk untuk ikut rehab mental dari psikiater mereka. Mereka maju berempat, memperkenalkan diri, usia, pendidikan terahir, dan hobi, di depan teman-teman yang lain. Jumlah peserta therapy rawat inap banyak sekali, mungkin 20an. Aku meminta ijin untuk membaca history, multiaksial yang dimiliki empat orang pasien baru, salah satunya Rinaldi, kelakuan yang dikeluhkan adalah sikap kekanak-kanakan. Aksis 1 f20.3. Skizofrenia. Dita adalah salah satu pasien baru, hanun yang pertama kali memperhatikan bercak basah di celananya. Ia mens. Kemudian hanun langsung memberitahu petugas pekerja sosial kami, bu inne dan pak hmm aku lupa namanya. "Dita sedang mens?" lalu Dita dengan lantang "iya bu, dari 3 hari yang lalu padahal tau nih masih banyak aja" tangannya reflek meraba celananya yang basah, matanya sambil mencari-cari lehernya menunduk melihat-lihat selangkangannya yang basah.
14.45 Dita meletakkan tangannya ke dalam celana, menyentuhnya, memberikan garukan atau semacamnya, pak taruli dan bapak-bapak petugas langsung menyentaknya. "Heeeehhyy heeeyy Ditaaa Ditaaa, ngapain kamuu?" bersamaan dengan berahirnya pertanyaan pak taruli yang lantang, tangan Dita ikut keluar dari celana. "Enggak pak enggak" jawabnya.
15.40 therapy rawat inap selesai, mereka sudah dipulangkan ke ruangan-ruangan di bawah gedung dan gedung sebelah. Kami penasaran bagaimana kondisi ruangan di bawah gedung rehabilitasi mental, kata ka Dika, ruangan itu tempat pertama kali pasien skizo ditemukan, setelah 3/4 hari setelah diberikan treatment dan terapi biologis, berupa obat-obatan, barulah mereka dinaikan ke level yang lebih tinggi, di rawat inap subkardinal kalau aku tidak salah ingat. Ruangan pertama, paling bawah adanya di lt 1, petugas hanya disediakan ruangan berukuran 3 kali 4 dilengkapi ac dan tv dan monitor yang menampilkan cctv, di kiri dan kanan ruangan ada kaca besar, bisa langsung melihat pasien, Dibalik ruangan itu tinggalah pasien skizo akut, masih blm sama sekali kooperatif, agresifitas tinggi, dan sebagainya. perempuan dan laki-laki dicampur, jumlah kapasitas idealnya hanya enam orang. tapi overload hari ini, total ada 7 orang. "halooo, haloooo, do you see? understand? yes? yes? haloo sini siniii" Kata salah satu dari mereka, melihat ke arah kaca dan men"dadahi" kami. "aku abis koma, disuntik disini" ia terus mengoceh. Kami naik ke lt 2, sama seperti lt 1, petugas dan perawat medis berada di ruangan dengan kaca besar-besar yang menembus langsung ke ruangan pasien skizo. cctv disana berfungsi untuk mengawasi kamar-kamar yang berada di balik kaca, ada beberapa kamar, untuk mereka ganti baju, atau untuk pasien akut, itu ruang isolasi. lt 2 hanya terdapat pasien wanita, satu orang pasien berjalan hanya mengenakan beha dan celana dalam, kemudian perawat yang tadinya berbincand dengan kami langsung mengambil tindakan dengan lantang. ia masuk ke dalam ruangan kaca "ibuuu, ibuu pakai bajunya ibuuuuu" teriaknya. Setelah itu , kami ke lt 3, terdapat pasien laki-laki. emosi dan perilakunya sudah amat stabil. mereka terlihat biasa saja. ada yang tiduran di lantai, di kasur, berkeliling kaca. dan ada yang duduk sambil memelototi kami.
16.05 Kami pulang. tidak sabar untuk menanti besok. karena latihan kerja setiap hari kamis adalah karaoke. aku penasaran bagaimana menikmati nyanyian para pasien.
*nama pasien sudah disamarkan demi menjaga kode etik kemahasiswaan psikologi