Halaman

Foto saya
Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
Your Future Psychology

Senin, 03 November 2014

LEBIH

Kau pikir kau oasis?
Yang raganya adalah pemuas dahaga para unta dalam buaian tandus sang padang pasir
Kau pikir kau google ?
Yang informasinya dilahap banyak jemaat fakir ilmu di kampus kampus
Kau pikir kau si singa ?
Yang aumannya disegani seluruh umat hewan di belantara
Kau pikir kau musim semi?
Yang keindahannya melebihi musim salju musim panas dan musim gugur.
Kau pikir kau menara eiffel ? 
Yang keanggunannya diabadikan berjuta juta pasangan haus cinta dalam foto-foto
Kau pikir kau organ vestibular?
Yang perannya sebagai penyeimbang tubuh pada seluruh pasang kuping di kehidupan
Kau pikir kau jiwa?
Yang tak tahu dimana keberadaannya dalam tubuh tapi terasa
Kau pikir kau segalanya?
Tidak.
Kau bukan segalanya. 
Kau lebih dari oasis, google, singa, musim semi, menara eiffel, organ vestibular, dan jiwa.
Kau lebih dari jiwa.
Kau lebih dari jiwa untukku, tah 

Senin, 10 Maret 2014

Situasi-Situasi yang Menuntut Interviewer Melakukan Probing

 
 Probing  adalah  seni  dalam  mencari  informasi  tambahan  dengan cara  menggali  informasi  lebih mendalam. Dilakukan  ketika  interviewer  dihadapkan  pada  situasi  sebagai  berikut

1.       Apabila  jawaban  tidak  relevan  dengan  pertanyaan
Ketika  interviewee  menjawab  dengan  cepat,  lugas,  dan  panjang  lebar  mengenai  jawaban  yang  sebenarnya  bukan  jawaban  dari  pertanyaan  yang  diperlukan, maka  interviewer  bisa  memotong  dan  menanyakan  kembali  dengan  kalimat  yang  lebih  mudah  (disebut  teknik  restatement  probes)  atau  memberi  kesempatan  interviewee untuk  menyelesaikan  jawaban  dan  melakukan  teknik  reflective  probes – teknik  probing  dengan  menanyakan  kembali/mengklarifikasi/mengkonfirmasi  jawaban  interviewee,  kemudian  dilanjutkan  menggunakan  teknik  restatement  probes.  Dengan  penyusunan  kata  yang  baik,  maka  interviewee  akan  mengerti  maksud  interviewer  bahwa  jawabannya  tidak/belum  relevan.

2.        Apabila  interviewee  tidak  mengetahui  jawaban
Banyak  jawaban  yang  dirasa  sulit  untuk  dijawab  oleh  beberapa   orang.  Jika  interviewer  menemui  situasi  seperti  ini,  maka  dapat  dilakukan  teknik  silent  probes,  yaitu  teknik  probing  dengan  memberi  waktu  sejenak  bagi  interview ee  untuk  berfikir.  Atau  dapat  pula  dilakukan  teknik  restatement  probes,  dengan  menanyakan  kembali  pertanyaan  dengan  kalimat  yang  lebih  mudah,  bisa  saja, dengan  kata-kata  yang  mudah,  interviewee  mengingat  jawaban.

3.       Apabila  interviewee  mengekspresikan  emosi   meluap-luap  (contohnya  menangis  atau  marah)
Silent  probes  adalah  teknik  probing  dengan  mendiamkan  atau  memberikan  waktu   sejenak  dengan  rasa  empati,  atau  bisa  juga  dengan  menunjukkan  gesture  yang  menandai  rasa  simpati,  teknik  ini  dapat  digunakan  untuk  situasi  yang  berhubungan  dengan  emosi.  Atau  dapat  juga  melakukan  teknik  nudging  probes  seperti  contoh  kata-kata  “silakan  dilanjutkan”, “lalu”,  “jadi” , “hmm” “uh huh.. “  dan  sebagainya.


Rabu, 26 Februari 2014

Penjabaran jawaban yang terlalu lama memakan waktu


                Iter  adalah  sebutan  untuk  interviewer  atau  pewawancara, dan  itee  adalah  sebutan  untuk  interviewee  atau  yang  diwawancarai,  dalam   beberapa  kasus  wawancara, ada  beberapa  itee yang  terlalu  nyaman berkomunikasi  dengan  iter  sehingga  menjawab  pertanyaan  iter  terlalu  berlebihan misalnya  seperti  percakapan  di bawah  ini:

Iter                         :   Bagaimana Anda memandang diri Anda sendiri ketika mendapatkan gelar?
Itee                        :   Ketika  saya  mendapatkan  gelar  saya  akan  merasa  rendah  diri, karena  seperti  old  quote  yang  kita  sama-sama  percayai  bu, semakin  padi  berisi  semakin  padi  merunduk,  jadi semakin  kita mencapai  tingginya  kesuksesan  hidup  sesuai  yang  kita cita-citai, maka semakin sebaiknya  kita  rendah diri, saya  akan  segera  mempertanggungjawabkan  ilmu  yang  saya  dapatkan  untuk  dikembangkan  dan  dimanfaatkan  di  bidang terkait bu, khususnya  saya  akan  mengaplikasikan  ilmu saya  untuk  mengabdi  di  Negara  kita. Bahkan  saya  bercita-cita  untuk  melanjutkan  sarjana  muda  saya  ke jenjang  selanjutnya  di negeri  lain, misalnya  di  Universitas Amsterdam di  Belanda bu, karena  saya  pernah  membaca  sebuah  artikel  yang  menulis  bahwa  Universitas  Amsterdam  ini ……..

                Ini  adalah  kasus  yang  sulit  dan  memerlukan  keahlian  yang  baik  untuk  menjawab  tipe kepribadian  itee  seperti  di atas,  minimal  iter  perlu  menguasai  ilmu  komunikasi  yang  baik, perlu  mengolah  rasa  asertif  yang  baik, dan  perlu  mempunyai  pengalaman  yang  cukup untuk  menanggapi  penjabaran  jawaban  yang  terlalu lama  dari  itee.

Kamis, 20 Februari 2014

Apa Jadinya Jika Klien Tidak Merespon dengan Baik Bina Rapport dari Konsultan?

            Perlu  diketahui  bahwa  ada  berbagai  tipe  wawancara,  salah  satunya  adalah  counseling  interview  atau  wawancara  konsultasi,  umumnya  dilakukan oleh  psikolog  ketika  bertemu  klien  yang  ingin  konsultasi.  Struktur wawancara pada umumnya dapat dibagi ke dalam 3 ( tiga) bagian yaitu :
  1.  Pembukaan( introduction)
  2. Materi utama wawancara ( the main body of the interview )
  3.  Kesimpulan ( conclusion )
Dalam  bagian  pembukaan (introduction),  psikolog/konsultan  berupaya  agar  mendapatkan  hubungan  yang  baik (rapport), proses  ini  begitu  penting  karena  sikap  saling percaya  bisa  tumbuh  dari  proses  ini, adanya  rasa  nyaman,  rasa  keterbukaan, rasa  berani,  rasa  jujur  juga  akan  tumbuh  dari  proses ini,  klien tidak  langsung  bisa  mengungkapkan  apa  permasalahannya, perlu  adanya pendekatan  yang  baik.
 Cukup  sulit  untuk  membuat  suasana seperti  ini. Akan  mudah  jika  klien  mempunyai  tipe  kepribadian  cenderung  extrovert, supel, ramah, mudah  bersosialisasi, klien jenis  ini  akan  merasa  bahwa  kepercayaan  dan  rasa nyaman  pasti  tercipta  oleh psikolog/konsultan, mereka tidak  meragukan  lagi peran  psikolog/konsultan untuk  bertanggung  jawab  menjaga  rahasia  permasalahn  mereka. Selain tipe kepribadian,  faktor  lain  seperti  referral  question klien, siapa yang  merujuk/menyarankan klien  untuk datang  ke psikolog? mengapa  klien  datang ke psikolog?  dengan siapa  klien  ditemani  ketika  pergi  ke psikolog? Dan  semacamnya,  itu  juga  menjadi  faktor  klien  akan  merespon  bina  rapport   dengan  baik  atau  tidak. 
Coba  kita  bayangkan  jika klien  mempunyai  jenis  kepribadian  yang unik, cenderung  introvert (tertutup), perlu  adanya  trik-trik  tertentu  untuk  melakukan  pendekatan  kepada  klien ini, berikut  trik-trik yang  saya  simpulkan  sendiri.
1.      Pelajari  dan  pertajam  referral  question.
2.      Pelajari dan  lakukan  berbagai macam  welcome  behavior (sikap mempersilakan) .
3.      Jelaskan pada  klien alasan  mengapa mereka  dirujuk dengan  baik dan  hati-hati, dan  jelaskan  manfaatnya.
4.      Asah  sikap  empati dan komunikasi  asertif  dengan  baik.
5.      Tunjukan  attending  behavior (sikap bersedia mendengarkan) yang  baik
Kesimpulannya, konsultan/psikolog sudah  pasti  mempunyai  kemampuan dan pemahaman  luar  biasa  tentang  individual  differences pada  manusia, jadi  mereka pasti  akan  menghargai  dan  berupaya  dengan  keras  agar  klien  merespon  dengan  baik  bina rapport  yang  dilakukan.

Kamis, 13 Februari 2014

psikologi warna pada wawancara seleksi kerja

PSIKOLOGI  WARNA  PADA  RUANG DAN PAKAIAN SAAT WAWANCARA SELEKSI KERJA


Warna  adalah  kecantikan  mahadasyat  dari  karya  Tuhan Yang Maha Esa, dan  tanpa  disadari  ada  rasa yang muncul untuk  masing masing warna, kemudian  rasa  itu  berubah menjadi  perilaku, maka  munculah ilmu psikologi  terapan yang dikenal  dengan psikologi  warna, yaitu  studi tentang warna  sebagai  penentu  perilaku  manusia.  Bahkan warna dalam dunia Psikologi warna dikenal sebagai salah satu bentuk pengobatan penyakit psikologis, terapi  ini  dikenal sebagai Chromotherapi. Menurut healing.about.com terapis yang terlatih dalam terapi warna menggunakan cahaya dan warna dalam bentuk alat, visualisasi, atau komunikasi verbal untuk menyeimbangkan energi di daerah tubuh kita yang kurang Vibrance, baik itu fisik, emosional, spiritual, atau mental.

 Ada empat warna utama psikologis - merah, biru, kuning dan hijau. Mereka berhubungan masing-masing untuk tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan penting antara ketiganya.  Berikut  saya  akan  paparkan  pengaruh   warna pada ruangan  dan  pakaian  saat  wawancara  seleksi  kerja  menurut  kesimpulan  yang  saya  pelajari  berbagai   sumber.    

1.       Merah
Ruangan              : Menimbulkan  kesan  kekuatan, kegembiraan, agresi, keberanian  untuk  flight
                                  or  fight.  Ketika  perusahaan  menggunakan  warna  cat dinding  pada  ruangan
                                 untuk  wawancara  karyawan  baru  maka karyawan  akan  merasakan  gembira,
                                  keberanian, semangat  yang  tinggi, tapi  cenderung  diiringi  dengan  emosi 
                                  yang  tidak  stabil.
Pakaian                                : Menimbulkan  kesan  menarik,  karena  warna  yang  cerah. Ketika  karyawan
mengenakan  pakaian  dengan  warna  ini , karyawan  akan  merasa  lebih        percaya diri, berani, semangat, dan ceria.  Sedangkan  pewawancara  melihat  karyawan  adalah  seorang  yang  berani,  penyuka  tantangan, motivasi tinggi, dan  ambisius .

2.       Biru
Ruangan              : Menimbulkan  kesan  tenang, rileks, santai,  sejuk, cerdas, komunikasi baik.
                                   Ketika  perusahaan  menggunakan  warna  cat  dinding  pada  ruangan  untuk
                                  wawancara  karyawan  baru  maka  karyawan  akan  merasakan  ketenangan,
                                  kesejukan,  kecerdasan  logika  karyawan  akan  meningkat, dan  cara
                                  berkomunikasi  karyawan  akan  terlihat  sangat  baik.

Pakaian                                :  Menimbulkan  kesan  formal, sopan,  mempunyai  tingkat  motivasi  dan
emosi  yang  stabil, menggambarkan  loyalitas  tinggi, jiwa  leadership kepercayaan.

3.       Kuning
Ruangan              : Menimbulkan  kesan  optimis,  percaya  diri,  ramah,  kreatif,  cemas,
                                  emosional  depresi,  Ketika  perusahaan  menggunakan  warna  cat  dinding
                                  pada  ruangan  untuk  wawancara  karyawan  baru  maka  karyawan  akan
                                  merasa  optimis, ramah,  tingkat kreativitas  karyawan  meningkat.
Pakaian                                :  Menimbulkan  kesan  konsentrasi, optimis,  percaya diri. Karyawan  yang
                                  mengenakan  pakaian  warna  kuning  konsentrasi nya  akan  meningkat.


4.       Hijau
Ruangan              :  Menimbulkan  kesan  sejuk, nyaman,  menenangkan,  lemas. Ketika
                                 perusahaan  menggunakan  warna  hijau  maka  karyawan  akan  merasa
                      nyaman, tapi  dengan  tidak  mempunyai  semangat  yang  tinggi.


Pakaian                                :  Karyawan  yang  mengenakan  pakaian  warna  hijau  akan   menimbulkan
    kesan  sehat,  mempunyai  visi  yang  jelas,  dan  tenang