Halaman

Foto saya
Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
Your Future Psychology

Jumat, 27 Mei 2016

Dufan

Kau adalah wahana dufan.
Kau racun terbesar bagi penderita aritmia - yang detak jantungnya dibawah 60 kali per-menit karena terhentinya detak jantung sepersekian detik.
Kau begitu lepas, tak terkendali, curam, berliku, bahaya.
Mereka membencimu. Karena kau mematikan.
Penderita aritmia membencimu. Karena kau mematikan.
Anggap saja hanya ada dua jenis manusia di dunia
Kelompok satu; manusia dengan aritmia.
Kelompok dua; manusia nonaritmia.
Sial, semesta memiliki banyak anggota kelompok satu
Setelah itu kau bisa bayangkan apa yang terjadi kan?
kelompok satu mengintervensi kelompok dua lalu mengucilkannya
Hasilnya, sebagian membuntuti kelompok satu.
Sisanya tidak.
Aku adalah sisa itu.
Aku penggila kau wahai wahana dufan.
Aku bisa mengendalikan aku ketika aku masuk kedalammu
Aku bisa menaklukanmu
Aku sudah menaklukanmu
Aku mencintaimu dalam-dalam


27 Mei 2016
-22:18 WIB di kamar tidur

Rabu, 01 Juli 2015

Administrasi tes

Hari ke dua puluh lima, poli psikologi Rumah Sakit Duren Sawit

08.00 Aku bertemu hanun di metromini 52, mendapatkan teman yang sama-sama telat adalah anugrah bagiku haha :) Setelah itu kami masuk ke ruang poli, hanya ada ayu dan mba maria disana, mba maria sedang merapikan sayur-sayurannya, tepatnya sedang memotong sayur pakis, sedangkan ayu sedang merajut, membuat gelang, seperti biasa. 


09.00 Kami hanya berdiskusi banyak hal bersama bu Rena dan bu Nurul setelah mereka datang, dari mulai bahasan tentang akhsan, kemudian playgroup, alat mainan yang aman untuk anak sampai isu LGBT yang kemarin baru saja dilegalkan oleh presiden Amerika Serikat untuk Negaranya. Setelah kami menerima satu orang pasien anak, bu Nurul yang hari ini praktek masuk ke ruang tes psikologi, selang 15 menit kemudian, ia masuk ke poli dan mengabarkan bahwa pasien tersebut tidak jadi ditangani karena anaknya sedang sakit. Jadi, bu Nurul meminta reschedule saja sampai anaknya sehat.

10.00 Kami diberikan materi mengenai administrasi pembukaan rangkaian tes psikologi, dan administrasi tes Kraeplin oleh bu Rena. Pembukaan rangkaian tes psikologi beberapanya menjelaskan tentang perkenalan tester dan asal tester, tujuan pemeriksaan psikologi, lama pemeriksaan psikologi, bagaimana macam-macam persoalan misalnya " anda nantinya akan menemukan persoalan berhitung, kalimat, menggambar dan lain sebagainya" kemudian saran-saran ketika mengerjakan pemeriksaan, misalnya "anda tidak perlu khawatir, karena pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan khusus seperti ujian-ujian lainnya" Kemudian di akhir pembukaan diharapkan agar peserta menonaktifkan alat komunikasi atau me"silent"nya. Dijelaskan juga bahwa setiap tesnya akan diberi tahu cara pengerjaannya. Dan banyak lagi perintilan lain yang diberitahu bu Rena kepada kami. 

11.00 Setelah kami juga diminta mencatat kalimatisasi yang baik untuk administrasi tes Kraeplin, kami boleh memfoto copy lembar panduan tes IST, terdiri dari 9 subtes, yang paling aku ingat adalah subtes ke 9 yaitu menghafal kata-kata. Bu Rena juga mengemukakan saran bahwa akan diadakan posttest di hari hari terakhir kami PKP (praktek Kerja Psikologi), beliau ingin melihat kemampuan kami satu persatu dalam hal administrasi tes psikologi. Ini adalah kabar yang sangat baik. Aku merasa ini salah satu proses belajar yang sangat ideal, yang harusnya aku syukuri karena tidak semua mahasiswa magang bisa diberikan kesempatan seperti ini.  

Selasa, 30 Juni 2015

Tester

Hari ke-dua puluh empat. Poli Psikologi, Rumah Sakit Duren Sawit

07.00 Hari ini aku datang tepat waktu, demi berjanji di hari kemarin akan datang lebih awal karena akan ada test psikologi untuk tiga orang perawat rumah sakit, di ruang poli. Dari kemarin kami sudah sibuk membagi tugas siapa saja yang akan memberi instruksi untuk tiap-tiap test, total test nya berjumlah delapan tes. Dan kami sudah mempelajari dan diberikan lebih dulu oleh mba Maria dihari-hari yang lalu. Pembagiannya sebagai berikut
Kraeplin = Bunga
IST = Ayu
DISC = Hanun
EPPS = Ayu
PAPI Kostic = Hanun
Tes Grafis
(Wartegg, BAUM, dan DAM) = Bunga

07.30. Peserta tes sudah datang, mereka tiga orang perawat, mengenakan seragam perawat berwarna biru, dengan pantofel dan menjinjing tas masing-masing, satu orang perawat sedang hamil, ia sangat ramah dan supel, sering bertanya dan sangat kooperatif. Awalnya, mereka disuruh mengisi kertas formulir pasien baru untuk rumah sakit, dan form inform consent khas dari psikologi. Setelah data-data tersebut terkumpul, barulah mba Maria membuka tes dengan pembukaan yang sangat manis. Memberi salam, memperkenalkan diri, dan memperkenalkan kami sebagai mahasiswa yang akan membantu jalannya proses tes psikologi. Giliran aku dimulai, Kraeplin adalah urutan tes pertama untuk rangkaian tes psikologi dimanapun itu. Beberapa menit sebelumnya aku mulai panik, aku nerveous, tapi bisa diatasi, tidak seperti ketika dulu detik-detik mengisi materi DGT di instalasi rehab mental, nerveousku ini lebih bisa berdamai, dan masih aman. Instruksi Kraeplin berjalan dengan lancar. 22 menit setengah berlalu dan selesailah tugas pertamaku.

10.30 Menjelang tugas keduaku, sebagai tester dari tes grafis, aku dipanggil oleh bu Rena, ia menjelaskan panjang lebar bagaimana instruksi yang baik untuk tes grafis. Mulai dari Wartegg, aku baru mengetahui jika instruksi memberi keterangan/judul gambar itu diberikan ketika dipertengahan proses tes wartegg, bagaimana kata-kata yang tepat untuk instruksi awal, sebagai contoh "gambarkan apa saja. bebas, yang penting tanda tanda pada tiap kotak ini, harus menjadi bagian dari gambar anda". di pertengahan baru ditambahkan instruksi memberi keterangan pada lembar bawah halaman di lembar jawaban wartegg, ditambah simbol simbol M untuk mudah, S untuk sulit, + untuk yang paling disukai, dan - untuk yang kurang disukai. Selanjutnya aku diberikan penjelasan tentang BAUM, dan DAM, bagaimana menjawab pertanyaan dari peserta semisal peserta menanyakan sesuatu yang kurang dimengerti, bagaimana kalimatisasi yang tepat untuk instruksi, dan sama seperti wartegg tadi, instruksi untuk menuliskan identitas phon dan orang yang digambar diberikan di pertengahan atau akhir-akhir proses tes. Karena, semenjak kuliah, aku tahu betapa pentingnya kalimatisasi dan betapa berpengaruhnya kalimatisasi yang tester katakan dalam pelaksanaan tes psikologi. apapun bentuknya.

16pf

Hari ke-dua puluh tiga, poli psikologi, Rumah Sakit Duren Sawit


08.45 Kegiatan kami hari ini sama seperti biasanya, mendata pasien masuk, dan menyerahkannya kepada psikolog yang praktek untuk ditangani, pasien antre hanya ada satu orang saja seingatku. Kemudian kami mencari kegiatan lain, aku mengusulkan untuk melanjutkan mengerjakan tes grafis, kemarin kami bertiga baru mengerjakan tes DAM, hari ini kami menghabiskan seluruh tes grafis, BAUM, dan Wartegg.

09.00 Sekitar pukul sembilan kami memulai mendengarkan instruksi dari mba Maria, ada banyak pertanyaan, salah satunya aku menanyakan mengapa untuk menggambar pohon, beberapa jenis pohon tidak boleh digambar, misalnya tidak boleh menggambar pohon kelapa, karena menurutku, pohon kelapa adalah pohon yang kesemua bagian tubuhnya memiliki manfaat, pohon kelapa adalah sumber kehidupan, manusia bisa bertahan dengannya, semua bisa digunakan, beberapa ada yang dapat dikonsumsi, digunakan sebagai wadah suatu alat, dan lain sebagainya. Bu Nurul, psikolog yang ada di ruang poli mencoba menjelaskan, ia sendiri sebenarnya ragu dengan jawaban yang ia kemukakan, karena menurutnya itu bukan ahlinya. Tetapi intinya, ia menjelaskan bahwa, kesemua jenis pohon yang tidak boleh digambar adalah untuk membantu, untuk mengarahkan peserta tes agar mereka menggambar pohon utuh dan spesifik dengan bagian tubuh dari pohon yang lengkap. Bu Nurul malah menyinggung banyak soal keahliannya berinterpretasi gambar untuk anak-anak, anak-anak berbeda dengan dewasa, biasanya menggunakan THP (Tree House Person) Test, atau Draw a Dragon, salah satu bentuk tes dengan instruksi peserta anak-anak diminta untuk memilih ingin menggambar naga, rumah, ada beberapa opsi, saya lupa, tapi saya mencatatnya, di buku catatan. Warna yang digunakan juga hanya lima warna. Ini semua guna pemeriksaan klinis peserta.

10.30 Kami selesai melaksanakan tes grafis, kemudian kami melanjutkan belajar tes 16pf dari mba maria, lembar jawaban kami fotokopi lebih dulu, tes 16pf adalah salah satu tes kepribadian, dari cattel, di tahun 20an menurut penjelasan mba Maria. 16pf tidak sering digunakan, karena sudah sama seperti tes kepribadian lain seperti EPPS dan Kostic, terkadang ada elemen-elemen perilaku yang tidak tercermin di dalamnya sehingga banyak psikolog yang sudah meninggalkan 16pf. Jumlah tesnya ada 105 soal. Caranya hanya dengan memilih A, B atau C, hampir sama seperti EPPS atau Kostic. Selesai kami kerjakan, scoring adalah bagian yang menarik, yang paling aku tunggu. Scoring tiap tes pasti berbeda, termasuk tes ini. Pertama kami disuguhkan dengan kunci jawaban angka genap dan angka ganjil, kami mengikuti skor yang ada dalam kunci, hanya ada tiga nilai, nilai 0, nilai 1,dan nilai 2. Setelah itu ditiap baris soal, kami harus jumlahkan nilai yang didapat, kemudian dikonversikan ke nilai SS, dengan ketentuan nilai MD yang berlaku. Scoring berjalan dengan lancar, sampai finishingnya adalah kami membuat grafik berdasarkan nilai SS yang didapat dan tinggal melihat titik titik yang ekstrem ke kanan atau ke kiri. di lembar panduan, di kanan dan kirinya sudah tercantum uraian singkat skala terendah dan uraian singkat skala tertinggi.

Minggu, 28 Juni 2015

SB IS (Standford Binet Intelligence Scale)

Hari ke-dua puluh dua, Poli Psikologi, Rumah Sakit Khusus Daerah, Duren Sawit


08.35 aku baru datang, semua teman magangku di RSDS bersorak menyambutku "Astagfirulloh al adziim, jam berapaaaaa iniii?" hahahhaaha. aku hanya tertawa tertawa saja. Mereka sedang berkumpul, mengelilingi bu Nurul. Salah satu psikolog juga di RSDS.Ternyata bu Nurul sedang menjelaskan tentang SB IS (Stanford Binet Intelegensi Scale)

Menurutnya, SB sangat cocok untuk di tes pada anak RM (Retardasi Mental), tes ini lebih baik dibanding WISC, karena terkadang WISC malah akan memperburuk hasil IQ yang didapat dari anak RM. Tetapi SB ini juga mempunyai kelemahan. Biaya alat tesnya mahal, memerlukan skill yang lebih dalam ketika memberi tes, banyak alat peraga yang disediakan sehingga harus mengerti betul cara administrasinya. Perangkat SB terdiri dari buku lembar jawaban yang dipegang oleh tester, kemudian ada buku panduan dan buku persoalan. Yang akan ditampilkan pada testee adalah alat peraga, berupa mainan seperti boneka, kartu-kartu, gambar orang, balok-balok, dadu, dan banyak lainnya. Dalam SB dikenal Basal Age, adalah usia kognitif anak mampu mengikuti tes. Caranya, dengan expert judgment, langkah paling awal adalah memilih basal age dengan perkiraan. Jadi, dalam buku lembar jawaban, dibagi sesuai usia. ada tes untuk tahun II, untuk tahun III,tahun IV, tahun V, tahun VI, sampai tahun XII. Setelah psikolog memperkirakan basal age yang sepertinya dimiliki anak, misal tahun III, maka psikolog sebagai tester memeriksa anak dengan memberikan tes untuk tahun III, jika ada soal yang salah, minimal satu kesalahan, maka harus mundur ke tahun sebelumnya, jika tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan ke soal selanjutnya.