Andi Annisa Hakim
Bunga Sumadi
Psikologi UNJ Kelas
D (1125125385)
Review
Artikel “Tafsir Budaya Atas Transisi
Kebudayaan Maya”
Globalisasi adalah
peningkatan aktivitas dalam
ranah apapun di
sudut dunia manapun dengan tidak
dibatasi ruang dan
waktu menuju ke’positif’an
atau ke’negatif’an arah
budaya dunia . Itu dulu
yang seharusnya kita
dalami maknanya, seiring
waktu mengalir maka pengglobalisasian terus
maju, menembus apa yang
dirasa tidak mungkin, apa
yang dirasa kabur, dan
apa yang tidak
dapat diciptakan di
dunia nyata. Bicara globalisasi
berarti bicara hidup, bicara
hidup berarti bicara
pilihan, maka akan
ada pilihan hitam
atau putih, kanan
atau kiri, depan
atau belakang, vertical
atau horizontal, dan
positif atau negatif.
Terlepas dari
bagaimanapun kacaunya proses
globalisasi di dunia
ini, saya sebagai
pemuda, hanya tinggal
memilih, apa yang dirasa
baik, apa yang dirasa penting maka
itu yang akan
saya ‘imam’i. Tidak
bisa dipungkiri juga
bahwa manusia adalah
makhluk yang homeostatis, artinya tubuh
manusia cenderung mempertahankan keadaan
seimbang atau tenang,
sehingga manusia ber’motivasi’ . motivasi
untuk menghilangkan atau mengurangi
keadaan kurang ketika
mereka merasa ada
sesuatu yang kurang,
manusia selalu mencari
jalan yang lebih
mudah , dari hal kecil yang
sudah mudah sekalipun . Hemat saya siapapun
pengarang, pendiri, pencetus
dunia dunia maya
adalah manusia yang
sungguh –sungguh normal.
Jadi wajar dan bukan
kejahatan yang mereka lakukan.
Pertanyaannya bukan
“ini tanggung jawab
siapa?” karena globalisasi
atau dalam artikel
dinamakan transisi kebudayaan
maya lingkupnya adalah
dunia. Jika sudah
bicara dunia, maka yang
hidup di dunia yang
bertanggung jawab. Dibalik
kisah dua orang
pemuda yang tiba-tiba
membabi buta menembak
mati beberapa orang
di halaman kampusnya karena
pemuda-pemuda ini keranjingan
bermain permainan tembak
tembakan dari dunia
maya, seharusnya tanggung jawab
ditujukan kepada semua pihak, intinya saya
merasa tidak juga
salah perusahaan games, tidak
juga salah orangtua
si pemuda, tidak
juga salah si
pemuda, tidak juga
salah perusahaan pembuat
persenjataan.
Bukan tidak
setuju jika banyak
dari kebudayaan maya
yang merugikan budaya
tradisional--budaya yang begitu
memanusiakan kita, tapi
hak bebas mencipta
adalah kebebasan mutlak
karena termasuk dalam
hak asasi manusia. Tinggal,
institusi peraturan mengatur
bagaimana hak ini
tertib dijalannya, tinggal,
pemuda pemuda mengatur diri
dan orang lain
termasuk bangsanya untuk menjelaskan bagaimana
budaya maya ini
menjadi baik. Tinggal, para
orangtua mengatur anaknya untuk
mengelola budaya maya ini
dengan cermat. Tinggal, para
ketua suku masyarakat
tradisional mengatur batasan batasan yang
masih baik diadopsi
dari budaya maya. Tinggal, institusi pendidikan
menciptakan pendidikan yang
kreatif untuk peningkatan
metode belajar manusia
dari budaya maya
ini, dan tinggal
kita yang memilih,
harus diam jika
budaya maya berdampak
buruk atau bergerak
ketika budaya maya
baik, atau kebalikan
dari arah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar